Anjel 6 : Friend

3.8K 507 38
                                    

"Gue engga akan marah sama lo, karena lo gue dapat teman baru sekarang!" Anjel menceritakan tentang Cael pada Even.

"Lo yakin dia baik? Anak geng motor loh?"

Even kenal dengan seseorang bernama Cael ini, dia banyak mendengar gosip tentang laki-laki itu.

Kasar, kejam, arogan, dan sombong.

Dia juga pernah mendengar gosip tentang laki-laki itu yang suka tawuran, balapan liar sampai hampir masuk kantor polisi, dan gosip yang paling mengerikan orang-orang berkata kalau dia adalah pengedar narkotika.

Namun, setelah mendengar cerita Anjel, gosip terakhir jadi tersingkirkan dari kepala Even.

"Tapi masuk akal sih, kalau gue ingat-ingat nama belakang mereka sama, sumpah engga nyangka gue cowok nakal dari anak 16 dan ketos di SMA swasta terbaik ternyata saudara kembar, heran gue kok engga pernah ada yang sadar." Even berpikir keras. "Mungkin ada hubungannya sama dia yang lebih sering pakai masker yah?" Laki-laki itu bergumam sendiri.

"Gue engga peduli sama latar belakang dia, yang jelas dia baik kok, lucu, ramah, yah meskipun dia mudah tersindir kalau gue bandingin sama Tian."

"Mungkin dia sering dibanding di keluarganya, jadi engga suka." jelas Even.

"Mungkin, engga tahu deh bukan urusan kita, yang jelas kayaknya mulai sekarang kita harus jarang keluar bareng, habisin waktu sama cewek lo aja sana." Anjel tidak ingin Even putus dari pacarnya hanya karena dirinya.

"Yakin lo? Nanti kesepian."

Anjel tertawa sombong. "Hahaha, gue udah punya teman baru sekarang, hehehe, gue udah engga perlu lo lagi."

"Sombong..." Even mendorong kesal bahu gadis itu. "Tapi yah kayaknya lo benar deh, gue harus lebih sering-sering lihat cewek gue."

"Iya." Anjel termenung, dia menatap sekelompok anak laki-laki yang sedang bermain Bola, Tian dan teman-teman sekelasnya, meskipun kemarin dia mengatakan untuk berhenti, nyatanya dia tidak bisa berhenti begitu saja.

Sudah untuk melupakan perasaannya.

"Gue ngerasa rendah kalau jalan sama cewek gue." Even tiba-tiba curhat.

"Kenapa?" tanya Anjel.

"Lo kan tahu dia dari keluarga Cemara, dia selalu cerita tentang rumahnya, kakaknya yang begini, abangnya yang begitu, bokap, nyokap, jujur aja dada gue sesak, berat, dan iri dengar cerita dia, rasanya pengen banget gue bilang, bisa gak sih lo berhenti cerita tentang orang rumah lo sama gue? Tapi kalau gue bilang gitu, hatinya pasti sakit, gue engga mau itu jadi sebisa mungkin gue kurangi waktu ketemu dia."

"Wajar kok kalau lo ngerasa gitu." Anjel mengerti.

Even tertawa. "Kadang gue sengaja matiin data seluler gue biar dia engga hubungi gue dulu."

"Njir jahat banget." Anjel menendang asal kaki laki-laki itu.

"Hahaha..." Even tertawa.

"Gue minta maaf yah hampir buat kalian putus, hampir buat lo kehilangan rumah."

Even menggelengkan kepalanya. "Santai, gue sama dia udah baik-baik aja, kami udah cerita banyak hal malam minggu kemarin."

Wajah Anjel berubah, binar kelicikan terlihat disana. "Hm... kayaknya terjadi sesuatu selain curhat-curhatan?" Dia menoel-noel lengan Even.

"Mesum lo anjir, cewek kok mesum, otak lo kayaknya harus dicuci pakai Rinso." Even menyentil dahi gadis itu.

"Aw!" Anjel memegangi dahinya, dia cemberut. "Pelan-pelan oy! Sakit anjir!"

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang