Dunia Terlalu Jahat

952 87 2
                                    

Banyak orang yang mengatakan, sesuatu hal yang paling menyakitkan adalah kehilangan, tapi lebih banyak di antaranya mengatakan jika yang paling menyakitkan adalah perasaan setelah kehilangan itu, dan kenangan kenangan yang telah di buat bersama.

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang ingin merasakan kehilangan, tapi mau bagaimana lagi, segala sesuatu yang hidup pasti akan mati. Kita sebagai manusia pasti akan ada saatnya merasa kehilangan, dan juga, kita akan menjadi penyebab kesedihan bagi orang lain karena kita hilang dari dunia.

Nala, bocah yang usianya bahkan belum genap delapan tahun, harus menelan pil pahit ketika melihat bundanya tergeletak dengan keadaan yang begitu mengenaskan, mata kucing yang indah itu harus melihat adegan yang bahkan lebih menyeramkan dari sekedar adegan film horor, adegan yang sangat tidak pantas untuk di lihat oleh anak anak sepertinya.

Mata dengan bola mata berwarna abu abu itu mengeluarkan liquid bening, mengalir bagai anak sungai, Nala terisak pilu, lalu tanpa sadar kaki kaki kurus itu melangkah menuju jasad bundanya.

"Bundaaaaa" Nala memeluk tubuh tanpa kepala sang ibu tanpa rasa takut sedikit pun, tangisannya keras dan terdengar menyedihkan, "bunda kenapa tiduran disini, terus kepala bunda kenapa tidak ada, bunda Nala mohon jangan seperti ini, bunda bangun, Nala bawa banyak uang untuk bunda, kalo bunda bangun Nala janji akan jadi anak yang baik sekali, tidak nakal lagi, tidak menangis juga, tapi Nala mohon bangun bundaaa," Nala terus saja memeluk tubuh bundanya, satu satunya orang yang mau menyayanginya dengan tulus, lalu dengan gerakan patah patah ia melihat keseliling, mencari cari dimana kepala sang bunda.

Nala bangkit dari duduknya, ia berlari kecil kearah orang yang dengan tega dan tidak berperasaan memegang rambut di kepala bundanya, tatapan mata itu menyiratkan kebencian yang mendalam.

"Jahat, jahaaaat, kenapa kepala bunda di pisahkan dari badannya, bunda salah apa, bunda Nala orang baik, tidak pernah jahat kepada orang, tapi kenapa kamu bunuh bunda Nala?,"  dengan tangan kurus kecil itu, Nala memukul brutal perut pria di depannya yang sedang memegang kepala sang bunda.

Johan lantas membuang kepala yang sejak tadi di pegang, lalu tangan besar dengan tatto bergambar ular tersebut mencekik leher Nala, hingga tubuh kecil itu melayang di udara.

"Bocah sial! Lo siapanya jalang ini hah!, gue bahkan gak pernah denger kabar kalo dia ternyata punya anak, terus tadi lo bilang apa? bunda lo orang baik?," pria itu tertawa meremehkan,"asal lo tau bocah, orang yang lo sebut bunda ini jauh lebih kejam dari pada gue," Nala meronta ronta, dirinya tidak bisa bernafas.

Pria itu melirik anak buahnya, menunjukan raut bertanya, berharap anak buahnya tau dari mana asal bocah yang di cekiknya ini.

"Sepertinya anak ini, anak angkat dari perempuan itu bos, saya pernah mendengar kabar itu dulu" ajudan Johan menjawab.

Johan melemparkan tubuh Nala hingga menabrak dinding, suara dentuman terdengar setelahnya, "buat apa jalang ini mengadopsi anak, hidupnya bahkan sangat berantakan, apa dia gak mau hidup sengsara sendiri hingga mengajak bocah kecil itu"

"Tidak ada yang tau pasti tentang itu bos, kabar yang beredar hanya mengatakan jika perempuan itu mengadopsi anak yang di temukannya di jalan, mungkin dia merasa kasihan"

"Cih!, munafik sekali jika perempuan setengah gila sepertinya memiliki rasa kasihan" Johan mendesih

"Menurut lo kita apain bocah itu" Johan menunjuk Nala dengan dagunya, dengan kondisi Nala yang kembali menangis dengan memeluk jasad Mala, "kalo di biarin hidup tuh bocah pasti bakal bocor ke polisi, males gue kalo harus berurusan sama manusia muka dua kayak mereka, dan mungkin lebih parahnya kalo bocah itu gede, dia bisa aja bales dendam ke gue atas kematian ibunya"

RAGNALAWhere stories live. Discover now