Part 20

43K 2K 40
                                    

Hello thanks for 53K Readers? Gak nyangkaa
Oh iya, disini ada orang Jawa yang bisa bahasa jawa halus??

Soalnya aku mau bikin cerita yang berkaitan dengan daerah Jawa, terkhususnya Yogyakarta.

Cerita apa? Ya tunggu aja!!

***


        Disha menghentakkan kakinya kesal, kenapa semua kartunya harus disita? Gadis itu menatap tajam foto pernikahannya dengan Gevan yang tergantung di dinding Rumah.

"Awas aja lo ya!"Ancamnya, "kayaknya gue harus nemuin Papa sama Mama deh." Ujung bibirnya terangkat ke atas,

Tapi kemudian wajah gadis itu muram kembali, "Tapi semua kartu disita! Kalo gue ditilang gimana?"

Gadis itu menjetikkan jarinya sendiri, "Sogok aja pake duit! Hahaha!!!!"

Namun yang terjadi, Disha hanya berani memakai Taksi saja. Bukan taksi Online tapi taksi biasa, karna ponselnya masih disita! Ingat!

Setiap hari Gevan meninggalkan uang senilai 500.000 untuk Disha. Dan gadis itu tak banyak menggunakannya, semua uang itu ada di kantongnya. Setidaknya walau Gevan menyita semua barangnya tapi pria itu tidak menelantarkannya.

Sesampainya dirumah keluarganya, Disha mencari keberadaan Mama dan Papanya. "Mama!!" Disha berteriak kala mendapati satu keluarga sedang bersenda gurau di meja makan.

Disha berlari dan memeluk sang Mama tercinta, "Mama. Gimana ini? Disha gatau harus ngapain."

Dhea menangkup wajah anaknya, "Sekarang kamu udah jadi istri nak. Kurang-kurang in ya?"

Dahi gadi itu mengernyit heran, "Apanya Ma?"

"Setressnya!"

Kalimat yang keluar dari bibir manis sang Mama membuat Disha mendengus kesal. Dirinya normal kok, tidak punya gangguan jiwa sama sekali!.

Tapi sedetik kemudian gadis itu menatap papanya sendu, "Pa, Disha tahu ini pernikahan karna paksaan kan Pa? Terus gimana nasib Disha? Apa Disha harus Cer-"

"Sst! Jangan ngomong gitu Disha. Jalani pernikahan kamu, tuhan membenci perceraian nak."Nasehat Rangga kepada Putri sulungnya.

Disha menundukkan kepalanya. Dia tahu jika tuhan membenci perceraian, tapi masalahnya kini dirinya menikah dengan orang yang tidak mencintainya sama sekali!.

"Tapi nikah sama orang yang gak cinta sama kita bukannya sama aja kayak nyiksa diri ya Pa?"Pertanyaan Disha dibalas senyuman oleh Papanya.

"Kata siapa dia gak cinta sama kamu? Gevan itu cinta sama kamu Nak. Papa tahu itu."Ucapan sang Papa masih saja tidak bisa diterima oleh akal sehatnya.

Disha bingung, "Maksud Papa? Dia gak pernah bilang kalo dia cinta sama aku. Papa bohong kan?"

Rangga mengelus surai putrinya dengan penuh sayang, "menurut papa, cinta gak harus di ungkapkan tapi di buktikan. Dan beberapa orang memilih untuk membuktikan cintanya dari pada mengatakannya sayang."

"Tapi Pa, kalau cinta gak harus di ungkapkan bagaimana orang itu tahu kita jatuh cinta sama dia?. Gimana kalo dia ngira, kalo semua sikap baik yang kita kasih ke dia itu karna emang kita baik ke semua orang" Perkataan Disha memang benar, pembuktian penting tapi ungkapan kata juga penting.

Agar sebuah salah faham tidak terjadi, seperti apa yang di alaminya saat ini. Rangga hanya bisa terdiam, secara tidak langsung putrinya sudah mengatakan apa yang dirasakannya selama ini. Dia tidak bisa memahami cara Gevan mencintainya, karna dirinya mengira Gevan bersikap seperti itu kepada semua orang.

Atau, Disha mengira jika Gevan bersikap baik kepadanya bukan karna menganggap dirinya spesial untuk pria itu.

***

"Belum bisa"Ucapan datar seorang pria meluncur bebas,

Hal itu membuat gadis di hadapannya membuang nafas kasar. Mengapa sulit sekali?

