17. Apa gue menyerah?

51 6 1
                                    

Kasih tau caranya biar gue bisa mempertahankan lo, gue gak bisa harus bersaing dengan kakak sendiri.
- Nirven Lamuelle

Hari ini Nirven tidak masuk sekolah, dia terpaksa membolos. Alasannya karena ingin menemani Aileen dan juga Nicozio yang tidak lepas dari Aileen yang masih tertidur.

Nirven terkejut begitu melihat pergerakan Aileen, tangan lembut itu tengah digenggam oleh sang kakak.

Rasanya sakit, bagaimanapun Nirven merasa cemburu.

Tapi sekarang kesehatan Aileen lebih penting ketimbang rasa cemburunya. Dia mengutamakan kesadaran Aileen adalah terpenting saat ini.

Aileen tersadar, dan dia terkejut melihat Nicozio ada di depannya. Apalagi memegang tangannya. Laki-laki itu tertidur pulas, sampai tak melepaskan genggamannya.

Nirven tersenyum manis, dia mendekati ranjang Aileen.

"Gue seneng banget, Leen. Akhirnya lo bisa sadar."

"Maaf." Hanya kata itu yang bisa Nirven ucapkan.

Dia menatap Aileen dengan intens, raut wajahnya menampilkan sebuah penyesalan.

"Maaf karena nyatanya gue gak bisa jaga lo, lindungi lo seperti apa yang gue janjikan."

Aileen menggelengkan kepalanya. Dia tidak membalas apapun, Aileen menangis.

Aileen kembali menitikkan air matanya. Saat semua ingatannya kembali dengan perbuatan Varen. Tiba-tiba dia merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Aileen berteriak histeris. Memukul kepalanya sendiri. Bahkan gerakan itu membuat Nicozio terbangun dan terkejut melihat Aileen menyakiti dirinya sendiri.

Nirven tidak bisa apa-apa selain terdiam di tempat, kala menyaksikan sang kakak memeluk tubuh Aileen. Perempuan yang sangat dicintainya. Hal sederhana seperti itu ternyata berefek besar untuk dirinya dan juga hatinya yang terasa sesak.

Nirven keluar meninggalkan Aileen, ternyata dia bener-benar tidak bisa melihat kejadian itu. Dia memilih pergi dan mempercayakan Aileen kepada Nicozio.

Jika saatnya tiba, Aileen membutuhkannya dia akan hadir paling terdepan. Tapi untuk saat ini, Nirven lebih memilih untuk menyerah, memercayakan Aileen kepada sang kakak.

Dia mendapatkan sebuah panggilan dari Javas.

"Kenapa, Bang?" tanya Nirven saat sudah di depan taman yang menyegarkan dan menenangkan. Setidaknya ini menghilangkan kepenatannya.

"Gue udah cari informasi sesuai perintah lo, mau kumpulan apa gak?" tanyanya diseberang sana.

"Gue gak bisa, Bang harus jaga Aileen dan Nicozio. Gue gak bisa hadir sorry."

"Ah, gue ngerti. Its okay, nggak apa-apa. Gue akan terus pantau Varen buat lo." Balasan Javas sekaligus mengakhiri sambungan teleponnya.

Nirven akhirnya memutuskan untuk membeli makanan, untuk dirinya dan Nicozio.

"Leen, gue harap lo bisa menerima gue. Gue yang mulai jatuh cinta dan ingin melindungi lo." Nicozio berbicara dengan Aileen yang terbaring di atas ranjang. Mata gadis itu kembali tertutup.

"Gue bego ya, main-mainin lo dulu sedangkan sekarang gue beneran jatuh cinta sama lo? Dunia ini jahat banget sama gue Leen, harus jatuh cinta sama korban bullying gue sendiri. Apalagi lo pernah gue lecehkan, Sorry gue ngerasa bodoh. Gue benaran gak pantes buat lo cintain."

Nicozio terus-terusan berbicara dengan Aileen yang tidur. Setelah ditenangkannya.

Nicozio risih karena beberapa kali terdengar suara panggilan dari ponselnya Aileen. Dia yang tidak sabaran pun mengambil dan menerima panggilan itu dengan kasar.

Dia menerima tanpa melihat layar siapa pemanggil telepon tersebut.

"Lo bisa gak sih jangan ganggu Aileen?! Mau apa?!" bentak laki-laki itu dengan suara lantang. Si penelepon terkejut tapi masih berusaha untuk mendapatkan jawaban dari Nicozio.

"Gue Keiza Anastasya, temennya Aileen, gue cuma khawatir sama dia gak ada kabar sama sekali."

"Dia ada di rumah sakit lagi di rawat. Puas lo?! Gak usah telepon-telepon lagi ganggu, berisik!"

Nicozio langsung mematikan sambungannya.

"Sialan banget!" Nicozio menyimpan kembali ponsel Aileen di meja kecil di samping ranjang. Setelah misuh-misuh dengan si penelpon.

Tak lama Nirven kembali dengan sekantong keresek makanan di tangan. Karena mengetahui Abangnya sangat suka sosis dia pun beli makanan tersebut. Jika Nirven membeli chicken nugget kesukaannya. Dia membeli makanan tersebut dari luar rumah sakit.

"Bang, lo makan dulu, gue dah beliin nih."

Nicozio menoleh, dia yang tak naif pun mengambil dengan kasar keresek tersebut berjalan ke area sofa di ruang tunggu.

"Lo beli di mana?" tanyanya basa-basi.

"Di depan, ada Indomaret gitu, gue ngedadak masak sendiri."

"Thanks. Lo beneran mau relain Aileen demi gue? Kenapa?" tanyanya tiba-tiba membahas Aileen.

"Gue cuma pengen liat dia bahagia, hal sederhana itu. Jadinya kalo lo gak bisa bahagiain dia, biar gue aja yang ambil alih."

"Cukup, Bang, jangan sakiti dia, dia udah terlalu banyak luka."

"Gue tau, lo dulu selalu bullying, Bang Hero dan juga Aileen. Makannya gue biarin lo menebus dosa yang pernah lo perbuat. Ini kesempatan lo."

"Gue gak janji kalo soal nebus dosa, tapi gue akan usahakan untuk bikin Aileen bahagia. Biarin gue untuk perjuangin dulu Aileen, kalo dia gak mau sama gue, lo boleh ambil dia dari gue."

Nirven hanya berharap bahwa Aileen tidak pernah jatuh cinta pada Nicozio. Ya, bagaimanapun dia benar-benar tak ingin Aileen dengan orang lain. Sedangkan selama ini dia yang berusaha. Apalagi ini dengan saudara kandungnya sendiri.

Bolehkan Nirven egois untuk kali ini saja?

S : CROSS THE LINE | NI-KI VS NICHOLASWhere stories live. Discover now