3. Setelah Sembilan Tahun

10 2 0
                                    

Sera mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Rasanya seperti antara nyata dan tidak nyata. Beberapa saat lalu ia memikirkan Mario. Tidak, tidak beberapa saat lalu. Tetapi sejak kemarin. Oh lebih dari itu, kadang ia membohongi dirinya sendiri. Sesungguhnya ia bahkan mengingat Mario sejak membaca email dari Loromatan.

Namun tentu saja Sera tidak pernah menyangka dirinya akan bertemu Mario secepat ini. Meski kota ini dulunya hanya ibu kota profinsi, namun sejak menjadi ibu kota negara, Dili adalah pusat administrasi.

Sera sudah bisa membayangkan bahwa kota ini akan ramai, seperti yang ia baca karena menjadi tempat berkumpulkan berbagai etnis. Tentu kalau di novel-novel pembaca akan menyebutnya sebagai kebetulan jika tiba-tiba ada Mario yang berdiri di bandara.

Ia pernah belajar dari seorang editor romance. Katanya jika dua tokoh bertemu dengan mudah, kita harus memberikan sesuatu yang masuk akal. Misalnya salah satu tokoh sengaja menemui tokoh lainnya. Jadi bukan kebetulan semata.

Dan inilah yang terjadi. Mario memang sengaja, punya andil besar dalam kedatangan Sera di Dili. Itu, yang membuat kebanggan Sera perihal kepergiannya ke kota ini menjadi sedikit ternodai.

Kenapa harus ada lelaki ini? Seseorang yang pernah ia tinggalkan?

Pertanyaan demi pertanyaan itulah yang membuat Sera terdiam di sepanjang jalan. Ia sibuk menerka-nerka apa sesungguhnya yang sedang direncanakan Mario. Bagaimana pun juga Sera tahu kalau lelaki itu agak keras kepala dan punya daya juang yang kuat jika menginginkan sesuatu.

Tetapi sekuat itukah Mario mengingkan dirinya ke tanah ini?

Setelah sembilan tahun?

Bahkan selama itu mereka tidak pernah saling komunikasi.

Namun, ketika Sera bertemu Marsela yang ramah dan dengan tatapan berbinar mengatakan menyukai buku-bukunya, Sera mulai merasakan ketegangan dalam dirinya sedikit demi sedikit memudar. Dan ia merasa semakin lebih baik setelah menyesap kopi yang kata Mario paling enak di kota ini.

Jadi Sera merasa kalau ia harus bisa mengendalikan dirinya agar terlihat baik-baik saja. Dirinya ke sini untuk urusan pekerjaan, dan ia akan profesional.

“Kok kamu bisa bergabung dengan Loromatan?” Sera merasa itu pertanyaan yang tepat, meskipun setelah ia pikir-pikir itu bernada agak ingin tahu.

“Panjang ceritanya. Sembilan tahun kan?”

Tatapan Mario masih seperti dulu. Lembut namun seolah mengunci. Sera  meraih cangkir, mengaduk isinya dengan sendok kecil.

“Setelah kembali dari Jogja, aku bergabung dengan organisasi pendidikan anak-anak dan pemberdayaan perempuan. Dari situ aku kenal dengan Loromatan dan berpartisipasi di dalamnya.”

“Yang  ke Australi? Dapet?”

 “Ya, dua tahun.”

“Waaw!” tatapan Sera berbinar, untuk pertama kalinya sejak pertemuan dengan Mario tadi, perasaannya menjadi hangat.

“Selamat, selamat. Keren sih, keren.” Sera bertepuk tangan. Tepuk tangan yang tulus.

Sera ingat, Australia adalah negara tujuan Mario setelah Yogyakarta. Namun Mario juga pernah menyebut New Zealand sebagai alternatifnya.

“Tiga tahun lalu aku kembali dari sana. Aku mulai mengumpulkan buku-buku bacaan anak untuk dibawa ke disrik-distrik. Saat itulah aku kenal dengan Loromatan.”

“Aku ikut seneng,” kata Sera.

“Oh ya? Kamu ikut senang?”

Sera tersenyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Yang Kita Miliki Hanya KenanganWhere stories live. Discover now