rules

150 26 2
                                    


“apa maksudmu, yeji?” dia bertanya sambil mengemudikan mobilnya. di luar sana, terjadi kemacetan sehinngga membuat kami terpaksa berada di dalam mobil lebih lama.  

“kau itu siapa, jeno?”aku mengulangi pertanyaan yang tadi aku utarakan, pertanyaan yang selama ini tersimpan di pikiranku dimana aku akhirya memberanikan diri untuk mengungkapkannya di depan mata seorang jeno scott, pria misterius yang kutemui di forks.

perlahan jalanan kembali terurai dari kemacetan, jeno scott menjalankan mobilnya dengan kencang, bahkan terlampau kencang sehingga aku hanya bisa berpegangan pada sabuk pengaman. “apa kau akan membunuhku?” aku mengomel, memperingati dirinya karena mengemudi dengan kecepatan tinggi.

“ayolah, ini kecepatan standar ku ketika menyetir” dia berujar sambil tertawa, aku melotot, memukul tangan dinginnya sekali karena marah. “bagaimana jika kita kecelakaan sama dengan yang tadi. pelankan mobilnya!” aku kembali menegur, jeno scott yang masih memakai turtle  neck milinya mendengus. “baiklah baiklah” ia akhirnya mengemudikan mobilnya yang menurutku tetap jauh dari kecepatan pelan

“ini pelan katamu?”

jeno scott berdecak. “berhenti mengomentari cara menyetirku, hwang. aku sudah menyetir cukup lama dan tidak pernah terjadi kecelakaan sama sekali. tenanglah”

dia berujar, aku hanya menghela napas, tentu saja memiliki ayah seorang polisi dan seorang pilot membuatku tahu betul apa itu aturan mengemudi yang baik, hyunjin jika menyetirpun tidak akan segila jeno scott sekarang.

jeno menoleh. “menurutmu aku ini apa?” ia bertanya membalik pertanyaanku begitu kami mulai memasuki kawasan hutan.  gelap tentu saja langsung membuatku sedikit meremas peganganku mengingat sekarang hanya ada mobil ini yang tengah melewati jalanan.

aku mengigit bibit dan ia menunduk melihatku. bola matanya berubah, bola mata coklat nya tidak kusangka menatapku lembut.

“kau akan marah” aku mencicit.

“apakah perkiraanmu aku memang seburuk iti?” dia bertanya. aku memainkann kedua jemariku yang saling bertaut. “ya, kurang lebih seperti itu”

ia menghela napas. kini menjalankan mobil dengan kecepatan yang lebih pelan dari sebelumnya. “aku tidak akaan marah. katakan apa yang ada di pikiranmu, yeji. percayalah” suaranya terdengar tenang ketika berujar, tangannya masih dengan lihai memutar kemudi sesekali menmainkan persneling.

“aku tidak tahu bagiamana menyebutnya” aku mengaku.

jeno scott mengangukan kepala. “baiklah kalau beitu, bagaiaman awal mula kau memikirkan hal itu tentangku. buku? film?” ia mencoba coba menebak.

aku menggeleng pelan. “lalu?”

“semuanya terjadi ketika aku bertemu dengan teman lama  ku di pantai saat akhir pekan yang lalu dimana aku bermain bersama jaemin dan yang lain” aku memberanikan diri melihat wajahnya yang kebingungan.

“aku bertemu dengan teman lamaku—choi yeonjun, ayahnya dengan ayahku berteman ketika aku dan hyunjin masih bayi” jeno scott masih megerutkan wajahnya kebingungan. “lalu apa yang terjadi?” dia bertanya.

“ayahnya adalah salah satu tetua suku quileute, choi yeonjun” aku melihat wajahnya lagi, menimbang nimbang apakah aku harus mengutarakan cerita sebenarnya atau tidak. “choi yeonjun mencertiakan beberapa cerita cerita yang menyeramkan berharap bahwa aku takut.  dia menceritakan hal hal yang salah satunya..” aku berhenti, ragu ragu untuk melanjutkan cerita.

“lanjutkan saja” katanya.

vampire” aku menyadari suaraku yang begitu tercekat hingga tanpa sadar aku berbisik.  aku benar benar tidak sanggup melihat wajahnya sekarang sehingga satu satunya yang menjadi pengalihan wajahku adalah tangannya yang  semakin kua mencengkeream roda kemudi.

ImmortalWhere stories live. Discover now