Ignored

3.4K 325 46
                                    

Di dalam mobil, suasana terasa canggung dan tegang. Lisa mencoba untuk membuka pembicaraan dengan Jennie, tetapi Jennie masih merasa kesal dan tidak begitu meresponnya. Udara di dalam mobil terasa dingin, dan suasananya hening dengan sedikit kecanggungan yang terasa di antara mereka. Meskipun Lisa berbicara dengan penuh perhatian dan kelembutan, suasana di dalam mobil terasa seperti ada jarak emosional yang menghalangi keduanya.

Lisa menoleh ke arah Jennie "Sayang ingin makan apa? Kita sekalian mampir dulu untuk membeli makan malam" ucap Lisa tapi kekasihnya hanya mengangguk saja.

Lisa menghela nafasnya "Babyy, mau makan apa humm? Aku tak tahu baby mau apa jika baby hanya mengangguk saja" ucap Lisa lembut.

Jennie menatap sinis ke arah Lisa "Terserah!" Singkat Jennie lalu menyandarkan kepalanya ke jendela yang ada di sampingnya lalu melihat pemandangan jalanan dari jendelanya.

"Baiklah, kita makan batu saja, baby mau?" Ucap Lisa menoleh ke samping.

Jennie menahan senyumannya "Ck memangnya itu bisa di makan?" Ucap Jennie

Lisa terkekeh lalu mengambil tangan Jennie kemudian mengecup punggung tangan kekasihnya "Tidak bisa ya? Ya sudah baby mau apa? Makanan korea atau western atau apa?" Tanya Lisa lagi.

"Pesan online saja, tak usah singgah singgah" ucap Jennie.

Lisa mengangguk "Okeee!" Ucap Lisa.

|
|
|

UN village 1-gil

Di dalam kamar Han, suasana sangat gelap dan muram. Kamar tersebut terasa seperti mencerminkan perasaan dan pikiran yang gelap yang tengah menghantuinya. Han menatap dirinya sendiri di kaca, mencari setiap luka yang mungkin terjadi akibat perkelahiannya dengan Jennie. Dia meraba perlahan di sekitar wajahnya, dan setiap sentuhan mengingatkan dia pada rasa kesal yang membara.

"Damn it! Wajahkuu! Jennie sialan, awas saja kau!" Gumam Han dengan nada kesal.

Han menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, namun emosinya tak kunjung mereda. Dia merasa kesal dan frustrasi karena dia sudah mencoba untuk mendekati Lisa, tetapi selalu ada Jennie yang menghalangi jalannya.

Han menggelengkan kepalanya "Tidak, ini tidak bisa terus berlanjut. Aku harus mengambil tindakan" ucap Han dengan tegas, tatapannya masih terpaku pada bayangannya di kaca. Rasa ambisinya semakin kuat. Dia merasa terdorong untuk memisahkan Lisa dan Jennie lalu merebut Lisa darinya.

"Sialan, mengapa semuanya harus rumit seperti ini?" gerutunya, merasa frustasi dengan situasi yang dia hadapi.

Han merenung sejenak, matanya terpaku pada setiap foto Lisa yang terpajang di dinding kamarnya. Ekspresi Lisa dalam setiap gambar itu begitu beragam, dari senyuman manis hingga tatapan tajam yang memikat. Setiap detail wajahnya begitu jelas terpahat dalam ingatan Han.

Dia menyentuh salah satu foto dengan lembut, jari-jarinya bergerak di sepanjang kontur wajah Lisa. Hati Han berdegup kencang, merasa begitu dekat dengan sosok yang dia kagumi sejak lama. Perasaannya terhadap Lisa begitu kuat dan dia tak bisa menghindarinya.

"Kenapa aku begitu terobsesi denganmu, Lisa?" gumam Han pelan, mencoba mencari jawaban atas perasaannya yang begitu mendalam. Dia merasa seolah-olah tak bisa lepas dari daya tarik Lisa yang begitu kuat. Setiap kali dia mendekat, dia ingin lebih dekat lagi, dan setiap kali dia memikirkannya, hatinya berbunga-bunga.

|
|
|

Hannam The Hill

Lisa berdiri lantai dingin kamar mandinya, wajahnya sedikit meringis kesakitan saat dia merenungkan kejadian tadi. Dia menatap luka memar di batang penisnya, mengingat momen ketika dia terjatuh bersama Han. Rasanya seperti pukulan berat bagi Lisa, bukan hanya karena memar pada miliknya, tetapi juga karena situasi rumit yang melibatkan Jennie.

Where Is My Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang