2. Kenapa Aku Masih Bertahan Hidup?

660 110 4
                                    

Guys, jangan lupa dengerin Podcast Katanya, Bahagia itu Ada Ep 2 - Kenapa Aku Masih Bertahan Hidup di Spotify ya. Cukup search namaku aristav, nanti muncul. Free kok, kasih rating juga jangan lupa :D. 

Keyna membuka kedua matanya setelah beberapa jam kehilangan kesadaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keyna membuka kedua matanya setelah beberapa jam kehilangan kesadaran. Perempuan itu menatap ruangan tempatnya berbaring, ada satu gorden yang digunakan sebagai sekat. Mungkin, di sampingnya, juga ada pasien yang sedang dirawat, tapi sepertinya ruangan yang disekat gorden itu juga kosong. Keyna ingat, terakhir kali ia kehilangan kesadaran, karena kecelakaan. Ia memilih diam sejenak, mengumpulkan kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih. Ia hanya sendirian di ruangan ini, tidak ada yang menemaninya. Memang, apa yang diharapkan Keyna? Bukankah selama ini ia terbiasa sendiri? Bahkan satu-satunya yang pernah tinggal untuknya juga sudah melupakan Keyna. Reydan, dia bahkan mulai jarang bertanya mengenai kabar Keyna, dan membuat Keyna benar-benar merasa ditinggalkan. Suara pintu berderit membuat Keyna menoleh. Keyna pikir, itu adalah dokter. Ternyata, ia salah. Sosok itu jelas dikenal oleh Keyna, walau hanya sebatas nama, tidak pernah benar-benar mengenal secara langsung. Berbagai pertanyaan berseliweran dalam benak Keyna.

"Gimana kondisi kamu? Kepalamu sakit?"

Irzan—laki-laki itu melemparkan pertanyaan pada Keyna, membuat Keyna terdiam sejenak. Karena tidak kunjung menjawab, Irzan akhirnya memilih duduk di atas kursi yang terletak di samping ranjang rumah sakit tempat Keyna berbaring.

"Aku yang bawa kamu ke sini. Tempat kamu kecelakaan deket rumahku, dan kebetulan aku lagi nongkrong di kafe deket situ."

Keyna masih tak mengeluarkan suaranya. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, berusaha mengurai rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya. Oh, kepalanya diperban rupanya. Mungkin terluka karena benturan dengan aspal.

"Kepala kamu sakit?" Irzan mengulang pertanyaannya.

Keyna hanya mengangguk sebagai jawaban, ia lalu menatap ke arah Irzan dengan wajah yang memucat. Tapi, kenapa ia masih hidup? Kenapa Keyna masih selamat, dan harus kembali menghadapi dunia yang selalu tidak berpihak padanya.

"Aku panggilin dokter ya?"

Keyna langsung menggeleng, ia berusaha bangun, meski dengan kesusahan, sehingga akhirnya Irzan membantunya.

"Makasih, tapi aku mau pulang."

"Kamu masih harus dirawat. Kata dokter belum boleh pulang."

"Aku ngerasa baik-baik aja."

Irzan memandang Keyna dengan datar, "Kamu jelas nggak baik-baik aja, Keyna. Kalau kamu emang sakit, kamu nggak perlu pura-pura nggak ngerasain apa-apa."

Keyna sedikit terkejut karena Irzan tahu Namanya. Pasalnya, ia bukan gadis populer yang dikenali seantero fakultas, atau mahasiswa berprestasi yang membuat namanya bisa dikenal oleh banyak mahasiswa. Mendengar Irzan menyebut namanya, membuat Keyna heran. Kali terakhir ia berbicara pada Irzan adalah saat ospek, saat itu Irzan bertanya padanya, apa ia membawa buku catatan yang diperintahkan atau tidak.

Katanya, Bahagia itu AdaWhere stories live. Discover now