Anjel 33 : Something called mine.

3K 436 50
                                    

Masa kecil Cael dan Tian itu dipenuhi dengan rasa bahagia pada awalnya.

Sampai ketika mereka berusia 7 tahun.

Begitu masuk SD, Papa mereka langsung melatih mereka dengan keras.

Sangat keras.

Bangun cepat, olahraga, belajar pagi, sekolah, pulang, makan, belajar sampai malam, makan, belajar sampai jam 9, tidur kalau engga bisa paksa, jika tidak, dia akan membuat mereka menangis dan pada akhirnya mereka akan tertidur karena kelelahan.

Mama awalnya tidak tahu apa yang terjadi, Tian dan Cael sepakat untuk menyembunyikan luka-luka mereka, dari sekian banyak orang di dunia ini, mereka paling tidak mau membuat Mamanya menangis.

Wanita cantik dan lembut itu terlalu indah untuk dibuat sedih.

Nilai mereka harus selalu mendapatkan A, jika dibawah Papa akan mengadakan sesi belajar pribadi dengan mereka di ruang kerjanya bersama Agara yang sudah terlihat seperti patung, selalu mengikuti perintah ayahnya tanpa emosi.

"Abang kaki Canda sakit, tolong." Cael pernah meminta tolong pada Agara, Cael tidak bisa mengikuti perkembangan mereka dan dia lah yang paling sering dipukuli.

"Itu hanya bentuk cinta dari Papa untuk anak-anak kesayangan, Papa sayang kita, dia memukuli kita agar bisa menjadi manusia yang sempurna seperti nya."

Cael tidak percaya ini.

Kenapa rasanya begitu menakutkan?

"Tapi betis Canda sakit, Canda engga bisa pura-pura baik untuk sembunyi dari Mama...." Cael menangis sedih.

"Lemah."

Satu kata itu membuat Cael terdiam.

Kebencian muncul di hati kecilnya.

"Sini aku bantu jalan..." Tian mengulurkan tangannya, dia akan membantu Cael untuk berjalan ke kamar mereka. "Cepat, Mama belum pulang."

Cael meraih tangan Tian, dia menatap kakak laki-lakinya itu tidak percaya.

Benci.

Cael sangat membenci tatapan kosong itu.

"Kamu kenapa bisa sebodoh ini? Membaca saja kamu tidak bisa? Memalukan, bagaimana anak sebodoh ini adalah anakku?!"

Di usianya yang ke-8, akhirnya diketahui kalau Cael menderita Disleksia.

"Itu mungkin terjadi karena mereka kembar, karena tidak tercukupi nutrisi untuk berdua, salah satu dari mereka mengambil...."

Dokter menjelaskan sebaik mungkin pada Papa, tapi pria itu tidak menerimanya.

"Belajar, tidak mungkin keturunan ku seorang anak Disleksia."

Cael belajar, dia mengikuti saran Papanya.

Seperti yang Tian alami.

Dia belajar sampai, mimisan, pingsan, sakit, muntah darah, dan puncaknya adalah ketika Cael jatuh pingsan di hadapan Mamanya sendiri.

Wanita itu murka pada suaminya.

Dia mengetahui semuanya.

"Tian?" Cael memanggil saudara kembar nya itu setelah 2 minggu di rawat di rumah sakit.

Tapi....

Tian sudah berubah menjadi seperti Agara.

"Lemah, gitu aja engga bisa, kata Papa kita bukan saudara loh." Pandangan mata kosong dan bertingkah sepertinya bukan Tian yang ia kenal.

Cael terkejut.

Apa yang terjadi selama 2 minggu dia dirawat?

Cael marah.

Cael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang