Dahaga di Labuan Bajo

24.5K 1.2K 32
                                    

Kalau saja tidak harus jaga image, aku pasti sudah berteriak dan berlarian heboh seperti anak kecil. Perasaan hatiku sangat senang, hatiku terasa ringan saat menginjakkan kaki di Bandara Komodo. Pemandangan alam Labuan Bajo yang indah seketika membuatku lupa akan Jakarta yang sumpek.

Bukan hanya aku saja. Bahkan Oslo, sepertinya dia meninggalkan setelan muka dingin dan ketusnya di Jakarta. Hari ini dia terlihat seperti turis pada umumnya; celana bermuda selutut dan kaus oblong—yang aku yakin harganya pasti membuat dompetku menjerit.

"Nice job, Mimi," bisik Oslo. Dia menurunkan kacamata hitamnya sehingga aku bisa melihat matanya. "And nice dress, tho."

Aku menunduk untuk menatap dress yang kupakai. Sama seperti Oslo, penampilanku juga terlihat seperti turis. Aku mengenakan summer dress dari bahan katun berpotongan lurus selutut tanpa lengan. Warna biru muda senada dengan laut biru yang akan menemaniku selama tiga hari ke depan.

Mbak Fira dari Travelia menyambutku. Dia yang akan bertanggung jawab atas trip selama tiga hari ini.

"Mas, kasih sambutan atau apa kek." Aku menyikut Oslo.

Dia mencibir. "Kamu aja, itu, kan kerjaanmu." Sambil terkekeh, Oslo meninggalkanku dan bergabung dengan yang lain.

Ucapannya ada benarnya, karena aku yang berhubungan langsung dengan Mbak Fira. Jadi mau tidak mau aku yang bertanggung jawab.

Selama bekerja, baru kali ini aku mendapat tanggung jawab sebesar ini.

Aku sengaja bertepuk tangan agar teman-temanku berkumpul sehingga aku tidak perlu berteriak. Dari muka mereka terlihat jelas sudah tidak sabar untuk liburan. Memang, sih, namanya team outing, tapi tetap saja bisa disebut sebagai liburan. Bahkan Oslo dan Stevie juga terlihat santai, tidak sekalipun mereka membahas pekerjaan.

"Guys, kenalin ini Mbak Fira yang akan nemenin kita selama di sini." Aku menunjuk Mbak Fira yang melambaikan tangannya. "Kalau butuh apa-apa, bisa hubungi Mbak Fira dan tim."

Mereka mengangguk singkat, tanpa menghilangkan ekspresi tidak sabar untuk bertualang di Labuan Bajo.

"Buat rundown, sudah aku email ya. Tapi ada print out juga, kalau kalian butuh." Aku melanjutkan, lebih tepatnya bermonolog karena tidak ada yang mendengarkanku.

"Yuk, berangkat." Aku menghadap Mbak Fira. "Mobilnya di mana Mbak?"

Semuanya seperti digerakkan oleh kekuatan tak kasat mata, karena mereka langsung mengikuti Mbak Fira. Aku hanya bisa tertawa kecil saat melihat tingkah ajaib teman-temanku.

Berhubung tim ini tidak besar, jadi cukup di satu mobil ELF. Sehingga tidak perlu repot untuk koordinasi.

Mbak Fira langsung membawa ke Pelabuhan untuk snorkeling di Pulau Kelor. Reggy yang paling semangat. Bahkan seminggu terakhir dia ke kantor dengan gaya ala turis, saking tidak sabarnya untuk liburan.

Tim Mbak Fira sudah terlatih sehingga snorkeling ini berjalan lancar. Hanya Nina yang tidak ikut snorkeling karena hamil, dan Stevie yang bersikeras untuk menemaninya. Aku tidak bisa menahan tawa saat mendengar Nina mendorong Stevie untuk ikut snorkeling, sementara Stevie bergeming untuk menemani Nina.

"Aku bisa temenin Nina. Kebetulan aku juga enggak mau snorkeling," ujarku, menghentikan perdebatan mereka.

Nina menatapku dengan mata memelotot. "Mimi, yang benar aja enggak mau snorkeling." Nina melupakan Stevie dan sekarang dia mendorongku. Untuk tubuhnya yang mungil itu, dia cukup kuat.

"Gue enggak bisa berenang, Na," elakku.

"Enggak mesti bisa berenang, kok. Benar kan, Mas?" Nina meminta persetujuan guide yang membimbing saat snorkeling.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang