SEPULUH

1.1K 161 74
                                    

"Gak usah macem-macem Taehyun."

Suara yang terdengar berat dan menekan itu seolah-olah menghancurkan harapan Taehyun. Pupus sudah keinginannya untuk sekolah normal, ia ingin seperti kakaknya yang bisa merasakan hari-hari normal seperti orang-orang di luar sana.

"Tapi yah, Taehyun juga pengen kayak kak Seulgi. Bisa belajar bareng, terus punya temen." Ujar Taehyun masih terus berusaha agar sang ayah mau mewujudkan keinginannya.

Hanya sederhana, yakni bisa sekolah seperti anak-anak biasanya. Lagipula, little space yang di idapnya tak terlalu menganggu dirinya selagi ia tak bersedih dan menangis.

Sang ayah menghela napas, ia menyandarkan punggungnya di kursi besarnya. Saat ini Taehyun berada di ruang kerja sang ayah, ia memberanikan diri untuk bicara pada ayah bahwa ia ingin sekolah seperti murid-murid luaran sana.

Manik tajam sang ayah yang semula menatap laptop kini beralih menatap dirinya, "ayah bilang gak usah macem-macem, apa gurunya kurang asik sampai kamu mau sekolah diluar, huh?? Bilang aja, ayah bakal cariin guru yang lebih asik lagi."

Taehyun menggeleng, "gak yah, pak Lucas asik kok. Cuma, Taehyun kadang suka iri sama kakak yah, Taehyun juga pengin kayak dia, bisa bebas." Ujarnya.

Mendengarnya tatapan sang ayah berubah menajam, "jadi kamu pengen bisa bebas gitu? Biar bisa mabok-mabokan, tawuran, terus pergaulan bebas?!"

Taehyun menatap manik ayahnya yang menyorot marah. Dihatinya ia sama sekali tidak ada niatan untuk berbuat hal-hal yang diucapkan oleh ayahnya. Artian bebas yang Taehyun maksud bukan seperti yang dipikirkan olehnya.

"Enggak yah, Taehyun mana mungkin ngelakuin itu–"

"Iya awalnya kamu bilang gitu! Tapi gak tau gimana kedepannya kalo kamu berhasil tercemar sama orang-orang yang sudah terlanjur bejat terus kamu bakal ikut-ikutan kelakuan mereka! Itu yang ayah takutin Taehyun!" Serobot ayahnya dengan nada membentak.

Taehyun menunduk, ia tahu bahwa niat ayahnya itu baik. Beliau hanya ingin dirinya terus menjadi anak yang baik dan selalu berada dijalan yang benar. Semua itu agar dirinya tak terjerumus ke dalam lubang kehancuran.

Tapi percayalah, bahwa Taehyun sangat ingin dirinya bisa hidup seperti orang-orang diluar sana. Dapat mengenal lebih banyak mengenai dunia luar, lagipula Taehyun tahu batasan. Ia sudah berpegang teguh pada hatinya untuk tidak melanggar aturan.

Ayahnya mengusap kasar wajahnya, ia berusaha meredam kembali emosinya, "ayah harap kamu mengerti maksud ayah nak.."

"Ayah cuma gak mau kalo dikemudian hari kamu menderita. Ayah melakukan hal ini, itu untuk kamu, supaya kamu dapat masa depan yang lebih baik. Jadi tolong, kamu itu hanya perlu diam dan dengerin kata-kata ayah. Masa depan kamu, itu udah ayah rancang baik-baik. Dimulai dari pekerjaan kamu, jodoh kamu, dan dimana kamu akan tinggal, itu semua udah ayah rancang serapih mungkin." Jelas sang ayah. Ia menatap putranya penuh arti.

Sedangkan Taehyun ia masih menunduk, mulutnya diam seribu bahasa. Hidupnya terkekang, seolah-olah ada rantai yang mengikat seluruh tubuhnya dan sang ayah bertugas mengendalikan dirinya. Ia hanya diam, dan mengikuti setiap skenario yang ayahnya rancang untuk dirinya, berlaku saat ini dan seterusnya.

"Sebaiknya kamu pergi kekamar, siapin buku-buku kamu. Pak Lucas hari ini dateng jam sembilan." Pungkas sang ayah.

Taehyun mengangguk, dengan langkah gontai ia berjalan keluar dari ruang kerja sang ayah. Dibelakang, kepala keluarga Kang menatap punggung putra semata wayangnya dengan tatapan yang berubah menjadi sendu.

"Maaf..." Lirihnya.

***

Setelah dari kamar dan mengambil buku-buku, Taehyun langsung berjalan ke halaman belakang rumahnya untuk menenangkan dirinya disana. Ia mendudukkan dirinya di ayunan yang tersedia disana, maniknya menatap kosong pada rerumputan hijau yang tumbuh di bawahnya.

TYUNIE! -BeomtaeWhere stories live. Discover now