Nata, Juan, Chandra, dan Rajen.
Empat sekawan yang bersekolah di salah satu sekolah elit bertaraf internasional terbaik di Jakarta. Mereka dipertemukan karena status yang sama, yaitu sama-sama murid beasiswa. Sekolah elit juga berisi orang-orang yan...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Kalau mau nilai bagus ya belajar
____Pak Yusuf
. . . . . . . .
🍁🍁🍁
Ruangan kelas A menjalani rutinitas seperti biasanya. Saat ini mereka sedang menikmati waktu jeda yang diberikan sebelum pelajaran baru akan dimulai. Mereka diberi waktu sepuluh menit untuk merilekskan pikiran sebelum menerima pembelajaran baru. Berbeda dari sebelumnya di mana para siswa di kelas akan disibukkan dengan belajar dan membaca buku, nampaknya kali ini mereka sedikit santai, atau kalau boleh Chandra bilang ini terlalu santai.
Chandra melirik ke bangku depan tempat duduk dua orang perempuan teman sekelasnya yang biasanya tidak pernah absen sibuk membaca buku setiap saat tetapi sekarang malah asyik berbicara dan bersenda gurau. Ia juga memperhatikan sekeliling yang biasanya kelas akan dikelilingi hawa suram tetapi kali ini terlihat lebih cerah.
Menurutnya ini terlihat cukup menyenangkan daripada kelas yang terlihat suram, yang isinya hanya belajar dan belajar, bersaing untuk merebutkan peringkat atas. Apalagi seluruh kelas tau kalau mereka berempat merupakan pemegang nilai tertinggi paralel satu angkatan jadi di kelas ini akan di sibukkan dengan yang namanya belajar dan membaca buku.
Walau ada beberapa orang yang hanya bersenang-senang dan tidak memikirkan terlalu serius karena merasa orang tua mereka yang hebat bisa membeli nilai dan membawa mereka pada peringkat atas tersebut tanpa harus bersusah payah. Bayu dan teman-temannya contohnya.
Chandra jadi teringat kejadian seminggu yang lalu, saat mereka dipulangkan lebih awal karena ia, Nata, Juan, dan Rajen memergoki kepala sekolah di laboratorium sedang melakukan transaksi uang untuk menaikkan nilai. Beruntung mereka berempat tidak tertangkap dan tidak ada yang tau kalau mereka berempatlah yang memergoki hal tersebut. Diangkatan mereka ada lima puluh murid beasiswa. Di kelas sebelas ada lima puluh sembilan orang dan di kelas dua belas ada enam puluh orang. Jadi cukup sulit untuk melacak mereka.
"Ssst...Na, lo ngerasa ada yang beda sama kelas gak?" Chandra mencolek bahu Nata yang sedang merebahkan kepalanya di meja.
"Hooh, lebih hidupkan" bukan Nata yang menjawab tapi Juan yang berada di bangku belakang.
"Orang-orang seperti lebih santai" Rajen menambahi.
Mendengar itu semua Nata menegakkan kepalanya dan melihat situasi kelas. Benar yang dikatakan tiga orang ini. Sangat berbeda dari terakhir kali.
"Lo benar, kayak semua orang udah tau hasil akhir penilaian jadi gak perlu belajar" Nata bicara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.