4

85 12 0
                                    

Content warning : kekerasan, tindakan menyakiti diri sendiri.

Sebagian adegan mungkin dapat men-trigger para pembaca, jadi dimohon kebijaksanaan dalam memilih bahan bacaan. Terima kasih🙏🏻🫶🏻






Dedaunan yang gugur ikut terbang bersama angin mengiringi sosok Chaewon yang melayang pelan mengitari kanopi rooftop tempat Rei sedang memandangi manusia-manusia yang sedang berjalan di bawah sana. Sejak kemarin, ekspresi Rei terlihat cemberut. Jarang sekali Chaewon melihat Rei murung walaupun ia dan Yena sering menjahili roh yang satu itu. Dengan satu gerakan ringan, Chaewon meluncur pelan dan duduk di sebelah Rei.

"Lama-lama bibirmu terlihat mirip seperti Yena unnie." ucap Chaewon mencoba meringankan suasana.

"Kau bilang aku terlihat seperti bebek?" balas Rei malas. Chaewon tertawa pelan dan memainkan sulur yang menjalar dari tanaman di sebelahnya.

"Tidak, kau terlihat mirip seperti anak bebek yang imut." Sulur hijau segar yang digenggam Chaewon berubah warna menjadi cokelat dan luruh saat ditiup angin. "Sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu, apa kau mau menceritakannya?"

Rei menatap Chaewon sekilas sebelum kembali memandangi manusia yang berkeliaran di bawah sana. Senyuman hangat di wajah Chaewon sedikit membuat Rei merasa aman. Mungkin akan sedikit melegakan untuknya sedikit berbagi masalah yang membuat jalan pikirannya rumit dengan Chaewon.

"Sepertinya Yujin benar-benar marah padaku."

Sebelah alis Chaewon terangkat bingung. "Bukankah kalian sangat dekat? Apa yang terjadi?"

"Kau ingat gadis dengan energi melimpah yang kutemui bersama Yujin?" Rei melipat kedua lututnya dan menopang dagunya di atas sana. "Aku tak sengaja menyerap terlalu banyak energi gadis itu saat memanipulasi mimpinya, dan sekarang gadis itu bisa melihatku."

"Kau bisa memanipulasi mimpi manusia?" tanya Chaewon kaget.

Rei mengangguk pelan. "Awalnya aku tidak tahu kalau aku bisa melakukan hal itu. Aku selalu berusaha untuk tidak memanipulasi mimpi gadis itu. Namun, sesuatu terjadi dan aku terpaksa melakukannya, Unnie. Aku tidak mengerti kenapa Yujin sangat mempermasalahkannya."

Chaewon mendekat dan mencubit kedua pipi Rei dengan gemas. "Kau ini benar-benar nakal, pantas saja Yujin marah padamu."

"Rei, mungkin kau tidak ingat bagaimana kehidupanmu di masa lalu. Tetapi, Yujin ingat dengan jelas kehidupannya dan bagaimana kejamnya sang maut menjemputnya. Yujin di masa lalu berbeda dengan manusia biasa, dia bisa melihat dan berinteraksi dengan roh. Dia melihat sendiri dengan kedua matanya saat roh yang sudah menjadi entitas liar mengambil alih dan menghancurkan keluarganya. Bahkan, dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan seseorang dari teror entitas liar itu."

Rei terdiam mendengar penjelasan Chaewon. Sepanjang menghabiskan waktu bersama roh An Yujin, tidak pernah sekali pun ia bertanya soal kehidupannya. Rei pikir Yujin hanya bersikap berlebihan. Tetapi setelah mengetahui alasannya, perasaan bersalah memenuhi pikiran Rei. Itu baru Yujin, bagaimana dengan roh lainnya? Apakah mereka juga mengalami kematian yang menyakitkan seperti Yujin?

"Tidak usah merasa bersalah, Yujin itu memang suka bersikap dramatis. Aku akan meminta Yena unnie untuk membujuk roh manja satu itu supaya dia berhenti merajuk." ucap Chaewon membuat Rei tertawa pelan.

"Terima kasih, Chaewon unnie." ujar Rei seraya tersenyum hingga kedua matanya menyipit.

"Tidak masalah, Manis." balas Chaewon seraya mengusap rambut Rei lembut. "Aku mau melapor ke Mami Hong sebentar lagi, apa kau mau ikut? Mungkin kau bisa bertanya satu dua hal padanya soal masalahmu."

Untouchable | LizreiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang