Bab.60

77 14 0
                                    

"Mustahil."

Sinar cahaya bisa dilihat melalui kegelapan yang gelap.

Leila mengangkat matanya yang kabur.

Kemudian dia melihat seorang pria tersenyum penuh kasih sayang padanya.

Dia tahu itu laki-laki, tapi dia tidak ingat siapa dia.

Dia merasa familiar, sepertinya dia adalah seseorang yang sering aku lihat… Siapa itu?

Leila, yang menatap kosong ke arah pria itu, perlahan mengedipkan matanya.

“Kamu pasti mengantuk.”

Apakah begitu?  Sekarang aku mendengarnya, sepertinya seperti itu.

Satu-satunya alasan dia tidak bisa tidur adalah karena dia takut mendengar guntur lagi.

Dia membutuhkan sesuatu yang lain untuk menutupi guntur.

Misalnya…

"…nyanyikan saya sebuah lagu."

Atas permintaan Leila, pria itu sedikit tersenyum.

"Kamu membuat permintaan kasar, tahu?"

"Kamu tidak mau?"

"Dan kamu berbicara tanpa kehormatan."

Pria itu bertingkah seolah dia tidak akan melakukannya, tetapi dia perlahan membuka mulutnya.

Suara rendah dan manis terdengar lembut.  Itu adalah suara yang menawan.

Nyanyiannya membuat dia berangsur-angsur menjadi tuli dan benar-benar tidak bisa lagi mendengar suara hujan dan guntur.

Di telinga Leila, hanya suara nyanyian Kalian yang terdengar.

Karena dia tidak bisa mendengar guntur lagi, tubuhnya, yang telah lama bergetar, sedikit demi sedikit menjadi tenang.

Ini adalah ... lagu pengantar tidur?

Ini adalah pertama kalinya baginya.  Bagi seseorang untuk menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya.

Leila selalu mendengar lagu pengantar tidur yang dinyanyikan untuk orang lain.

Jadi dia dimarahi beberapa kali.

Mereka bilang dia pasti anak yang tercela, itu sebabnya dia bertingkah seperti itu.

Namun…  Lagu pengantar tidur adalah lagu yang sangat mengantuk, ya?

Kesedihan menghilang di matanya di mana air mata telah berhenti, dan rasa kantuk memenuhi tempat itu.

Rasa kantuk yang jauh datang menyerbu.

Meskipun dia pikir dia tidak boleh tertidur seperti ini, Leila tidak bisa mengalahkan rasa kantuknya.

Saat mata hitamnya menghilang ke kelopak matanya yang tipis, tubuhnya terkulai tak berdaya di pelukan Kalian.

Ada senyum tipis di bibirnya yang tidak cocok dengan wajahnya yang berlinang air mata.

"Apa yang kamu tersenyum tentang?"

Kalian terkekeh seolah itu konyol, dan menyapu rambut Leila yang menutupi wajahnya.

Dengan ibu jarinya, dia menyeka semua air mata yang tersisa di wajahnya dan melihat bekas luka di telinga Leila.

Telinganya penuh bekas luka.  Ada banyak bekas luka lama selain yang baru saja terjadi.  Ada juga penyok.

Don't Pick Up the Trash Once Thrown AwayWhere stories live. Discover now