berteman

215 41 3
                                    

Aku menatap ruangan kelas yang masih tertutup dengan perasaan gusar. Hembusan napas ku terlihat begitu jelas di udara. Kakiku bergerak gerak tidak nyaman. "you can do it, yeji" bisikku kepada diriku sendiri, mencoba memberikan sugesti positif agar aku tidak berpikir apapapun lagi, terutama berpikir buruk untuk masuk ke dalam.

Benar, hari ini aku mendapatkan kelas biologi dimana aku harus bertemu dengan Jeno Scott untuk kali kedua kita satu kelas.

"hai hwang" aku tersenyum tipis dan menganggukan kepala ketika seseorang yang berada di kursi terdekat dari pintu menyapaku. Aku tidak ingat siapa namanya tapi dia gadis dengan rambut pirang sebahu.

Begitu aku mendongak hendak melangkah ke tempat duduk, kaki kiriku yang hendak melangkah spontan kutarik kembali hingga sejajar dengan kakiku yang kanan. Aku menelan ludah susah payah ketika melihat Jeno Scott, pria yang tidak ingin kutemui untuk saat ini sekarang tengah duduk di kursinya. Mantel hitamnya lagi-lagi tergantung di sampingnya. Ia masih memakai kaos hitam, sama seperti ketika aku pertama kali bertemu dengan dirinya. Dia masih terfokus dengan buku yang ada di genggamannya.

Sebisa mungkin aku duduk dengan tenang. tidak menimbulkan bunyi berderit atau apapun itu sehingga tidak mengganggu kegiatannya.

"hai" aku yang sedang mengeluarkan buku catatan ku menoleh ketika mendengar suara Jeno Scott yang setengah berbisik karena Mr. Smith sudah memasuki ruang kelas. Tunggu, Jeno Scott menyapaku?

"aku minta maaf karena sikap burukku waktu itu"

tunggu tunggu. Aku tidak bisa memahami semua ini. jadi,  Jeno Scott tengah meminta maaf padaku? sekarang? setelah dia menghilang dan bersikap aneh padaku seolah aku peri jelek? aku?

"maksudmu?" aku benci otakku yang harus berjalan begitu lambat disaat saat seperti ini. apalagi sekarang Jeno scott tengah tersenyum, menutup buku biologi yang sedang ia baca. Tangannya terangkat untuk mengambil preparat yang memang sudah disiapkan oleh Mr. Smith. Tapi bisa kulihat senyumnya masih terulas. Aku tidak pernah melihat dia tersenyum seperti ini. Wajahnya nampak berkali kali lipat lebih menawan daripada wajah nya yang datar.

Jeno scott lagi lagi tersenyum. Kali ini ia menoleh sehingga kami berdua saling beradu pandang. "aku jeno scott, jeno" ujarnya memperkenalkan dirinya dengan tangan yang sedang mengatur lensa mikroskop. Aku bisa melihat otot-otot di lengan atas nya yang tertekuk.

"yeji, hwang yeji" aku memperkenalkan diriku lagi di hadapan jeno scott. ia hanya tertawa pelan. "aku tahu" suaranya sungguh, aku tidak bohong. tawa pelan yang merdu membuatku sedikit salah tingkah.

oh ayolah yeji! come on!

"ba-bagaimana kau tahu namaku?" sedikit terbata di awal, aku mengajukan pertanyaan bodoh. tentu saja dia mendengarnya saat aku memperkenalkan diriku di depan kelas minggu lalu. kenapa aku malah bertanya pertanyaan ini?

lagi lagi, scott hanya tersenyum. rambutnya yang disisir ke belakang nampak meneteskan air. forks memang sedang hujan di luar sana. dengan tatanan rambut seperti ini dan model yang basah, aku bisa bertaruh jeno scott jika akan terbang ke new york dia akan laku keras menjadi seorang model iklan shampoo maupun gel rambut.

"tentu saja siapa yang tidak tahu anak dari polisi hwang? bahkan kupikir semua orang tahu tentang kedatanganmu ke forks, yeji" ujarnya ringan. aku menyengir. tentu saja apa yang kau harapkan sih, yeji?

"kau memanggilku yeji?" tanyaku layaknya anak bodoh.

jeno scott menoleh. "bukannya itu namamu? mau kusebut hwang? sesuai margamu?" tanya nya. aku menggelengkan kepala dengan cepat. "tidak-tidak. yeji itu bagus. aku tidak suka dipanggil dengan nama depanku" aku memberikan alasan yang memang terdrngar bodoh. siapa juga manusia yang mau dipanggil dengan nama depannya, idiot. Jeno scott hanya menganggukan kepalanya. aku segera memalingkan wajah ke arah depan dimana Mr. Smith tengah memberikan pengarahan daripada harus mengingat ingat kembali kebodohan yang baru saja kuperbuat.

ImmortalWhere stories live. Discover now