Perkara Bayi

21.6K 1.1K 19
                                    

Mimi

Oslo menahan kedua tanganku di atas kepala. Dia menekannya sehingga aku tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal aku ingin menyentuh tubuhnya, tapi Oslo menekankan bahwa malam ini, dia yang berkuasa.

Bibirnya melumatku, sementara tubuhnya menindihku. Gesekan yang terjadi membuat kewanitaanku semakin tidak sabar untuk merasakan Oslo. Masih ada pakaian yang membatasi, dan aku tidak pernah membenci legging ini sebesar kebencianku sekarang.

Aku berhasil melepaskan tanganku. Oslo tidak melarang ketika aku membuka pakaiannya dengan tergesa-gesa. Dia juga melepaskan pakaianku, meski agak kesulitan membuka sports bra yang sempit. Aku hanya bisa tertawa ketika mendengar Oslo menggerutu.

Saat tidak ada lagi yang menghalangi, Oslo kembali menindihku. Kulitnya terasa hangat saat menyentuhku. Dengan sekuat tenaga, aku mendorong tubuhnya hingga dia telentang dan aku menaiki tubuhnya.

"Aku mau di atas. Mau buktiin hasil latihan tadi benar atau enggak," ujarku.

Oslo tidak melawan ketika aku mengangkangi tubuhnya dan mengarahkan penisnya yang sudah besar dan keras ke arah liang senggamaku.

"Kondom," ujarnya, begitu tiba-tiba.

Aku menahan tubuhnya. Dengan dagu, aku menunjuk nakas. "I'm on my pill."

Oslo menatap strip berisi pil yang ada di atas nakas. Matanya menyala saat menatapku.

"Fuck you, Mimi." Oslo tidak bisa menahan hasratnya.

Aku tersenyum. "Yes, fuck me harder."

"The fuck I will." Oslo menahan pinggangku, lalu menggiringku untuk menyambut penisnya yang berdiri keras dan menantang.

Aku menahan napas saat penisnya memasuki tubuhku. Ini pengalaman pertama, merasakan penis tanpa ada yang menghalangi.

"Oh. God." Aku terkesiap. Oslo sepenuhnya berada di dalam tubuhku. Telanjang. Tanpa ada yang menghalangi. Aku menutup mata untuk menikmati keberadaannya. "Mas, kenapa baru sekarang kita begini?"

Oslo mengerang. "Shit, kamu enak banget, Mi. Jangan pernah menyuruhku pakai kondom lagi."

Setelah merasakan kenikmatan tak terbatas ini, aku mengutuk kehadiran kondom.

Nyala di dalam tubuhku membuatku ingin mereguk kenikmatan ini sepenuhnya. Aku menggerakkan tubuh, menikmati Oslo dengan rakus. Tidak ada waktu yang terbuang, setiap detik berlalu dengan hantaman Oslo yang melambungkanku ke puncak kenikmatan.

Mataku beradu dengan pantulan bayanganku di cermin. Oslo mendekap tubuhku, sehingga aku hanya bisa melihat punggungnya yang berkedut setiap kali dia menghantamku. Oslo menenggelamkan wajahnya di payudaraku, melumat putingku dengan rakus. Sesekali dia memberikan gigitan ringan di putingku, membuatku melambung kian tinggi.

Aku hampir menyerah, tapi Oslo malah menghentikan semua kegilaan ini.

"Mas, kamu... oh, shit." Protesku terabaikan begitu saja karena kini Oslo yang berada di atasku. Dia membuka lebar kedua kakiku sehingga bisa menggauliku dengan lahap.

Oslo menunduk untuk menciumku, gerakannya terus memantik hasratku. Aku kehilangan orientasi waktu saat bersama Oslo. Aku berpacu dengan waktu, ingin mereguk kenikmatan sebanyak-banyaknya.

Ketika aku hampir mencapai kepuasan, Oslo kembali menghentikan kegilaan ini. Dia memutar tubuhku hingga aku bertumpu di lutut dan siku. Oslo menggagahiku dari belakang.

Sekarang aku mengerti arti permainan ini. Oslo sengaja memberikan antisipasi sebelum aku mencapai orgasme. Kenyataan ini membuatku semakin menggila. Di hadapanku membayang orgasme hebat yang akan menghantamku di saat yang tepat.

Yes, Baby! (Buku Kedua dari Yes Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang