melarikan diri

135 20 1
                                    

dadaku terasa begitu sesak menunggu apa saja yang akan terjadi padaku, pada jeno, pada keluarga scott. semakin lama, nafsu makanku semakin menghilang. aku hanya diam, duduk di depan jendela dengan gorden yang ditutup. memilih untuk melamun sementara rose dan taeyong pergi entah kemana.

“yeji, jeno akan kemari. menjemputmu bersama dengan sebastian. mereka menemukan tempat yang aman untukmu bersembunyi” aku menoleh begitu rose berujar sembari masuk ke dalam pintu kamar.

pikiranku berpikir cukup lambat. jeno akan menjemputku?

“jeno akan kemari?” aku bertanya, bangkit dari tempat duduk.  rose mengangguk. “ya, pesawatnya sudah lepas landas. tidak butuh waktu lama untuk mereka kemari” rose menjawab, berusaha membuatku lega. dan berhasil, sedikit beban di dadaku terangkat ketika mendengar kalau jeno akan menjemputku.

jeno baik baik saja dan dia akan membuatku baik-baik saja bersamanya.

“taeyong?” aku mengintip, melihat kemana pria tampan itu tidak kunjung datang menghampiri.

“dia sedang checkout” rose menjawab singkat.

“kalian tidak menginap disini?” aku bertanya bingung. apakah mereka akan pulang kembali ke forks begitu jeno datang dan menyelamatkanku dari sini.

rose menggelengkan kepala. “tidak. kami akan selalu bersamamu. menjagamu agar kau tetap aman,  setidaknya kami bisa memperketat penjagaan” rose berujar. aku mengangguk pelan, menggigit bibirku. “aku merepotkan, ya?” lirihku.

rose menggelengkan kepala dengan senyum lembut. “berhenti berpikir bodoh seperti itu, yeji. sudah berkali kali kukatakan kalau kau tidak merepotkan sama sekali” ia mengomel. aku hanya menunduk, tertawa pelan karena masih merasa bersalah walaupun berkali kali rose dan taeyong tidak pernah mengatakan kalau aku merepotkan mereka.

omelan rose terhenti ketika bunyi ponsel terdengar. rose nampak sedikit terkejut, namun aku lebih dulu mengambil telepon dan memberikannya dengan cemas.

“halo?” rose menyapa. “tidak, tidak. dia ada disini” ia memberikan telepon kepadaku. ibumu, ujarnya tanpa suara.

“halo?”

yeji? yeji?” aku mendengar suara dengan jelas. itu ibuku, suaranya sama seperti ketika ia mengomeliku karena berlarian mengejar hyunjin yang ikut bermain sepakbola dengan teman-temannya. aku mendesah, sudah menduga reaksinya akan seburuk ini.

“tenang, ibu” aku berujar, sedikit menjauh dari rose berusaha agar rose tidak mendengar percakapanku dengan ibu walau matanya tidak lepas untuk menatapku. “ibu?” aku bertanya ketika suaranya menghilang, terjadi keheningan sebentar.

jangan katakan apapun yang tidak aku perintahkan kepadamu, hwang” aku terdiam mendengar suara yang berbeda. suara ini adalah suara seorang pria, tenor, dengan suara yang menenangkan serta sama dengan suara suara iklan yang kulihat di televisi karena bicaranya yang begitu cepat.

jawab hanya ya atau tidak, kau mengerti?” dia berbicara. aku sedikit melipir, memberi kode kepada rose agar aku berbicara berdua dengan yang rose tahu adalah ibuku. rose sialnya mengerti kodeku dan berjalan sedikit menjauh.

apakah kau sendirian?”

“ya”

“tapi mereka bisa mendengar suaramu. aku  yakin itu”

aku menelan ludah. “ya”

katakan ‘percaya padaku, ibu’ buat seolah olah kau frustasi”

“ibu, percayalah padaku. aku baik baik saja” aku kemudian menggigit bibir, bersiap siap menunggu perintahnya.

kau tahu jika ibumu sekarang ada bersamaku?” aku mencoba menahan rasa terkejutku. “tidak”

ImmortalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora