Chapter O8

21K 1.1K 17
                                    

Tidak terhenti suara isakan tangis memenuhi seisi kabar. Lia menangis sambil menahan suara, ia tidak berniat untuk membangunkan anaknya yang baru saja terlelap beberapa menit yang lalu. Sangkin besarnya suara Hito dan Lia saat bertengkar mereka jadi tidak sadar jika Rian menangis kencang saat itu.

Saat itu Lia sedang mencuci piring tiba-tiba Hito malah datang dan menarik tangannya untuk menghadapnya lalu memarahinya habis-habisan ia dituduh telah membongkar rahasia mereka perihal pernikahan ini. Lia berusaha untuk jujur bahwa tidak tahu apa apapun, tapi suaminya itu tidak pernah percaya apa yang diucapkan, hati sangat terluka saat suaminya sendiri tidak pernah percaya lagi dengannya.

"Kenapa dia tega sekali," gumam Lia yang meremas sprei kasur dengan kasar, ia bisa gila jika begini terus. Lia hanya akan masuk ke rumah sakit saat beban tidak pernah berhenti membuatnya kepikiran.

"Akan sangat menderita aku saat wanita hadir itu hadir dalam kehidupanku dengan Hito. Tidak ada lagi yang bisa aku perlahankan. Tidak ada kecuali anakku." Saat dia masih menjadi istri Hito, suaminya itu tidak pernah percaya dan menghargainya apalagi dengan niat Hito yang ingin punya istri lagi. Yang ada Lia hanya akan menjadi istri buangan atau hanya sebagai pajangan saja.

Betapa malang nasibnya ini, sungguh sekarang Lia tidak tau harus gimana lagi ia bersabar. Andai saja ia masih mempunyai orang yang sayang dengannya ia pasti bisa langsung bebas di sini. Ia hanya hidup dengan tante yang tidak terlalu peduli dengan Lia, tidak pernah menanyai keadaannya sekarang.

Suara pintu terbuka membuat Lia langsung menghapus air matanya dengan cepat, ia menahan nafas lalu menghembuskannya untuk sekedar menenangkan diri agar tidak terus mengeluarkan air mata

"Kenapa lagi?" tanya Lia sambil melirik sekilas Hito. Tenaga Lia sudah tidak banyak hanya untuk meladeni Hito yang sangat menyebalkan padanya. Hampir setiap hari mereka selalu saja berantem, bahkan Hito tidak pernah peduli dengan Lia yang terkadang masih sakit jika terlalu keras bersaudara.

"Aku sudah tau bahwa bukan kamu yang ngadu." Hito menatap Lia dengan tajam, ia hanya ingin meluruskan tidak merasa bersalah. Ini semua bukan salahnya? Wajar saja jika Lia lah kemungkinan terbesar yang sudah membuka rahasia mereka.

Tapi hanya saja Adam malah membohonginya. Syukurnya Hito tidak salah bicara tadi, lagipula kenapa Adam tiba-tiba curiga kalau ia mempunyai masalah.

"Sudah berapa kali ku bilang tadi kamu tidak pernah percaya," balas Lia dengan emosi ia menatap tajam Hito. "Berhenti untuk mengganggu Hito, setidaknya jika tidak bisa membuat hubungan kita membaik jangan membuatnya semakin buruk. Apa kamu tidak kasihan dengan Rian yang harus selalu mendengar kita yang ribut."

"Aku menyesal sudah melakukan itu." Hito menghilangkan rasa gengsinya, lebih baik ia mengatakan penyesalan daripada tidak mengaku sudah membuat kesalahan.

"Menyesal? Liat tanganku kenapa semakin lama kamu semakin kasar Mas? Jika tidak bisa mengingatku sebagai istrimu anggap saja aku adalah ibu dari anakmu." Lia mengulurkan tangannya ke hadapan Hito, ia menunjukkan sebuah luka di dekat jempol tangannya. Tadi saat mencuci piring suaminya itu menarik Lia terlalu kencang akibatnya tangan Lia tidak sengaja mengenai benda tajam hingga menggoreskan luka.

Hito menatap luka dengan gusar. Ia mengaku salah ia sudah terlalu kasar. Selama ia hidup baru kali ini ia melukai fisik wanita, ia tidak pernah diajarkan untuk melakukan kesalahan seperti ini. Ia ingin memegang tangan Lia hanya saja ia merasa tidak pantas.

"Maafkan aku," sahut Hito dengan suara yang sangat pelan, walaupun tidak sengaja tetap saja Hito telah kasar menarik Lia seperti itu.

"Maaf tidak akan mengubah semuanya." Benar bukan maaf tidak bisa mengubah hal yang buruk terjadi. Lalu untuk apa maaf jika semuanya akan kembali terulang.

Hidden MarriageWhere stories live. Discover now