Chapter O7

43.1K 1.8K 25
                                    

Hito awalnya saat kecil emang mengira bahwa mereka orangtua kandungnya, tapi saat Adam mengatakan bukan barulah Hito percaya. Ia emang langsung percaya karena bola matanya berbeda dengan mereka, keluarga Adam bola matanya berwarna hitam pekat berbeda dengan Hito yang memiliki warna coklat terang.

Patah hati terbesarnya adalah saat tau ia hanya anak pungut. Saat ia tau kalau Adam juga yang menyuruh mereka mengangkatnya sebagai anak angkat, ia bertekad untuk selalu membuat kedua orangtua angkatnya dan Adam bahagia. Karena mereka ia bisa menjadi sukses seperti sekarang, jika tidak sekarang pasti Hito hanya orang yang akan dianggap sebelah mata.

Permintaan untuk menikahi Fira akan ia lakukan, demi mereka Hito akan berusaha menerima. Urusan Lia akan ia urus nantinya, wanita itu terlalu suka dengannya hal itu membuat semuanya akan menjadi lebih mudah jadi Hito akan memikirkan cara agar Lia bisa menurut nantinya.

"Dia adalah anak rekan Papa, dengan menikah dengannya perusahaan Papa akan lebih baik. Tapi ini yang menjalankannya adalah kamu, jadi berpikirlah untuk kedepannya. Kamu maukan menikah dengan Fira?"

"Iya." Hito menjawab dengan tidak bersemangat. "Apa boleh ditolak?" Tanya Hito dengan tercekat. Tidak tau keberanian dari mana, ia hanya ingin bertanya saja semua keputusan tetap akan Hito serahkan pada Alva.

"Kenapa berpikir seperti itu? Kamu sukakan dengan Fira? kalian juga terlihat sangat bahagia. Lagi pula sudah dua puluh delapan belum juga menikah. Lihat saja abangmu itu, awalnya memang tidak terlalu suka tapi sekarang sudah sangat bahagia dengan istrinya." Alva tersenyum saat mengingat Adam dan Dellia, anak dan menantu yang sangat ia sayangi. Semua keputusannya untuk menikahi keduanya tidak pernah salah, sekarang mereka sangat bahagia dengan anak yang lucu-lucu.

Alva melakukan ini juga karena sangat menyayangi Hito, ia sudah menganggap Hito sebagai anaknya sendiri. Ia tidak pernah membedakan kasih sayang untuk keduanya. Alva tau ini sulit bagi Hito sama dengan Adam dulu, kesulitan yang dirasakan oleh Hito juga pasti akan menghilang seiring berakhirnya waktu sama seperti Adam yang bisa bahagia sekarang.

"Aku pulang dulu Pa." Hito beranjak dari duduk dan mendekat ke arah Alva untuk bersalaman. Alva menyambutnya selaman dari Hito, Alva juga mengusap punggung Hito beberapa kali.

"Apa tidak mau menunggu Mama pulang? Dia sudah sangat merindukanmu." Sarah pasti akan sangat sedih kalau sampai tau Hito datang tapi wanita itu sedang tidak berada di rumah.

"Tidak apa Pa, nanti akan ku telpon. Lagi pula aku ada kerjaan sekarang."

"Kenapa sangat jarang pulang ke rumah? Kamu juga belum menikah Hito jadi untuk apa pisah rumah, tinggallah kembali sama kami. Disini kamu akan lebih merasa nyaman."

Hito tersenyum ia senang saat Alva menyuruhnya untuk kembali tinggal disini, jujur Hito juga ingin kembali tinggal disini. Hanya saja sekarang ia tidak sendiri ada Lia dan Rian yang harus diperhatikan.

"Sibuk Pa, jarak disana lebih dekat dengan rumah sakit." Kebohongan yang sudah tidak terhitung berapa kali sejak menikah dengan Lia.

"Sibuk apa? Apa susahnya untuk pulang setidaknya tiga kali dalam seminggu."

Hito diam ia tidak tahu harus menjawab apa, apa kali ini ia harus kembali menurut. Lalu gimana dengan Lia dan Rian? Seperti mengirim uang juga sudah cukup bukan, Hito akan pulang sesekali untuk melihat keadaan mereka.

"Yaudah kalau itu mau Papa," jawab Hito.

Melihat wajah Hito yang murung membuat Alva semakin merasa bersalah sepertinya Alva terlalu memaksa Hito. "Yasudah kalau kamu tidak bisa, tapi jangan melupakan ini rumahmu. Pulanglah kapan kamu mau."

Hito mengangguk lalu langsung berpamitan pergi. Saat di depan rumah Hito berpikir, bagaimana nanti saat mereka tahu bahwa Hito sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak? Apa mereka akan mengusir Hito. Tapi apa berhasil jika Hito terus menutupi ini semua, ia juga tidak sanggup melihat mereka yang kecewa karena pernikahannya dengan Fira akan gagal karena adanya Lia.

