Chapter 27 Mencium Komandan di Aula

988 31 0
                                    

"Untuk selanjutnya kita akan memasuki babak kedua, yaitu menembak dan melihat dengan jeli apa yang tampak di hadapan kita. Kegiatan ini berlangsung besok pagi, dan kalian diharapkan berkumpul tepat waktu di sini," ucap Komandan Reza.

Kami pun mengangguk dan mendengarkan pengarahan yang dia katakan, sang kekasih kali ini tidak memihak siapa aku dan orang lain. Ketika berada dalam ruang lingkup Batalyon 3, dia adalah orang paling sportif dan profesional.

Aku pun tidak berharap selalu diperhatikan, karena kehidupan di Batalyon ini menuju masa depan, bukan sekadar mementingkan perasaan dan saling jatuh cinta. Walau pun tadi terlihat sangat jelas, bahwa Reza—kekasihku marah besar pada seorang komandan yang ingun memukul secara tiba-tiba.

Dalam gerak-geriknya sudah terbaca olehku, dia akan melakukan itu dan dengan mudahnya minta maaf. Ketika berada di ruang ujian, dia pun sempat melirik ke arahku dengan tatapan remeh. Namun, sebagai peserta paling kecil di sini, aku tak akan mundur begitu saja.

Sudah banyak pengalaman dan langkah kaki sejauh ini menapak, aku ditakdirkan untuk menjadi seorang perajurit, kemudian hal itu pula membangun jati diri agar menjadi lebih waspada pada siapa pun. Sahabatku berjumlah tiga orang di ruangan, tidak sendirian dan kabarnya kami akan diseleksi menjadi empat.

Empat orang tersebut akan dilakukan sebuah turnamen fisik yang sampai saat ini aku tak tahu apa. Komandan Reza sedari tadi menjelaskan perihal kegiatan besok, akan tetapi tidak membocorkan kegiatan final seperti apa. Yang pasti, aku akan selalu menjaga diri agar tidak terkontaminasi dari pihak luar.

Banyak yang menginginkan posisi saat ini aku duduki, akan tetapi tidak akan ada yang akan aku berikan satu orang pun merebut semua cita-cita ini. Di dalam ruang aula, yang semua sedikit ricuh karena skema turnamen besok mendadak hening.

Hanya ada satu suara, yaitu Komandan Reza berkata perihal sportifitas dan pantang menyerah. Menjadi salah satu dari mereka membuat adrenalin ini tercipta lebih besar, dan aku tidak akan membuatnya hilang begitu saja.

"Baiklah, pengarahan telah selesai dan saya harap tidak ada pertanyaan. Jika kalian bertanya pada saya, kemungkinan tak akan saya jawab. Silakan tinggalkan ruangan ini, karena besok akan kembali untuk menjalani babak kedua," ungkap Komandan Reza mempersilakan.

Satu persatu para anggota perajurit kesatuan yonif Batalyon 3 ke luar, akan tetapi tidak dengan aku yang masih duduk di kursi berwarna hitam. Para komandan lainnya pun ke luar hingga tidak ada seorang pun, mereka sudah biasa melihat aku duduk sendirian.

Sehingga tidak ada yang mengajak atau menemui, kali ini aku memutar-mutar pensil di tangan. Mengulas kilas balik perihal apa yang di lakukan oleh seorang komandan bernama—Rusli. Dia adalah laki-laki paling tampan dari Batalyon luar, akan tetapi tidak dengan sikapnya.

Mendadak sangat arogan dan hendak memukulku, kali ini hati dan pikiran berkecamuk menjadi satu. Pasalnya, aku tidak tahu kalau dia ada masalah pribadi atau apa pun pada diri ini. Baru pertama kali bertemu sudah menjadi momok mengerikan dalam hidupku.

Sewaktu-waktu dia hendak membuat aku terluka, bisa dan kapans saja. Akan tetapi aku tidak terlalu pusing, karena aku percaya bahwa semua orang itu baik pada dasarnya. Hanya saja, terkadang ambisi yang membuat orang tersebut bisa berubah total.

Tak berapa lama duduk di dalam aula, suara telapak kaki seseorang sepertinya masuk ke dalam ruangan ini. Aku masih menatap depan, dan kedua telingaku mendengar gelombang pergerakan dari arah belakang. Lalu, berbunyi sebuah kursi yang ditarik ke samping kanan.

Seketika aku menoleh, dia adalah Komandan Reza—kali ini hanya ada kami berdua dan sudah pasti bukan ruang lingkup jam kerja. Dia duduk di samping, tanpa ada siapa pun mengikuti. Kemudian kekasih membuang senyum simpul, aku menganggapnya biasa saja karena tak akan terbius kembali.

Seleksi Calon BintaraWhere stories live. Discover now