3

89 12 1
                                    

Content warning : kekerasan, tindakan menyakiti diri sendiri.

Sebagian adegan mungkin dapat men-trigger para pembaca, jadi dimohon kebijaksanaan dalam memilih bahan bacaan. Terima kasih🙏🏻🫶🏻






Jika Jiwon memiliki kekuatan untuk mengendalikan ruang dan waktu, dia akan memberi pelajaran pada rekan kerjanya yang suka membolos itu dengan menjebaknya dalam sebuah loop , membuatnya terus bekerja tanpa henti di toserba. Jiwon baik-baik saja jika dia memang harus pulang lebih larut malam karena kerja paruh waktunya. Tetapi, pulang malam selama tiga hari berturut-turut bukanlah hal yang baik, terutama untuk perempuan. Perempuan begitu rentan menjadi korban tindak kekerasan, apalagi ketika berjalan sendirian di gang yang sepi pada malam hari. Jiwon memasang penyuara telinga dan sedikit mempercepat langkahnya. Tidak ada musik apa pun yang terdengar di telinganya. Jiwon melakukan itu untuk memastikan derap langkah samar yang ia dengar sejak tadi tidak mengekorinya.

Dengan perasaan waswas, Jiwon berbelok menuju ke arah jalan yang lebih ramai. Ia merutuki pilihannya memilih lewat jalan pintas agar cepat sampai di rumah. Di malam hari, keamanan lebih penting dari keinginannya untuk segera rebahan di atas kasur kesayangannya. Jiwon melepas penyuara telinga dan menyimpan benda itu ke dalam saku hoodie-nya. Saat ia tak lagi mendengar suara langkah di belakangnya, Jiwon mengerahkan seluruh tenaganya untuk berlari. Kepanikan memenuhi kepalanya saat ia mendengar langkah kaki yang berderap begitu cepat ke arahnya. Jiwon menoleh sekilas ke belakang. Seseorang dengan pakaian serba hitam yang sedang mengejarnya tak sengaja terjatuh karena tersandung kotak kayu di luar sebuah toko yang sudah tutup.

Jiwon memanfaatkan kesempatan itu untuk menghindari orang aneh yang sedang mengejarnya. Dengan napas yang terengah-engah, Jiwon memanjat sebuah pagar besi dan melompat ke seberang. Ia terus berlari secepat mungkin, mencari area yang ramai untuk meminta pertolongan. Saat Jiwon kembali melihat ke belakang, orang itu sudah bangkit dan mengejarnya lagi. Jiwon berbelok ke arah kanan di sebuah persimpangan. Orang dengan pakaian serba hitam itu ikut berbelok mengejar Jiwon. Namun, langkahnya kembali terhenti karena sebuah truk pengangkut sampah nyaris menabraknya dengan kecepatan tinggi. Jiwon mulai bingung, ia terus berlari tanpa memperhatikan arah. Kini ia sudah berada di area bangunan yang lebih sepi karena sedang dibangun ulang. Jiwon mengambil ponsel untuk menelepon polisi, tetapi sial untuknya karena baterai ponselnya habis. Suasana di area ini terlalu hening, menandakan tidak ada orang yang lewat di dekat sini. Seandainya sesuatu yang buruk terjadi pada Jiwon, teriakannya tidak akan terdengar.

Orang berpakaian serba hitam itu sudah semakin mendekat. Jiwon mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk masuk ke dalam sebuah gedung dua tingkat yang terhubung dengan gedung lain di depannya. Sinar lampu dari luar masuk melalui sela-sela terpal, menerangi bagian dalam gedung dengan cahaya remang-remang. Dengan cepat, Jiwon berlari menaiki tangga menuju lantai dua. Langkah kaki yang saling berkejaran menggema memenuhi seluruh gedung. Jiwon bisa mendengar sesuatu terjatuh dan mengenai orang itu di belakang sana. Ia berbelok ke kanan dan membuka pintu menuju koridor penghubung ke gedung di depan.

"Ayo... terbukalah!" ujar Jiwon panik seraya mencoba mendorong pintu yang berat dengan tubuhnya. Setelah dua dorongan kuat, Jiwon memaksa tubuhnya untuk melewati celah sempit dari pintu yang terbuka. Tanpa memedulikan rasa terbakar pada kedua otot pahanya, Jiwon terus berlari menuruni puluhan anak tangga menuju lantai dasar. Ia menunduk untuk menghindari struktur penyangga yang melintang dan meraih pegangan pintu.

"Ceklek!"

"Sialan..." umpat Jiwon pada pintu yang terkunci rapat. Tidak ada pilihan lain, Jiwon harus menghadapi orang itu secara langsung. Ia memeluk tasnya erat saat orang asing itu muncul di ujung lorong. Kondisi yang gelap membuat Jiwon tidak bisa melihat wajahnya. Ia mengawasi setiap sudut, mencari celah untuk berusaha melarikan diri.

Untouchable | LizreiWhere stories live. Discover now