3. Kenyataan yang Pahit

465 107 1
                                    

Jangan lupa dengerin Podcast-nya ya guys, free di Spotify

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jangan lupa dengerin Podcast-nya ya guys, free di Spotify. Judulnya sama, Katanya, bahagia itu Ada atau cari namaku aristav. Follow podcast-nya, dan kasih rate ya.

"Kamu beneran mau pulang? Udah sehat?" Irzan melempar pertanyaan saat Keyna bersiap-siap untuk pulang. Keyna hanya semalam dirawat, ia terus mengeluh ingin pulang. Meskipun rumahnya tidak nyaman, tapi Keyna juga tidak suka berada di rumah sakit terus menerus dan merepotkan orang asing seperti Irzan yang sejak semalam menjaganya.

"Aku nggak papa, makasih ya. Kamu kirimin aja nomor rekeningmu, biar aku bisa transfer uang buat gantiin biaya rumah sakit."

Keyna dan Irzan memang sempat bertukar nomor ponsel. Keyna memang awalnya ragu, tapi karena Irzanlah yang menolongnya semalam, Keyna merasa ia harus menjalin hubungan yang baik dengan Irzan. Setidaknya, untuk perihal penggantian biaya rumah sakit, Keyna masih harus berhubungan dengan Irzan, apalagi mereka juga satu fakultas.

"Kamu masih sakit, Key. Pulang besok aja ya?"

Keyna menggeleng. "Kita orang asing, kamu nggak perlu sepeduli itu sama aku."

Irzan tampak menghela napasnya. Memandang Keyna sejenak. "Aku anter ya? Motor kamu masih ada di bengkelnya temenku."

"Nggak perlu, aku udah pesen taksi online kok."

Keyna menolak tawaran Irzan, dan laki-laki itu juga tak lagi memaksanya. Seakan-akan tahu bahwa Keyna tidak nyaman dengan orang asing sepertinya. Irzan memilih mengantarkan Keyna hingga ke lobi rumah sakit. Keyna masih harus menggunakan tongkat untuk berjalan, karena kakinya yang terluka memang belum pulih.

"Makasih ya, udah nolongin aku. Harusnya aku nggak perlu ditolong," ucap Keyna dengan getir.

"Setiap manusia berhak untuk hidup. Tuhan hanya belum mau kamu mati."

Keyna tersenyum pahit, ia tak menanggapi Irzan, dan memilih untuk masuk ke dalam taksi online yang dipesannya. Kata-kata Irzan berlalu begitu saja, seperti sebuah basa-basi yang benar-benar memuakkan. Ia menatap Irzan sekilas sebelum memalingkan wajahnya. Keyna memang tidak bisa terlalu banyak basa-basi, ia hanya berbicara seadanya saja dengan Irzan.

"Harusnya aku mati aja kan?" gumam Keyna, sambil menyesali keadaan. Kenapa ia masih diberi hidup dan menanggung setumpuk rasa sakit yang menghancurkannya?

***

Turun dari taksi online yang membawanya pulang, Keyna dihadapkan pada tumpukan koper yang memenuhi halaman rumah. Tak berapa lama, mamanya pun keluar dari rumah sambil menempelkan ponsel di telinganya, tampak menghubungi seseorang.

"Mama mau kemana?" Keyna bertanya, sambil menghampiri mamanya yang terkejut melihat keadaannya.

"Kamu kenapa? Semalam nggak pulang kenapa kepala kamu diperban? Jalanmu juga pincang?" mamanya yang Bernama Renita itu tak menjawab pertanyaan Keyna dan memilih untuk bertanya keadaan Keyna.

Katanya, Bahagia itu AdaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora