Chapter 45

26.4K 1.5K 122
                                    

"Tidak mau melihat kepulangan istrimu?" tanya Yasir setiba berada diruangan Hito, ia tadi sempat lewat di kamar yang biasanya didatangi oleh Hito.

"Kamu tau aku sudah menikah?" tanya Hito sambil menatap Yasir yang sekarang sudah duduk di sofa.

"Tentu saja berita itu terdengar di mana-mana, kamu tahu bukan kekuatan gosip di rumah sakit ini hahaha." Pernikahan Hito memang sangat menarik untuk dibahas, karena sangat menarik. Tidak ada pemberitahuan apapun tiba-tiba sudah menikah dan bahkan sudah punya anak.

"Hm, lalu ada apa dengan kepulangan istriku?" tanya Hito kebingungan, ia tadi baru saja dari kamar rawat Lia dan keadaan Lia baik-baik saja.

"Mereka siap-siap pulang."

"Hah?" Hito berdiri dari tempat duduknya karena terkejut, ia tidak peduli dengan panggilan Pina dan Sindi yang merupakan asistennya. Yasir sendiri semakin bingung dengan Hito yang terlihat sangat panik, ini hal yang sangat menarik untuk kembali ia bicarakan dengan rekannya yang lain. Terlihat Hito tidak mengetahui kabar kepulangan istrinya.

Hito sendiri berlari dengan cepat ke ruangan Lia dan benar ruangan sudah kosong. Ia kecolongan mereka bergerak sangat cepat, lalu Hito berlari menuju lift dan langsung turun ke lantai satu. Hito melihat Lia dan Rian dari jauh yang hendak memasuki mobil.

Di sana ada Lia dan siapa pria, mereka memasuki mobil dengan pria itu yang duduk di depan. "Lia berhenti."

Lia terkejut ia mendekap tubuh Rian erat, langsung masuk mobil dan menutup pintu. Saat mobil berjalan Lia melihat ke belakang disana Hito malah berlari mengejarnya.

Suara Hito tidak terdengar lagi, Lia melihat ke belakang. Ia melihat banyak kerumunan orang yang melingkar, apa itu Hito yang kecelakaan?

"Berhenti Pak, balik ada kecelakaan." Lia jadi panik apa itu suaminya, tadi Hito emang mengejar mobil ini dengan berlari.

"Tidak perlu Mbak, bukan kita yang menabrak."

"Balik Pak!" perintah Lia hingga mobil berbalik. Setelah sampai, Lia langsung turun. Di sini sangat ramai dengan orang yang ia suruh agar sedikit mundur

"Ya Allah, Hito." Lia mencoba melihat wajah Hito yang tersungkur di jalan aspal panas ini. Hito yang melihat kehadiran Lia langsung berusaha menggapai tubuh Lia dan merebahkan tubuhnya ke atas paha Lia. Hito melingkarkan tangannya ke pinggang Lia erat takut Lia kembali kabur.

Tadi saat mengejar mobil, Hito tidak melihat kanan kiri saat berbelok karena terlalu panik hingga ada motor yang melaju ke arahnya. Seharusnya tadi ia mengambil mobil bukan malah berlari, hanya saja ia bersyukur karena ia jatuh, Lia mau turun dari mobil.

"Apa luka?" tanya Lia saat Hito tidak beranjak bangun dari aspal, sekarang baju putih pria itu juga sangat kotor. Biasanya Hito orang yang sangat berlebihan tentang kebersihan, tapi pria itu malah nyaman tiduran di aspal.

"Tidak," balas Hito, ia memang tidak terluka berat hanya darah sedikit yang keluar di lengannya dan kakinya yang nyeri bagian lutut.

"Aku terkejut," jawab Hito terbata-bata, ini pertama kali di tabrak. Untung saja Hito agak menghindar kalau tidak ia akan terluka parah. Ia menenggelamkan wajahnya di samping Rian tepatnya di perut Lia, Rian sendiri merasa tidak nyaman dan menarik rambut Hito agar menjauh dari Lia.

"Maafin aku, aku minta maaf." Hito menangis, ia bahkan tidak bisa membayangkan jika tadi Lia dan Rian pergi tanpa dirinya. Beberapa orang yang tadinya melingkari mereka sudah mulai meninggalkan tempat. Hanya saja ada beberapa orang yang malah mengeluarkan ponsel hendak memvideokan mereka.

"Awas, malu dilihat orang. Ngapain juga nangis, luka sikit kok nangis."

Hito semakin menangis keras saat Lia malah menuduhnya menangis gara-gara jatuh. Ia menangis karena tidak siap hampir saja kehilangan Lia.

"Malu dilihat orang, lepasin Hito!"

"Jangan lari, kamu mau ninggalin aku lagi?" Hito sekarang memeluk Lia dan Rian semakin erat dan Rian juga semakin kencang menarik rambut ayahnya, anak kecil itu juga sudah merengek pada mamanya ia tidak nyaman dengan rambut Hito yang menusuk tubuhnya.

Hito menggigit bibir dalamnya agar tidak mengeluarkan suara saat menangis, ia juga menyembunyikan seluruh wajahnya. Sangat malu pada orang yang berada disekelilingnya.

"Yaudah nangis, nangis terus!" ucap Lia kesal karena Hito tidak kunjung berhenti menangis. Lia juga terganggu sedikit dengan napas Hito yang tadi terlihat menahan tangis. Tidak pernah dalam seumur hidup Lia melihat Hito menangis seperti ini.

"Apa ada yang terluka parah? Biar di bawa ke rumah sakit, sepertinya Masnya kesakitan hingga menangis." Seorang ibu yang sudah berumur itu menatap khawatir.

Lia sendiri tersenyum lembut pada wanita yang sangat waras daripada beberapa orang yang malah mengambil video mereka.

"Tidak apa, dia hanya terkejut," balas Lia karena ia tahu Hito tidak akan bangun sebelum semua orang di sekeliling mereka pergi. "Tolong jangan memfotokan kami, terima kasih semuanya atas perhatiannya." Setelahnya semua orang meninggalkan tempat ini.

"Udah mereka sudah pergi lagipula untuk apa menangis itu hanya luka kecil." Lia pusing sekarang, sudah ditinggal taksi sekarang harus kembali meladeni Hito yang banyak dramanya.

"Aku nangis bukan karena luka, tapi nggak mau kamu tinggal!"

Hito berusaha untuk duduk dengan benar, ia menatap Rian yang menatap ke arah nya dengan bingung. Tidak lama tangan Rian terentang minta gendong pada ayahnya.

"Lihat Rian saja tidak menangis, apa tidak malu kamu ?" tanya Lia yang jenggah dengan Hito, mereka itu di jalan raya bahkan duduk di aspal. Beberapa pasang mata bahkan menatap mereka dengan heran. "Tidak usah, ayahmu kotor." Lia membenarkan tangan Rian agar tidak minta gendong lagi pada Hito, setelahnya Lia berdiri membiarkan Hito sendiri yang duduk di aspal.

"Kamu mau kabur lagi?" tanya Hito yang sekarang memeluk kaki Lia yang sekarang memakai baju sebatas lutut.

"Tidak, aku mau pulang ke rumah sewa." Mau menutupi tempat tinggalnya juga percuma, sekarang Hito bahkan seperti ulat di daun tidak melepaskannya.

"Aku cinta kamu Lia, aku sudah sadar sekarang. Tolong jangan pergi ya.'

"Hm," balas Lia malas, ia mencoba menjauhkan kakinya dan Hito yang semakin bergelantungan seperti monyet. Lia mengambil ponselnya ia harus meminta bantuan, ia tidak bisa menangani Hito yang seperti anak kecil.

Hito menunduk sedih saat Lia tidak peduli dengan ungkapan cintanya.

"Ayo pulang ke rumah lama kita." Hito mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Lia, tapi tetap Lia tidak peduli dengan Hito yang terus meminta pulang ke rumah bersama. "Atau kamu mau aku beli rumah yang lebih besar? Aku bakalan beli apapun yang kamu minta."

Lia tetap diam, ia menunggu jemputan. Malas sekali meladeni Hito yang tiba-tiba seperti orang tersakiti.

Tidak lama setelahnya, mobil lain berhenti di depan mereka. Hito berusaha beranjak bangun dan menahan nyeri pada kakinya. Ia menatap ke arah supir yang tidak asing, ternyata orang suruhan Adam.

"Ayo saya bantu." Supir tadi ke luar dan membantu Hito agar memasuki mobil, sedangkan Lia dan Rian sudah duluan masuk ke dalam mobil.

Saat supir membantu, pandangan Hito tetap menajam ke arah mobil di mana ada Lia dan Rian di dalam sana. Hanya saja ia kembali tidak fokus hingga tersandung batu. Supir yang tidak sanggup menahan tubuh Hito yang jauh lebih tinggi darinya membiarkan Hito jatuh mengenaskan dengan posisi terbalik.

"Akh." Hito berdesis kesakitan.

"Azab itu." Lia langsung menutup mulutnya saat ia keceplosan, ia sejak tadi memang melihat ke luar tepatnya ia juga menyaksikan Hito jatuh. Bukannya kasian, Lia ingin tertawa dengan keras.

***

Kasih komentar yang panjang untuk chaper ini guys 🥰

Target 1100 Vote + 200 komen + 30 Followers aku bakalan double up hari ini

Mungkin sebagaian dari kalian ada yg lupa vote untuk part awal cerita ini, boleh dong kalian vote kembali dari chaper pertama. vote guys ya dari chapter pertama sampai chapter terakhir.

- part 45-sampai end = 22k (paket hemat).

kelanjutan dari chapter ini sampai end bisa langsung wa  ke nomor ini ya = ‪+62 838‑6394‑7842 Yang tidak sabar menunggu bisa di pesan ☺️

Hidden MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang