Bonus Chapter : 1

121 17 11
                                    

Langit begitu gelap. Rintikan hujan berirama diluar sana. Sahutan gemuruh petir tak membuat seorang gadis yang kini tengah melamun dibalkon kamarnya takut.

Setelah kepergian sang kekasih yang begitu ia cintai 1 bulan lalu, ia seperti tak memiliki gairah untuk hidup.

"Arwa, sayang, mama masuk ya?" ujar mama arumi dari balik pintu

"......"

Tidak ada sahutan dari dalam membuat arumi langsung saja membuka pintu. Ia takut kejadian 1 bulan yang lalu terulang kembali.

Arwa sudah berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri. Gantung diri, meminum racun, lompat dari balkon kamar, self harm ditangannya, bahkan pernah akan memotong tangannya sendiri. Berbagai cara ia lakukan agar ia bisa ikut menyusul sang kekasih yang meninggalkannya.

Untung saja rencana itu selalu diketahui oleh keluarga dan sahabatnya. Arwa masih waras, hanya saja ia masih tidak bisa menerima kepergian aryakasa.

"Sayang, kamu dimana?" arumi

"Aku disini ma, kenapa? kasa dateng ya? dia nyariin aku? dimana dia sekarang?" arwa menghampiri mamanya

"Nak, kamu harus ikhlas, yaka udah gak ada," arumi

"Kenapa? kenapa dia ninggalin aku duluan ma?" bulir-bulir bening dari matanya itu kini kembali membasahi pipinya

"Ini udah takdir sayang, kamu harus ikhlas ya? yaka pasti juga gak suka lihat kamu begini terus dari atas sana," arumi menghapus air mata putrinya

"Kalau dia gak suka lihat aku gini, seharusnya dia gak pergi ma," lirih arwa

"Ssstt, ini semua udah kehendak allah, kita sebagai manusia hanya bisa mengikutinya dam didampingi dengan sabar dan ikhtiyar" arumi

"Ma aku boleh gak kerumah kasa? aku kangen sama dia," arwa

"Rumah yang mana nak?" arumi

"Rumah om wijaya, disana ada banyak banget barang kasa," arwa

"Mau mama temenin? atau mau sama cira dan ghea?" arumi

"Arwa mau sama adelio dan abian ma, kita udah ada janji," arwa

"(Janji buat bunuh wijaya ma, dia yang udah buat aku kehilangan orang yang paling aku cintai ma)" batin arwa

"Yasudah, suruh mereka kesini, mama mau ngomong dulu sama mereka," arumi

"Mereka udah didepan dari tadi," arwa

"Kenapa gak kamu suruh masuk sayang? kan diluar hujan," arumi

"Mereka yang gak mau," arwa

"Yasudah, ayo turun," arumi

Mereka pun turun menghampiri mobil adelio yang terparkir didepan gerbang.

"Nak adelio, nak abian, jagain arwa ya, hati-hati bawa mobilnya," arumi

"Iya tante, itu pasti," abian

"Iya tante," adelio

"Arwa berangkat, assalamualaikum," arwa

"Assalamualaikum tan," adelio & abian

"Waalaikum salam," arumi

Ketiga anak itu pun langsung menuju ke kediaman wijaya.

.....

Sesampainya disana, mereka langsung mengetuk pintu rumah wijaya.

"Wijaya! keluar lo!" adelio

"Sabar li, kita harus sabar dulu," abian

"Kita tenang dulu, tunggu dia bukain pintu," arwa

Ceklek...

"Kalian? nyari siapa?" ave

"Dimana bokap lo?" adelio

"Ayah? dia diruangannya, kalian mau apa?" ave

"Kayak nya dengan sikap lo yang biasa aja, lo belum tau hal ini," abian

"Masuk dulu, kalian jelasin, setelah itu gue panggilin ayah," ave

Mereka masuk mengikuti ave menuju kamar ave.

"Kalian jelasin dulu, ada apasih? kalian kelihatan marah banget," ave

Flashback on

Setelah satu minggu kepergian yaka, arwa, adelio, dan abian, memutuskan untuk mencari tahu penyebab kecelakaan itu.

Para polisi sudah memberitahu bahwa pesawat itu jatuh murni kecelakaan akibat badai saat itu.

Namun mereka merasa ganjal, karena mata-mata mereka yang menyamar menjadi polisi kala itu memberitahukan bahwa ada yang merusak mesin pesawat secara sengaja sebelum pesawat itu diterbangkan.

2 minggu lebih mereka mengusut secara tuntas kecelakaan itu hingga menemukan titik terang dengan menemukan orang yang sudah merusak mesin pesawat itu.

Bonus chapter 1 segini dulu ya, akan dilanjutkan di bonus chapter 2

Dear Aryakasa (Selesai)Where stories live. Discover now