"Saya mohon Pak Gevan. Kembalikan Mbak Disha"

Gevan menggelengkan kepalanya, "Saya tidak meminjamnya. Jadi saya tidak perlu mengembalikannya."

Nina meremas bajunya sendiri, jujur saja otak kecilnya ini kewalahan mengurus WO Sendirian. Walau Disha terkadang memang menyuruhnya bertanggung jawab penuh atas beberapa acara yang memakai jasa WO mereka, tapi Nina tidak pernah dilepas begini.

Gevan menyesap kopi yang ada di hadapannya, "Nanti, saya akan mengirim beberapa orang untuk membantu pekerjaan kalian"

Nina menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu! Tapi saya mohon, cepat kembalikan mbak Disha. Kami butuh dia."

Belum nyerah ya? Batin Gevan, pria itu lalu mengangguk "Tapi nanti."

Setelah kepergian Nina, Gevan menghela nafasnya. Sebenarnya karyawan milik Disha satu itu memiliki tingkat kesetiaan yang sangat tinggi. Namun, Disha jarang melatih Nina.

Kurang kompeten, tapi Gevan dengan senang hati akan membantu istrinya.

Baiklah, saat ini pria itu harus kembali bekerja. Tak lupa sebuah masker dan topi dikenakannya, Gevan masih merahasiakan identitasnya. Hanya orang-orang yang dia percayalah yang bisa melihat seperti apa wajah pemilik Penerbitan Mata Buku yang lumayan terkenal ini.

Gevan pada akhirnya memilih Staff yang lumayan lama berkerja, menjadi sekretarisnya. Selain penerbitan, tentu saja pria ini melebarkan sayap usahanya diberbagai bidang. Sifat ketidak puas-an yang dimiliki sang Ayah sepertinya mengalir deras dalam dirinya.

Jika Ayahnya tertarik pada perusahaan besar maka Gevan sebaliknya. Pria itu lebih tertarik melakukan usaha yang lebih kecil dari Ayahnya.

Tidak bisa dibilang kecil karena usaha yang dibangun adalah sebuah Tempat Makan yang lumayan terkenal di Jakarta.

'Jalima', atau jajanan kaki lima, adalah  sebuah Restoran dimana terdapat jajanan seperti Cilor,Cireng, Cimol, Tahu bulat, seblak dan jajanan receh lainnya. Gevan membangun Tempat makan yang identik dengan anak muda jaman sekarang. Jalima memiliki 2 lantai, dan dilantai pertama terdapat beberapa spot foto menarik untuk anak muda dan dilantai 2 terdapat Rooftoop yang tak lupa ditambahi beberapa properti untuk menambah kesan Aesthetic di dalamnya.

Untuk cabang entahlah Gevan belum memikirkannya.

(Btw Jalima ide Author. Kayaknya seru gak sih ada Resto begitu? Makanannya receh terus banyak spot foto menarik. Selain bisa eksis di sosmed, kantong juga ga bakal nangis. Ya gak ya gak?)

Bagaimana mengatakannya? Sepulang bekerja, Gevan pergi ke toko bunga. Karna biasanya hati wanita akan luluh jika diberikan hal hal manis seperti bunga, coklat dan lain-lain.

"Mau bunga yang mana kak? Masih segar segar kok bunganya." Ucap Penjaga toko Florist tersebut.

Gevan menatap masing-masing bunga satu per satu "Saya gak ngerti bunga. Bisa tolong buatkan buket bunga besar?"

Sang penjaga toko menganggukkan kepalanya, "Untuk siapa kak?"

"Istri saya" Balas Gevan tanpa Ragu.

Gadis penjaga toko tersebut mengulum senyumnya lalu segera membuatkan pesanan Gevan. Setelah selesai dia memberikannya kepada pria tersebut.

Entah kenapa sejak menikahi Disha, Gevan merasa Dirinya lebih utuh. Hidupnya seperti, bagaimana ya menjelaskannya? Saat disibukkan dengan pekerjaan, Gevan rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

Disha, menikahi gadis itu adalah hal yang paling dinantikannya selama ini. Dan penantiannya berbuah manis, Gevan harap takdir akan tetap membiarkan gadis cantik itu menjadi istrinya dan ibu dari anak-anaknya.

















Apa pendapat kalian di part ini? Tulis dikomentar!
See u guys!!



























Move On (End)Where stories live. Discover now