Empat Puluh Ribu Sudah Mampu Memberi Kebahagiaan

8 2 0
                                    

Satu minggu menuju TKH (Temu Keakraban Manajemen) yang membuat seluruh mahasiswa baru tahun ini serentak merasa khawatir karena takut mendapatkan perlakuan keras yang sama seperti saat LKMO waktu lalu.

Satu minggu ini pula Wardo sang ketua angkatan sibuk menjadi penanggung jawab acara. Awal-awal Wardo masih sering bertemu dengan Ranasya dan yang lainnya karena ia pikir dirinya tidak wajib mengikuti menjadi bagian kepanitia TKH. Panitia TKH itu sendiri di jalankan oleh mahasiswa baru tahun ini, berbeda dengan acara di hari ke dua akan beralih tanggung jawab kepada himpunan.

Pembukaan pendaftaran kepanitiaan TKH terbuka lebar bagi siapapun mahasiswa baru manajemen yang mau mendaftarkan dirinya. Wardo tidak pernah melakukan pendaftaran, dan menjadi penanggung jawab acara karena teman-teman dari Badan Pengurus Harian lah yang meminta Wardo untuk menkadi penanggung jawab acar. Wardo pikir ia masih berhak mendapatkan kebebasannya, namun ternyata ia masih belum mendapatkan hak nya karena ia sudah punya janji untuk mempertanggung jawabakan jabatannya sebagai ketua angkatan sejak awal pemungutan siara dilakukan.

Wardo menjadi bagian penanggung jawab bersama wakilnya dan beberapa anggotanya. Wardo mulai merasa lelah, ia sangat tidak tertarik dengan menjadi bagian kepanitiaan acara tersebut. Karena setahunya, pada malam puncak keakraban nanti akan datang alumni-alumni atau kakak tingkat dari prodi mereka yang akan ikut serta melakukan pesta karaoke bersama anak-anak baru.

Menjadi penanggung jawab tentu sulit, belum lagi menghadapi pertanyaan beraneka macam dari para alumni atau kakak tingkat. Wardo sudah sering ditarik sana-sini, di panggil kakak tingkat atau alumni, menyuruh Wardo untuk mengumpulkan tim basket atau bola dari angkatannya yang harus ikut sparing dengan mereka. Atau kalau ada kompetisi antar prodi, para alumni akan langsung bergerak dan menanyakan keberadaan para mahasiswa baru di tahun ini.

Wardo kelabakan karena tidak bisa menuntut penolakan para teman-teman seangkatannya yang misalnya tidak punya minat menjadi peran pendukung atau menjadi atlet ini dan itu. Tidak semua orang bisa kan? Tidak semua orang suka. Tapi para alumni itu ingin mahasiswa mahasiswi manajemen dan khusunya para mahasiswa baru di tahun ini turut ikut serta menjadi peran pendukung di turnamen atau acara sparing senang-senangnya mereka.

Di atas meja kantin yang sedang Ranasya tempati bersama empat teman lainnya, tidak hanya ada piring dan gelas, tetapi juga ada kepala Wardo yang sedang mempercayakan pening kepalanya pada sandaran meja.

Ranasya memandang Wardo yang terlihat lesuh dan lelah, kepalanya masih berbaring di atas meja dengan tumpukan dua tangan menyilang.

"Hei ketua."

Wardo akhirnya mengangkat kepalanya dan memandang Maha yang duduk tepat disampingnya. "Apa?" Ucapnya dengan lelah.

"PDD punya rencana dokumentasi yang bagus nih. Waktu itu aku riset dan nanya-nanya sama kakak himpunan tentang dokumentasi dari tiga tahun sebelumnya, kayaknya dokumentasi di angkatan kita bisa jauh lebih keren deh."

Wardo berdecih. "Yang penting selesai dan berhasil, kerennya mah belakangan!"

Wardo dan Maha memiliki prinsip yang berbeda, namun semesta tidak pernah memisahkan mereka sebagai sahabat.

"Selesai dengan hasil yang mengagumkan tuh bisa bikin kita semua puas, Do."

"Hei, Maha. Kepala ku tadi pusing banget, sama kamu jadi mau meledak."

Sontak Ranasya, Risa, dam Dian tertawa.

"Wardo, ayolah, konsep dokumentasi ku bagus."

"Ya kamu bicara lah sama ketua divisi PDD mu."

"Ya kan kamu ketua angkatan sekaligus penanggung jawabnya."

Wardo tersenyum seakan memberi sindiran. "Dari awal aku mah selalu percaya kamu Maha, dan kamu mau apa silahkan. Lakukan konsep kamu sebagus menurut kamu. Aku mah lihat akhirnya aja gimana."

Nanti Kalau Hujan Sudah Reda, Aku Baru Mau Pergi dari Tempat IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang