Prolog: Resolusi

43 6 0
                                    

Lolos residensi ke Timor Leste

Menulis romance dengan latar sejarah referendum 99.

Membeli kamus bahasa Tetun untuk mempelajari bahasa.

Tanggal satu Januari, Sera menuliskan harapan di halaman pertama buku jurnal yang baru saja dibelinya. Ia mengetuk-ngetukkan pulpen di meja, memikirkan apa yang ingin dicapai di tahun itu.

Sera bersiap menulis kembali, namun seseorang datang menggeser buku itu dan membacanya.

“Kamu mau ke Timor Leste karena aku kan?” Lelaki itu tersenyum

“Nggak usah ge-er!” Sera mengerucutkan bibirnya. Berusaha menutupi pipinya terasa hangat. “Sebelum kenal kamu, aku memang ingin menulis dengan latar sejarah Indonesia dan Timtim.”

“Nah! Kamu berencana ke Dili, dan Tuhan mempertemukan kita. Berarti jodoh.”

“Mario,” gadis itu menghela napas. “Kita nggak akan bisa.”

“Kita jalani dulu, oke?”

“Kita sudah mencoba kan.... cepat atau lambat...”

“Sera, kita harus optimis, oke?”

Mereka terdiam lama, sebelum Sera kembali bicara.

“Kalau misal aku gagal dapat residensi, kita udahan aja ya?”

“Sera. Aku tidak suka yang kamu bicarakan, hah?”

“Kita harus memberi waktu pada diri kita masing-masing untuk menata masa depan, Mario. Kalau kita seperti ini terus kita nggak akan pernah kemana-mana.”

Dan tahun itu berjalan.

Sera tidak lolos resindensi.

Dan hubungan mereka berakhir.[]

Yang Kita Miliki Hanya KenanganWhere stories live. Discover now