Chapter 31 Latihan Aneh, Jhon!

739 24 2
                                    

Sorak suara riuh pun terdengar memasuki lubang telingaku, di sana dan sini adalah pujian akan keberhasilan kami sejauh ini. Namun, ada babak yang paling menentukan perihal keberhasilan untuk mencapai juara. Kali ini aku sangat optimis menang, agar tidak ada lagi satu pun menganggap aku lemah.

Ayahku adalah lulusan terbaik di Batalyon 3, dia juga memenangkan berbagai turnamen fisik dan yang lainnya. Sedangkan aku sebagai generasi tidak dapat mengbanginya, bahkan sekadar setara saja. Dengan menoleh kanan, tampak Raka Lesmana dan Rudi Ardiyansyah.

Di sebelah kiri, ada Jhon yang merupakan orang paling beruntung dalam hal apa pun. Dia adalah saingan terberat untukku, akan tetapi tidak untuk main fisik. Karena yang aku tahu, kalau dia tidak sehebat aku dalam ilmu bela diri. Dengan cengir penuh kemenangan, ternyata Jhon mampu menyingkirkan orang paling bringas di ruangannya.

Semula kami menebak dia yang akan lulus bersama kami, ternyata Jhon tidak dapat dianggap remeh sebagai angkatan berbadan kecil. Akan tetapi, dia memiliki semangat yang kuat. Bahkan, melebihi aku yang sekarang optimis tinggi.

Kala melihat dari gayanya, Jhon adalah anak yang dingin seperti tidak peduli sama sekali pada siapa pun. Namun, di balik sifatnya itu terdapat hal yang mampu membuat hati ini goyah dan ingin memilikinya. Walau pun sekarang sudah terasa sakit karena tak kunjung mendapatkan timbal balik dari apa yang aku rasakan.

"Baiklah, mereka berempat adalah perajurit yang akan menuju final besok. Saya harap, kalian bisa tampil maksimal untuk besok dan tidak mengecewakan Batalyon kalian, sekarang silakan ikuti kami untuk masuk ke dalam aula," ajak Komandan Satria.

Kami bergerak dari lapangan hijau dan berjalan menuju ruang aula biasa, di sana akan dijelaskan skema tentang sistem final besok yang akan kami lakukan. Dengan mengembuskan napas panjang, kami pun berjalan laju dan di belakang ada Jhon dan Raka.

Ternyata Bambang tidak lulus sesi kedua, karena dia tidak mendapatkan tiket tersebut. Kami adalah dari sekian orang yang mencapai titik ini, sangat luar biasa dan tiga dari kami adalah perwakilan Batalyon 3. Ada yang dari batalyon 2.

"Jhon, aku gak nyangka kalau kau lulus," ucap Raka di belakang.

"Mau lulus atau enggak aku gak peduli, Raka. Yang penting lakukan aja yang terbaik, itu lebih dari cukup," jawab Jhon terdengar jelas di telingaku.

Betapa pongahnya dia menjawab, dan baru kali ini aku mendengar ketika seseorang peserta lomba tak mengharao menang. Sedangkan aku terlalu teropsesi untuk bisa menang, siapa pun akan menginginkak hal demikian.

Tetapi tidak dengan Jhon, dia malah melakukan saja sebisanya. Lulus lanjut, kalau gagal akan mundur. Itu adalah prinsip yang dapat aku tarik dari ucapan Jhon pada Raka Lesmana di belakang, akan tetapi besok adalah penentu. Kalau pun akhirnya aku akan melawan Jhon, akan dilakukan berdasarkan profesional.

Setibanya di aula kami pun masuk dan mengambil kursi yang memang ada empat, yang lima lagi telah hilang dan menepi ke tembok. Ruangan ini sudah tersedia rapi, mungkin sudah ada panitia yang membawa kami ke ruangan ini.

Para komandan pun berkumpul kembali, kali ini hanya ada empat saja. Karena dari Batalyon 1 sudah tak ada perwakilan. Namun, dari Batalyon 2 masih berada di sana dan duduk sejajar bersama Komandan Reza. Mereka pun terdiam, tidak mengatakan apa pun.

Kemudian Komandan Reza membuka amplop berwarna putih, dia membukanya dan menatap secara saksama. Kami menunggu skema yang akan dia bacakan, sudah terasa tak sabar mendengar semuanya.

Dengan menarik napas panjang, aku mengembuskannya dari mulut. Kami bertiga tampak tegang, tetapi tidak pada Jhon. Sikap cueknya dapat diacungi jempol, karena hanya diam dan berkata seperlunya saja. Bahkan kemarin kami bertemu dalam hujan lebat, kalau dia akan menunjukkan kemapuan sesuai yang dia bisa.

Seleksi Calon BintaraWhere stories live. Discover now