12

11 4 0
                                    

Jatuh cinta itu dirasakan setiap orang
Ada yang nyata ada juga yang fatamorgana
~Pelangi

"Halo, selamat pagi semesta yang brutal menghadirkan orang tapi gak bisa dimiliki, jiagh. Udahlah saatnya gw mandi dulu, terus pergi sekolah, Dea udah bangun belum ya?" Pelangi mengambil hpnya, ia mulai menyepam chat bestinya itu, mulai mengirim pap wajahnya, serta hal hal random lainnya.

"Lama gw tinggal lo ya," mengirim pesan untuk Dea.

Singkat waktunya jam terus berputar dengan cepatnya sampai pikul 07.00 pas, selang beberapa menit Pelangi menunggu Dea, akhirnya orang yang ia tunggu pun tiba.

"Lama amat tuan putri?"

"Sory, kucing jantan gw tadi melahirkan," Dea duduk di luar bersama Pelangi.

"Wih, betulkah?"

"Yupps, tau gak ternyata kucing gw anaknya anak monyet," jawab Dea.

"Kenapa bisa? Padahal kemarin gw nampak kucing elu main nya masa jangkrik peliharaan pak Mustofaloh," sahut Pelangi meladeni omkngan Dea.

"Hah? Kok- bukannya kucing gw mainnya sama Anjingnya koh Ahmeng, Pel?"

"Enggak, gw lihat sendiri pakai mata kepala gw kok, suer."

"Lo, tau dari siapa Pel?"

"Dari pak lek Pen-" Pelangi tak sempat melanjutlan omongannya, mamanya tiba tiba datang, berdiri di depan pintu.

"Kalian kok belum pigi? Malah ngobrol di sini lagi, udah jam 07.08, ini," jelas mama Pelangi.

"Ia ma, ini mau pigi."

"Ia tan, pergi dulu," keduanya menyalam mama Pelangi.

"Eeh, Dea mama kamu di rumah?"

"Di rumah tan, oh ia lupa kata mama tante di suruh ke rumah tadi."

"Ia tau, habis ngerjain rumah deh tante ke rumah kamu, buruanlah sana pergi sekolah."

Bukan hanya Pelangi, dan Dea, mama mereka juga bestian ibaratnya ke dua ibu rumah tangga itu konco kental, sampai ke anak mereka juga menular.

"De, kenapa ya dunia percintaan gw gini amat," Pelangi membuka curhatan saat di sepeda motor.

"Emangnya kenapa?"

"Yang Tinta asa itu, iiss susah amat di dekatinnya, responnya juga gak sesuai ekpen," jelas Pelangi.

"Mending gak usah sama dia," celetuk Dea singkat.

"Harus sama dialah, fatamorgana amat Tinta asa itu."

Dia tua asa (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang