Chapter 1

53 0 0
                                    

Rara mendongak memandang mata Adrian yang juga menatap nya.

Ia tak kuasa menahan tangis yang sadari tadi ingin jatuh. Rinai bening menyapa pipi mulusnya, hatinya hancur ia tak mampu mengucap sepatah katapun.

"Adrian, Aku akan menunggumu disini, diujung senja dimana kita pertama kali bertemu dan juga saling melepas janji, " Ucapnya terbata, dan masih dengan menatap wajah orang yang sangat dicintainya.

"Adrian, pergilah aku sudah berbesar hati untuk hal ini raihlah mimpimu di kejauhan sana, jika memang takdir menginginkan kamu dan aku menyatu maka kita akan bertemu di ujung penantian, namun jika takdir berkata sebaliknya aku akan menyusun bahagia untukmu, "

" Selagi aku masih beri kesempatan untuk bernafas aku akan selalu menunggumu sampai kapanpun, aku tidak akan pernah kecewa dengan pilihanku karena aku yang telah memilihnya, "

"Jika memang aku dan kamu nanti tak dapat menyatu, aku akan tetap bersyukur karena pernah di pertemukan denganmu, " Ucap Rara dengan penuh ketulusan.

Ia memang sangat mencintai Adrian, Seseorang yang akhirnya bisa membuat hidupnya berwarna lagi setelah banyak kehilangan yang dia alami.

Ia adalah gadis yang selalu berbalut tawa ceria di setiap harinya tak pernah nampak rasa sakit dari wajahnya Ia selalu tersenyum  kepada siapapun yang ia temui. Tapi tanpa mereka tahu gadis ini menyimpan luka yang tak pernah kering. Ia terlalu kuat untuk seorang gadis.

Adrian yang mendengar semua aksara yang keluar dari lisan Rara ikut tergugu, ia merasa hatinya tersayat perih mendengar penuturan dari gadis yang berdiri di hadapannya. Ia tak kuasa menahan bulir bening yang terpenjara di matanya, cairan itu ikut melebur di wajah tampannya.

Ia menatap mata sayu gadis yang amat di cintainya, Ia mengangkat tangan lantas mengusap cairan bening yang membanjiri pipi Rara Ia memajukan tubuhnya lantas mengecup lama kening sang gadis seakan ia akan pergi untuk selamanya.

Ini bukan pilihannya untuk pergi, hanya saja ia harus menuruti keinginan orang tuanya.

Setelah sekian tahun menjalin kasih Rara dan Adrian sudah mendapat restu dari orang tua Adrian, mereka sama sekali tak memandang darimana dan apa latar belakang Rara.

Hanya saja mereka tak mendapat restu dari salah satu orang tua Rara yaitu Ayah Rara, bukan tanpa alasan hanya saja ia merasa tak pantas untuk menyanding bersama keluarga Adrian yang bisa dibilang cukup terhormat di banding mereka yang hanya berasal dari keluarga biasa saja.

Di penghujung senja berbalut lara ini Adrian tak melepaskan genggaman tangannya dari sang Gadis hatinya tak rela sangat tidak rela jika harus pergi meninggalkannya, walaupun mungkin ini hanya sementara.

Melihat hal yang di lakukan Adrian padanya Rara mencoba tersenyum walaupun begitu sulit untuk ia lakukan pelan- pelan ia melepas genggaman tangan pria di hadapannya dan mendongak dengan senyum berbalut air mata yang setengah kering.

"Adrian, " Ucapnya lembut sambil mengusap pipi sang kekasih.

" Ingatlah ini bukan akhir dari segalanya, di waktunya nanti kita akan bertemu lagi, "

"Pergilah, dan kutitipkan hatiku padamu pergilah dan aku akan tetap menanti kembalimu. Namun jika di pertengahan jalanmu meraih mimpi kau menemukan seseorang yang bisa saja selama ini kau cari maka bangunlah kisah impianmu bersamanya, " Ucapnya dengan lembut dan lirih

" Aku tak akan marah ataupun kecewa, aku sudah terlalu sering merasakannya aku ikhlas Adrian, pergilah, orang tuamu selalu menginginkan yang terbaik untukmu, kejarlah mimpimu dan biarkan aku disini untuk terus menantimu, "

Mendengar semua itu Adrian kembali terisak dengan sangat pedih ia rasakan di relung hati terdalamnya. Mengapa semesta melakukan ini padanya? Apa salahnya? Semua pertanyaannya bermunculan di kepalanya.

Di Ujung Penantian (End) Where stories live. Discover now