15. STRANGE

59.1K 3K 40
                                    

Happy Reading^^

***

Suara gemericik dari kamar mandi mengganggu tidur nyenyak Anya. Tangannya meraba-raba samping, berharap menemukan sosok Raka di sana. Karena tak kunjung menemukan, Anya sontak bangkit dengan mata setengah memejam. Perlahan, matanya mengerjap sebelum akhirnya terbuka menyesuaikan cahaya masuk ke matanya.

"Raka?"

Aneh rasanya pagi-pagi bangun tidur tak menemukan cowok itu di sampingnya. Suara gemericik air yang sempat mengganggunya membuat Anya menoleh ke arah kamar mandi.

Ia menyibak selimut, mencoba mengumpulkan nyawanya dan melangkah menuju kamar mandi. Pintu yang tak dikunci membuat Anya langsung masuk dan mendapati Raka di depan closed.

"Ka? Kenapa?"

Raka menoleh. Betapa terkejutnya Anya melihat wajah pucat Raka, ditampah matanya yang memerah berair. "Muntah," adu Raka lemas.

"Morning Sickness?"

"Bisa gitu? Kan bukan aku yang hamil."

"Bisa, dong."

Raka langsung memeluk Anya begitu Anya mendekat, menjatuhkan kepalanya di bahu Anya. "Lemes banget."

"Ayo tiduran aja." Raka pasrah saja saat Anya membawanya kembali menuju ranjang.

"Hari ini ada kelas nggak?"

"Nggak."

"Kerja bisa libur nggak, sih?"

"Nggak enak, aku baru kemarin hari pertama masa udah minta libur aja."

Anya memperbaiki letak bantal lebih dulu agar Raka dapat berbaring nyaman. "Ya udah, minta berangkat agak siangan kalau gitu."

Mata Raka memejam sejenak. Memiirngkan posisi tidur, ia menggapai tangan Anya, meletakkan di bawah pipi seolah mencari kehangatan.

"Laper," rengeknya.

Anya menghela napas panjang. Benar-benar dibuat terkejut dengan sosok Raka sesudah menikah. Dulunya, Raka sangat kesal saat Anya bersikap seperti memanjakan cowok itu layaknya anak kecil, tapi lihatlah sekarang, Raka seperti memakan omongannya sendiri.

"Mau makan apa?"

"Kamu." Raka gelagapan. "Eh maksudnya apapun yang kamu masak."

Anya memberi tatapan sinisnya. "Lepasin dulu tangannya kalau gitu, aku mau masak."

"Nggak mau." Raka malah semakin mengeratkan tangan Anya. "Jangan pergi."

"Ya gimana masaknya, Sayang?" Anya sengaja menekankan kata 'sayang' dengan nada kesal, Raka terkekeh dibuatnya.

"Eh, tapi mau bubur jagung."

Cukup terkejut Anya mendengarnya. "Sejak kenal kamu nggak pernah, tuh, aku denger kamu makan jagung."

"Pernah, kok. Aku suka jagung tapi nggak suka makanan yang rasa jagung."

Gemas melihatnya, Anya tak tahan untuk tidak menyentil kening Raka. "Ada-ada aja."

"Aw, sakit tau!"

"Lemah!"

"Hei, lihat siapa yang bilang aku lemah?" Raka berujar tak terima. "Ada baby di perut kamu itu bukti kalau aku nggak lemah."

Anya mencibir. "Jadi mau bubur jagung nggak? Depan komplek sana kayaknya ada yang jual. Ya nggak, sih?" tanya Anya tak yakin sendiri.

"Oh iya ada. Agak jauh kayaknya."

with Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang