16 : "khayalan mawar"

49 7 0
                                    

***
.
.
.

Semua hanya khayalan!

Endra tidak pernah mengatakan kata-kata keramat seperti itu. Semua yang terjadi hanya khayalan Mawar. Perempuan itu berandai-andai dengan pikiran joroknya.

Yah protes saja dengan dirinya yang terlalu berharap lebih ada adegan super romantis seperti drama india yang sering Mama toton bersama Bapak.

Mawar rasa dia benar-benar sudah gila, bagaimana bisa ia mengkhayalkan Endra meminta untuk menciumnya. Padahal yang terjadi sebenarnya, laki-laki itu menahan pergerakannya hanya karena ingin meminta nomor ponselnya.

Malu!, Mawar benar-benar malu. Apalagi wajahnya sudah kepalang panas memikirkan khayalan jorok itu, namun kenyataan tidak ingin merealisasikan hal itu untuknya.

"Woy melamun aja dari tadi!." Suara Juyari berhasil menginterupsi segala rasa malunya.

"Lo dengerin gue ngoceh gak sih War?," Sambung Juyari.

Mawar menggeleng, jujur saja ia memang tidak bisa fokus setelah kejadian malam itu. Sedangkan Juyari rasanya ingin menenggelamkan wajah sahabatnya itu ke kolam ikan milik suaminya.

"Lo punya masalah apa lagi sih, perasaan hidup lo kena masalah mulu dah." Sahut Juyari.

Mawar menggeleng namun helaan nafasnya yang berat itu membuat Juyari protes tidak percaya.

"Jujur aja sih War, kalo masalah lo itu terlalu berat dan lo gak sanggup buat nahannya sendirian. Lo harus bagi sama orang-orang yang lo percaya, jangan biasin mendem begini." Nasehat Juyari itu membuat Mawar mengangguk, dari kejadian lalu ia masih akan terus berusaha melakukan apa yang Juyari dan orang-orang terkasihnya katakan.

Tapi masalahnya bukan itu. Masalahnya ia yang terlalu malu dengan khayalannya sendiri. Masa hal memalukan seperti itu harus ia bagi juga pada orang-orang. Yang ada bukannya lupa, ia akan terkena ceng-cengan nantinya.

"Gak kok bukan apa-apa. Gue cuma bingung aja mau konsep nikah yang gimana." Ucapnya penuh dusta.

Mendengarnya Juyari tampak berseri-seri, ia jadi ingat kedatangan Mawar si model mager yang katanya super sibuk itu ke rumahnya adalah untuk menanyakan saran-saran pernikahan. Hahaha... Rasanya Juyari akan tertawa kencang melihat nasib dirinya dan Mawar yang sama dalam hal percintaan, yaitu di jodohkan.

"Eeh iya juga lo kan terima lamaran Mas Endra temen akrabnya suami gue. Jadi gimana, udah nentuin tanggal nikah, persiapan juga gimana?." Jiwa kepo Juyari sedang mode aktif.

Mawar mengangguk, "kita serahin ke WO sih, Mas Endra sama gue juga sama-sama gak suka yang ribet. Palingan lah yang ribet itu Mama sama Tante Anita. Gue kesini juga mau minta saran lo buat nentuin souvernir sama desain undangan. Soalanya nanti mau gue diskusiin sama Mas Endra."

Juyari mengangguk, "lo kan butuh contoh undangan, gue saranin ke percetakannya si Manshur aja."

Mawar mengernyit, "Manshur gentong temen SMA kita Juy?."

Juyari mengangguk, "iya tapi jangan lagi lo panggil gentong nek, doi udah kurus mana makin manis lagi tuh laki."

Mawar tertawa sambil melempar bungkus permen kearah Juyari, "mantan lo makin cakep nih ceritanya?." Godanya.

Juyari menatap tajam, "idih cinta monyet doang elah War. Gue udah kawin dan nikah yah nyet, jangan lagi lo sebut-sebut masa lalu suram gue."

Mawar makin tertawa, kali ini bahkan hampir terjungkal. Ingatan masa SMA mereka membuatnya tak henti untuk mengembangkan kedua pipi dan menyemburkan tawa yang membuat Juyari menahan kesal.

SI MAWARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang