rumah sakit

197 34 1
                                    

"masih terasa pusing atau mual nona hwang?" aku menggelengkan kepala saat seorang dokter pria seumuran dengan ayah mengobati luka ku. dari tanda pengenalnya, dia adalah dr.scott yang merupakan ayah dari scott bersaudara. rambutnya pirang,  berbanding terbalik dengan jeno scott yang nampaj hitam legam. dia memiliki kantung mata yang cukup menandakan bahwasanya dia bekerja sangat keras di rumah sakit forks ini.

aku mengayunkan kakiku yang tidak memakai sepatu. "tidak" aku menjawab apa adanya. dia kemudian mengangkat tinggi tinggi hasil rontgen milikku kemudian melihatnya dengan seksama namun membutuhkan waktu yang singkat. "hasil rontgen mu baik" ia kemudian menurunkan hasil rontgen milikku dan meletakkannya kembali di meja yang berada tidak jauh dari ranjang ku. lebih tepatnya ia sengaja tidak memasukkan hasilnya kembali ke dalam amplop. aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu.

"kau merasa kepalamu sakit? nyeri? jeno mengatakan kalau kau terbentur cukup keras dan mengalami cedera otak walau kondisimu tidak separah itu sebenarnya, dia hanya bersikap hiperbola. aku harus tetap memastikan kalau kepalamu baik baik saja" aku mendengus kesal, mengumpat dalam hati kepada jeno scott yang berbicara seenak jidat mengenai kondiai tubuhku yang memang tidak separah itu! lagipula aku hanya terbentur sedikit.  Jika saja ranjangku dan jeno scott itu berjarak lebih dekat, sudah kupastikan akan kudorong pria scott itu hingga jatuh ke ranjang sebagai balasan kenapa dia berbicara seenaknya.

"tidak. aku baik baik saja" ujarku yang kesekian kali. dr. scott menganggukan kepalanya kemudian mengambil penlight dari saku snelli nya kemudian menyalakannya tepat di depan mataku, aku mengikuti kemana arah penlight yang digerakkan oleh dr. scott.

"kau sudah  baik baik saja, nona hwang. ayahmu sedang kemari. kau bisa pulang dengannya nanti tapi jika ada keluhan atau kau merasa apapun itu, segera kembalilah" dr.scott tersenyum lebar. senyumannya tampan kuakui, wajahnya tegas serta memiliki kulit pucat seperti anak anaknya. aku jadi berpikir apakah merek memiliki gen yang sama karena diturunkan oleh sang ayah.  tapi jika melihat wajah dari dr. scott, dia lebih mirip dengan taeyong scott daripada dengan jeno scott. aku tidak bisa melihat persamaan wajahnya jika dilihat secara sekilas.

"bisakah aku boleh kembali ke sekolah?" aku meringis membayangkan ayah yang akan semakin khawatir kepadaku. Ayah tentu saja bekerja setiap harinya dan jika dia harus mengkhawatirkanku, aku yakin pekerjaannya tidak akan selesai mengingat belakangan kasus pembunuhan di forks semakin bertambah.

"lebih baik kau beristirahat di rumah untuk hari ini dan esok hari, nona hwang"

aku melirik ke arah jeno scott yang sekarang sudah duduk di ranjang sebelahku dengan kaki yang dibalut boots hitam saling mengayun. "apakah dia akan kembali ke sekolah?"

jeno scott menyengir. "tentu saja. Aku akan memberi tahu semua orang bahwa kau masih hidup, hwang!" ia tertawa pelan. dr scott ikut terkekeh sambil melihat berkas berkas yang ada di tangannya. aku mendengus kesal ke arah jeno scott.

"sepertinya kurasa seluruh penghuni sekolah ada di ruang tunggu" dr. scott mengangkat pandangannya dari kertas yang ia pegang. seketika aku merasa kepalaku pening membayangkan mereka semua ada di rumah sakit ini.

"oh tidak" aku memijat keningku sambil mengerang.

"kenapa? kau mau tinggal disini?" dr scott mengangkat alisnya.

"tentu saja tidak!" aku segera melompat turun dari ranjang. saking cepatnya, aku tidak mengingat kalau tubuhku masih memiliki respon yang cukup lemah hingga aku akhirnya terpeleset. beruntung, dr. scott menangkapku hingga aku tidak harus repot repot melakukan rontgen ulang pada kepalaku yang membentur lantai.

"jika masih pusing, biar aku ambilkan Tyfenol" tawarnya sambil membantuku duduk kembali dengan memegang lenganku. "tidak tidak. kurasa tidak separah itu sakitnya" aku menolak saran dari dr. scott

ImmortalWhere stories live. Discover now