Bagian 4|| Teman Berhargaku

170 20 0
                                    

MASA KINI...

Tok... Tok... Tok...

Ketukan pintu rumah menyadarkanku pada kenangan masa lalu.

Perlahan aku melangkahkan kakiku menuju ke pintu depan dan membukanya guna melihat siapa tamu yang berkunjung di malam hari yang gerimis seperti sekarang.

"MATCHA!" pekik Nada berhambur memeluk tubuhku.

"Malam ini aku nginep di rumahmu ya? Orang tuaku lagi gak ada di rumah, aku takut sendirian," ucapnya setelah melepaskan pelukannya pada tubuhku.

Aku mengangguk pelan lalu mempersilahkannya untuk masuk.

"Kamu ke sini sama siapa tadi?" tanyaku begitu kami sudah sampai di kamarku.

"Sama pacarku," balasnya terdengar santai.

Aku menundukkan kepalaku, mencoba mencari kesibukan dengan memainkan jemari tanganku sendiri.

"Cha," panggilnya mendekat menghampiriku.

"Mau aku kenalin ke cowok nggak? Aku punya temen satu jurusan. Anaknya ganteng, baik, tinggi, pinter lagi. Pokoknya sesuai sama tipemu lah," antusias Nada untuk kesekian kalinya memperkenalkan sosok pria padaku yang belum pernah menjalin hubungan percintaan dengan pria manapun.

Tak hanya sekali dua kali Nada memperkenalkan teman-teman pria kenalannya padaku, bahkan ada beberapa yang sudah sampai tahap pertemuan. Tapi nyatanya memang diriku tak bisa membuat seseorang nyaman.

Kepribadianku yang tertutup dan sangat introvet membuat lawan bicara merasa bosan.

Aku tak bisa mencari topik obrolan, sedangkan orang yang mengajakku mengobrol pasti membicarakan topik yang tak terlalu ku mengerti.

Jangankan orang lain, aku sendiripun merasa tertekan dan bosan dengan kepribadianku yang terkesan seperti langit mendung yang membosankan.

Memaksakan diri bukanlah hal yang mudah. Jikapun bisa, pasti ada proses. Gelapnya langit di dini hari tak mungkin langsung nampak secerah siang hari. Perlahan tapi pasti, matahari akan menunjukkan sinar cerahnya di atas langit.

Aku bukan Nada, yang seperti udara pagi menyejukkan dan sebersinar langit siang hari.

"Aku gak ada pikiran untuk pacaran dulu saat ini," hanya itu yang dapat ku katakan.

Perkataanku mendapatkan desahan kecewa dari Nada.

Mungkin gadis itu juga sudah mulai lelah dengan sikapku. Tapi aku bersyukur karena meski begitu ia tak pernah merasa bosan atau berniat untuk memutus tali persahabatan dan meninggalkanku seorang diri di duniaku sendiri yang begitu membosankan untuk dijalani.

"Ck, mau sampai kapan? Dari dulu ngomongnya gini mulu. Gak dapet jodoh tahu rasa kamu nanti"

Frustasi, itulah yang ku tangkap saat Nada berbicara barusan. Lelah denganku yang selalu merasa tak memiliki kecocokan dengan banyaknya lawan jenis yang dia bawakan untukku.

Aku tersenyum tipis menanggapi perkataan Nada. "Jodoh udah ada yang atur, gak perlu sibuk nyari pasti nanti ketemu sendiri"

"Huh_ terserahlah, capek aku ngomong sama kamu. Aku minjem bajumu dulu ya, ini bajuku gak enak buat tidur," pasrahnya pada akhirnya menyerah untuk berdebat atau kembali memberikan kontak teman pria kenalannya.

"Baju tidur mau?" tanyaku.

"Iya terserah, pokoknya yang nyaman di pakai," balasnya ku angguki sambil berjalan menuju lemari untuk mengambil sepasang pakaian tidur yang nyaman di pakai.

"Ini?" tawarku menunjukkan pada Nada yang mengangguk setuju.

Berjalan menghampiriku, Nada menerima pakaian di tanganku.

BENTANG PESAWAT KERTASWhere stories live. Discover now