-Nini Sakit-

885 159 2
                                    

Acara pemakaman akhirnya diadakan. Kedua orang tua Rosie dimakamkan secara bersamaan. Hanya beberapa pelayat yang datang karena Rosie tidak mempunyai kerabat. Kedua orang tua Rosie adalah anak tunggal gara gara itu jugalah Rosie sudah tidak punya sandaran saat ini.

"Hiks huaaa Eomma Appa!" Teriak Nini histeris ketika kedua orang tuanya dimakamkan.

"Nini, sudahlah" Rosie menjadi kewalahan gara gara Nini terus meronta ronta didalam gendongannya.

"Hiks Nini mau Eomma tama Appa. Kenapa Kak Ochie bialin meleka tidul bawah tanah. Hiks Nini mau ikut tama meleka" isak Nini.

Rosie memeluk Jennie dengan semakin erat "Nini yang sabar ya" hanya ini yang mampu Rosie katakan karena saat ini dia mati matian berusaha menahan tangisannya.

"Rosie, ayo pulang" ajak Lisa ketika para pelayat sudah pergi meninggalkan area pemakaman.

Rosie menarik nafasnya dalam dalam "Eomma sama Appa harus menunggu Rosie disana. Rosie janji akan menjaga Nini dengan baik. Dan Rosie akan menyusul kalian ketika waktu Rosie sudah tiba" ujarnya sebelum berganjak pergi dari sana bersama Nini dan Lisa.

"Hiks tidak mau! Nini mau tama meleka!" Teriak Nini berusaha turun dari gendongan Rosie.

"Nini, jangan seperti ini. Biarkan Eomma sama Appa pergi dengan tenang" bujuk Rosie mengelus punggung sang adek.

"Hiks Nini mau meleka"

Rosie tersenyum tipis "Nini pasti tidak mau Eomma sama Appa sedih bukan? Jadi Nini harus melepaskan kepergian mereka. Jangan menangisi mereka seperti ini" bujuknya lagi.

Dengan sesenggukan, Nini menyandarkan kepalanya diceruk leher sang Kakak "Hiks Kak Ochie tidak boleh tinggalin Nini ya"

"Kakak janji" balas Rosie yang akhirnya bisa membawa sang adek pergi dari sana.

*

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan sekarang terlihatlah Rosie yang hanya melamun di ruang tamu rumahnya. Nini pula lagi tidur dikamar gara gara capek menangis seharian.

"Rosie" Lisa memasuki rumah Rosie dengan membawa beberapa bungkusan makanan "Malam ini aku akan menemani kamu sama Nini. Ini, kita makan bersama ya"

"Kamu makan saja Li, aku tidak ada selera" tolak Rosie dengan tatapan kosongnya.

"Jangan seperti ini Rosie. Kamu harus makan. Kalau kamu tidak makan, Nini juga pasti tidak mau makan" bujuk Lisa.

Rosie menghela nafasnya dengan kasar "Aku bangunkan Nini duluan" dia bangkit lalu berganjak kekamar.

Terlihatlah Nini yang masih tidur namun anehnya adeknya itu kelihatan gelisah "Nini" panggil Rosie berganjak duduk disamping Nini.

Dielusnya dahi Nini yang mengeluarkan keringat itu "Nini, bangun" dia mula kelihatan panik ketika menyadari suhu badan Nini yang panas itu.

Nini membuka matanya dan menatap sang Kakak dengan sendu "Hiks Eomma"

"Tunggu sebentar ya" Rosie bergegas keluar dari kamar lalu berlari kedapur.

"Dimana Nini?" Tanya Lisa bingung.

"Nini demam" ujar Rosie yang sibuk menyiapkan alat kompresan.

"Aku kekamar" Lisa langsung berganjak kekamar dan menghampiri Nini yang sudah terisak itu "Nini"

"Hiks Nini mau Eomma" isak Nini.

Tidak butuh waktu yang lama, Rosie menghampiri mereka. Dia berganjak duduk disamping Nini lalu mengompres dahi sang adek "Apa yang sakit?" Tanya Rosie mengelus pipi hangat sang adek.

"Kepala Nini takit" adu Nini.

"Makanya Nini tidak boleh menangis. Nanti kepalanya semakin sakit" ujar Rosie mengelus kepala Nini.

"Lis, bisa tolong belikan obat?" Pinta Rosie.

"Ya sudah, aku ke apotek duluan" ujar Lisa.

"Uangnya-"

"Tidak perlu" potong Lisa lalu dia bergegas pergi dari sana.

"Kak Ochie, takit" lirih Nini merasa tidak enak disekujur badannya.

Rosie melepaskan baju yang dipakai oleh sang adek sehingga Nini hanya memakai pampers. Dia ikut melepaskan bajunya lalu beralih memeluk sang adek. Seakan tersengat listrik, Rosie bisa merasakan suhu badan sang adek yang hangat itu.

"Kita tunggu Kak Lisa" ujar Rosie mengambil empeng dan menyumpal mulut sang adek.

Beberapa menit kemudian, Lisa akhirnya kembali. Dia memasuki kamar dengan membawa obat bersama bubur yang dibeli untuk Nini.

"Terima kasih Lisa-ya" ujar Rosie membantu Nini bangkit dari rebahan.

"Apa tidak sebaiknya kita membawa Nini kerumah sakit?" Tanya Lisa yang juga khawatir.

"Kita lihat nanti saja. Kalau suhu badannya semakin tinggi, kita bawa Nini kerumah sakit" putus Rosie diangguki oleh Lisa.

"Sekarang Nini makan ya. Kakak suapin"

Dengan patuhnya Nini membuka mulutnya dan menerima suapan dari sang Kakak.

"Tidak enak. Lasanya pahit" ujar Nini menolak untuk suapan kedua.

"Nini lagi sakit makanya lidah tidak ada rasa. Satu suap lagi terus nanti Nini minum obat" bujuk Rosie.

Nini akhirnya kembali menerima suapan kedua dari Rosie lalu dia meminum obat sirup yang diberikan oleh sang Kakak.

"Biar aku saja" Lisa mengambil piring bubur dari tangan Rosie lalu membawanya kedapur.

"Mau susu?" Tanya Rosie.

Nini menggeleng "Mau tidul" ujarnya yang kembali mengantuk gara gara efek obat.

Rosie ikut berbaring disamping Nini lalu dia menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk sang adek. Tidak lupa juga dia menyumpal empeng dimulut sang adek "Baiklah. Kakak akan menemani Nini" ujar Rosie mengelus kepala Nini.

Tidak butuh waktu yang lama, dengkuran halus Nini akhirnya kedengaran.

"Selamat tidur kesayangan Kakak" bisik Rosie mengecup pipi hangat sang adek.








Tekan
    👇

Angel Without Wings✅Where stories live. Discover now