***

Adam menghubungi Hito, tidak lama sambungan terhubung.

"Kenapa tidak bisa?"

Dellia yang mendengar semua sadar bahwa Hito tidak ingin pergi menjumpai Adam.

"Aku tau masalahmu, jadi apa yakin tetap tidak datang?" tanya Adam hanya berpura-pura dan ternyata Hito langsung mengiyakan berarti benar bahwa Hito menyembunyikan sesuatu. Sekarang pria itu pasti sedang sangat panik karena Hito kira Adam tau masalahnya.

"Benar De, dia sembunyikan sesuatu, setelah ku ancam dia akan langsung tiba kesini." Adam meletakkan ponselnya ke atas meja kembali.

"Semoga tidak ada masalah besar."

Baru dua puluh menit Hito langsung datang ke rumahnya, pria itu menekan bell dengan tidak sabaran.

"Apa tidak bisa bersabar?" tanya Adam saat Hito sudah ada di depannya. Ia memperhatikan Hito dari atas hingga kebawah, penampilan Hito sangat beda dengan biasanya Hito hanya pakai baju rumahan, biasanya Hito akan selalu berpenampilan rapi. Terlihat Hito emang ingin cepat sampai ke rumahnya.

Hito secara tiba-tiba juga langsung mendorong Adam lalu masuk ke dalam rumah. Hito juga langsung duduk di sofa yang berada di tengah berjarak dua kursi dari Dellia.

"Ada apa dengan wajahmu itu?" tanya Adam karena wajah Hito juga sangat berkeringat parah. Adam duduk di samping Dellia, wanitanya ini memang ingin sekali bertemu dengan Hito. Jadi ikut turun saat mendengar suara bell yang berbunyi.

"Tidak ada, jadi tau masalah aku itu?" tanya Hito langsung pada intinya, ia menebak ini semua pasti Lia yang membongkar makanya tadi sebelum ke sini Hito sempat memarahi Lia habis-habisan.

"Hm aku tidak tau, aku hanya menebak saja agar kamu datang. ternyata emang ada masalah ya? Tetap tidak ingin cerita? Semua sudah kebongkar dengan kamu yang terlalu panik seperti ini."

"Kenapa kamu membohongiku?" Hito menatap tajam Adam, apa pria itu tidak tau betapa sangat kalutnya Hito di rumah. Dan lagi ia sudah memarahi Lia yang tidak bersalah akan hal ini. Bahkan tadi Lia sempat menangis.

"Aku selalu mengatakan semua kehidupanku padamu, tapi kamu kenapa tidak membagi beban hidupmu."

"Beban hidupmu saja sudah banyak, aku tidak berniat untuk menambahnya."

"Apa apaan kamu Hito, tidak ada yang seperti itu sekarang ceritakan apa masalahmu?" tanya Adam menuntut, ia ikut menatap tajam ke arah Hito.

"Tidak ada, kenapa memaksaku?" Hito tidak akan menceritakan apa pun, ia masih terlalu khawatir bahwa keluarga angkatnya tidak akan terima atas apa yang sudah diperbuat.

"Kamu itu adikku wajar aku memaksamu."

"Tidak aku hanya anak angkat, aku bukan adikmu. Kalau begitu permisi." Tidak ada lagi waktu untuk tetap di sini karena Adam pasti akan terus memaksanya. Baru saja akan keluar dari pintu Adam kembali membuat Hito terdiam

"Apa kamu masih marah dengan semua perlakuanmu dulu."

"Ya, tidak akan pernah kulupakan, tapi selain itu aku tidak pernah melupakan kebaikanmu yang menyuruh orang tuamu untuk mengadopsiku. Jadi aku hanya ingat tidak benci, yang aku katakan tadi aku minta maaf. Kamu tetap abangku, aku hanya emosi saja, jadi jangan bertanya hal yang aneh. Aku tidak ada masalah apa pun."

"Aku minta maaf," ucap Adam lagi dengan tulus. Benar memaafkan memang tidak semudah melupakan, semua kejahatan Adam dulu pasti tidak akan mudah dilupakan begitu saja.

"Iya sudah kumaafkan, tapi berhenti untuk bertanya hal ini."

Hito pergi sebelum itu Adam berucap. "Aku akan tetap mencari tau. Katakan saja semuanya padaku, dan katakan apa yang kamu mau akan aku turuti. Ini adalah penawaran yang bagus, aku tidak akan melakukan apapun jika tidak kamu perintahkan."

Hito tidak perduli dengan semua itu, ia tetap pergi dari rumah Adam tanpa memperdulikannya lagi. Ia tidak bisa percaya sepenuhnya pada Adam, bayangan masa lalu bersama Adam yang buruk membuatnya susah percaya pada Adam.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now