02.

1.3K 167 17
                                    

"Aku mau keluar dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku mau keluar dulu."

"Kemana emang?"

"Beli jajan. Kamu bisa anterin aku gak?"

Cukup lama Reyan menunggu sahutan sampai nyaris sambungan telepon itu ia matikan kalau saja cowok disebrang sana tak segera menyahut.

"Gue sibuk. Pergi sendiri aja."

Tutt

Sambungan dimatikan secara sepihak. Membuat Reyan mendesis kesal. Pemuda blonde itu lantas segera menuju meja belajar guna mengambil dompetnya. Tanpa repot-repot untuk berganti pakaian rumahannya ia segera keluar dari kamar dengan mulut yang tak henti-hentinya menyumpah serapahi Marvin.

Di ruang tengah ia berpapasan dengan Zeyan. Kakak keduanya yang agaknya hendak kembali ke kamar juga.

"Mau kemana?" tanya sang koko.

"Beli ciki. Koko mau ikut?"

"Enggak deh. Kamu sama Marvin?"

Reyan cemberut. Dengan wajah sedih yang dibuat-buat, "sibuk katanya. Paling juga main game." ujarnya.

Zeyan tertawa. Mengusak rambut adiknya dengan gemas. "ya udah hati-hati."

"IYA!" Reyan menyahut setengah berteriak setelah berlari keluar rumah.

Cuaca saat ini sedang panas-panasnya makanya dia memilih tak berganti baju. Hanya hoodie tipis tanpa kupluk celana jeans hitam selutut dengan sandal biru langit. Reyan saat ini terlihat lucu.

Reyan berjalan dengan pelan. Indomaret yang ia tuju tidak bisa dikatakan dekat tapi tidak juga jauh sebab berada di luar kompleks perumahannya. Dimana untuk sampai digapura kompleks perumahannya juga butuh waktu 5-7 menit untuk berjalan kaki.

"Kak Rey?"

Suara motor berhenti berhenti tepat disamping kanan Reyan dengan suara seseorang yang familiar baginya. Saat Rey menoleh, benar rupanya itu Kenza tetangga depan rumahnya.

"Loh Kenza? Kenapa?" tanya Rey, tersenyum lebar merasa ada kesempatan untuk minta tolong diantarkan ke tempat tujuannya.

"Mau ke Indomaret. Kak Rey sendiri mau kemana?" Kenza terkekeh gemas dan refleks mencubit pelan pipi yang lebih tua.

"Sama. Aku juga mau ke sana. Nebeng dong," Reyan merengek dengan tangan memegang lengan besar Kenza.

"Boleh. Ayo naik."

Senyum Reyan semakin merekah. Ia mengangguk dan dibantu Kenza, Reyan menaiki moge itu dengan aman. Kenza melaju dengan kecepatan sedang tapi sangat lambat untuk ukuran dia yang sering kebut-kebutan di jalan. Kenza hanya mengingat satu hal,

Reyan itu tidak suka naik motor dengan kecepatan tinggi. Dia bilang dia benci itu sebab takut jatuh dan bisa merusak penampilannya.

Maka demi sang pujaan, Kenza rela membawa motor dengan lambat asal Reyan merasa nyaman.

☽︎❥︎ rebutan [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang