Jeongwoo

78 23 0
                                    

Seongmin buka pintu kamar dimana Doyoung berada. Dis bisa lihat Doyoung yang lagi duduk di ujung kasur sambil natap kosong tembok didepannya

"Doy..." Seongmin duduk disebelah Doyoung. Merhatiin muka temennya yang pucat dan tirus banget, "Doy, lo bisa denger gue kan?"

Gak disangka, Doyoung nengok kearah Seongmin terus nangis, "Gue takut. Mereka banyak. Gue diikat. Gue sakit, Seongmin, gue gak kuat. Badan gue sakit semua"

"Doy---"

"Gue capek. Gue udah lemah, gak bisa berontak lagi. Gue ikut mereka aja ya? Gue gak kuat disini. Mereka narik gue terus"

Doyoung makin nangis. Sedangkan Seongmin ikut ngerasain sesak juga. Gimanapun Doyoung itu teman angkatannya, walaupun gak dekat dekat banget tapi dia lumayan kenal Doyoung. Anak itu punya perangai baik di kampus, disukai banyak orang. Bahkan Seongmin yang cowok pun kagum sama Doyoung ini

"Lo jangan ngomong gitu, Doy gak baik. Lo bisa kok. Dilawan ya? Jangan ikutin mereka. Kalo lo ikut, lo makin kesiksa. Lo gak kasian sama temen temen lo yang lagi berusaha biar kalian keluar dari sini? Ayolah, Doy. Kasian mereka, kasian keluarga lo. Jangan nyerah ya?"

Doyoung gak nyahut. Dia masih terus nangis. Sampe Seongmin harus meluk nenangin doyoung. Tangisannya lirih banget, kentara kalo dia betulan sakit

"Doy.." Seongmin manggil Doyoung. Tapi gak ada sahutan. Dia juga berhenti nangis, "Doy, lo tidur?"

Doyoung tetap gak nyahut. Seongmin narik Doyoung buat lihat keadaannya. Tapi yang ada dia justru kaget. Dia lihat Doyoung yang mejamin matanya. Mukanya makin pucat, bibirnya membiru

Badan Seongmin gemetar, "Doy, lo tidur kan? Lo bangun, Doy"

Seongmin nyentuh bawah hidung Doyoung. Gak ada napas. Bikin dia panik sendiri, "Ya Allah, Doy bangun, Doy"

Karena gak ada hasil, Doyoung buru buru keluar kamar. Buka pintu gak santai sampe bikin mereka yang lagi duduk melingkar dengerin Haruto cerita jadi kaget. Kasian Ruto, lagi nangis dibikin kaget:(

Dia natap mereka dengan muka panik, "Doyoung, Doyoung gak napas!"

.
.

Doyoung udah nyerah. Dia selama ini kesiksa. Pergi dan nyerahin diri ke mereka adalah pilihannya

Jeongwoo ngerti, Jeongwoo paham. Walaupun dia gak bisa nerima pilihan abang kesayangannya itu, tapi dia gak bisa ngelakuin apapun. Dia gak bisa bantu meringankan rasa sakit yang Doyoung rasain

Doyoung udah pergi sama pilihannya, dan mereka harus terima itu

Kali ini Jeongwoo gak nangis. Bukannya apa, tapi rasanya itu mata udah gak bisa memproduksi airmata lagi. Kehabisan stok kayanya

Jeongwoo cuma merhatiin teman temannya yang mulai nutup jasad Doyoung dengan tanah. Disebelahnya ada Yedam sama Junghwan lagi nangis sambil nenangin satu sama lain

Gak sanggup melihat, Jeongwoo masuk kedalam rumah lebih dulu. Dia rebahin badannya di sofa sambil nutup mata pake satu tangan

Kepalanya memutar apa aja yang udah mereka lewati. Dari awal mereka kenal dan tinggal di satu kos yang sama, sampe mereka pindah milih rumah ini. Beda suku, beda daerah, beda kepribadian dan beda prinsip. Kadang ada selisih paham sampe gak tegur sapa, tapi keesokannya baikan lagi cuma bermodal sogokan receh berupa kue sus doang

Sepele, tapi sekarang jadi berharga buat Jeongwoo. Dia pengen masa itu balik lagi. Tenang, dan lengkap pastinya

"Woo.." Jeongwoo gak nyahut, gak bergerak sedikitpun, "Makan dulu yuk. Abis itu kita pikirin lagi caranya keluar dari sini"

"Emang bisa?"

"Jangan pesimis gitu dong, Woo. Kita usaha dulu, Seongmin bantu kita. Sekarang kita makan dulu ya?"

"Bang Yoshi sama yang lain aja yang makan, gue kenyang"

"Kenyang makan apa lo?" kali ini Jihoon yang nyahut, "Perasaan dari kemarin lo gak makan. Lo makan angin?"

Jeongwoo gak nyahut bikin Jihoon kesel, "Jeongwoo, dalam hitungan ketiga lo gak bangun. Siap siap pantat lo sakit gue gebukin"

"Kalian aj---"

"Satu..."

"Gu---"

"Dua..."

"Ck!! Gue ben—"

"Tig---"

"—IYA IYA, GUE MAKAN!!!" Jeongwoo kesel sama Jihoon, selalu aja gitu. Tapi gak berani melawan. Bisa bisa betulan kebas pantatnya digebukin pake sutil

Jihoon senyum tipis terus ngikutin Jeongwoo sama Yoshi ke meja makan

.
.

"Kalian yakin mau pergi sedangkan dua temen kita dikubur dirumah ini"

"Kita bertahan disini sama aja cari mati"

"Emang kita bisa pergi? Bukannya jalan kita ditutup?"

Perdebatan terus berlanjut, sejak kemarin setelah acara makan dan pemakaman Doyoung

Ini semuanya kaya anak hilang. Melongo gak niat ngapa ngapain. Gimana ya, fakta baru yang mereka dapatkan itu bikin shock

Pertama, fakta dari cerita yang Haruto ceritain. Ternyata warga yang nyeritain ke Haruto waktu itu adalah bapaknya Jungwon—Pak Namjoon. Beliau itu dulunya bekerja ditempat yang sama kaya Pak Agung dan bapaknya Beomgyu—orang yang dia jadiin tumbal karena iri. Mereka bertiga cukup dekat. Saking dekatnya sampe Pak Namjoon ini tau kelakuan busuk Agung, tapi dia diam aja karena gak ada kuasa buat lapor ke polisi. Waktu rumah dinas itu dijadiin komplek perumahan pun, Namjoon ikut pindah kesitu juga. Makanya beliau tau betul apa yang dilakuin Agung buat dirinya sendiri yang halalin segala cara

Semuanya berawal dari Haruto yang main kerumah Jungwon terus ceritain kacaunya keadaan rumah itu. Kebetulan banget Namjoon denger dan familiar sama komplek yang dimaksud..Diceritain lah sama dia sedetail detailnya

Belum lagi fakta tentang Taehyun sama mamanya yang ternyata dijadiin tumbal. Mereka shock. Ternyata yang selama ini mereka lihat ruh bukan manusia, tapi makhluk yang menyerupai 2 orang itu biar mereka gak curiga atas hilangnya Taehyun dan mamanya

Terus ada yang masih ingat sama Wulandari?

Dia itu salah satu korban tumbal terdahulu waktu komplek itu masih jadi rumah dinas. Dia dibikin berhalusinasi juga sampe akhirnya meninggal ditempat setelah ditabrak bus dekat halte. Karena meninggal gak wajar, dia jadi menetap di sekitaran halte

Tenang bapaknya Beomgyu. Masih ingat dia yang bilang bapaknya udah meninggal, terus bapaknya pernah bantu Pak Agung urus itu rumah? Nah, bapaknya Beomgyu itu yang bikin Agung iri sampe gelap mata dan berakhir dijadiin tumbal. Keluarga mereka emang gak akrab, setelah bapaknya Beomgyu gak ada. Yang akrab cuma 2 bapak itu aja

"Gue bantu, asal kalian pergi dari sini. Pergi sejauh mungkin. Gue bakal buka jalannya" Seongmin nyahut dibelakang

",Jangan ngelawak. Gimana caranya? Lo cuma indigo, bukan dukun"

"Gue emang bukan dukun, tapi gue sedikit tau tentang hal supernatural. Gimana kalian mau gak? Kalo setuju gue bukain sekarang"

Mereka diam bentar. Sebenernya mau, tapi masih kepikiran Doyoung sama Jaehyuk yang dimakamin disini. Gak mungkin ditinggal gitu aja. Gimanapun keduanya punya keluarga yang pasti bakal nyariin anak anaknya

"Oke, kita setuju" final mereka. Mau gak mau mereka harus keluar dari rumah itu. Kalo bisa dari kota itu sekalian. Urusan kuliah gampang, asalkan gak berurusan sama makhluk halus lagi, "Kita mau balik. Kita mau pulang"

Seongmin senyum haru, "Gue bantu. Kalian harus selamat. Setelah ini, jangan pernah datang kesini lagi, kalo perlu jangan ingat kota ini lagi"

Ssstt! They're here! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang