17. Panggilan

37 3 0
                                    

"Eh bentar ada telepon," ucap Chacha dan ternyata itu adalah dari sang dosen.

[Halo Pak?]

[Chacha, kamu dimana?]

[Saya di kost-an Pak.]

[Ke ruangan saya sekarang.] Mata Chacha sontak membulat mendengar perkataan Seungwoo, sudah pasti pria itu meminta revisian Chacha. Tapi kan ... Chacha bahkan baru bimbingan kemarin, pulangnya malam, dan ini juga masih jam 10 pagi, namun Seungwoo meminta Chacha datang? Ya ampun yang benar saja, Chacha tak berani datang, ia tak tahu harus bilang apa kalau sampai Seungwoo menagih revisian. Ya ... Chacha siap sih kalau sampai kena semprot, lebih tepatnya pasrah sih, tapi tak begini juga caranya. Kalau untuk kali ini Chacha tak terima kalau sampai ia kena semprot. Ah yang benar saja, manusiawi sedikit lah.

[Cha? Halo?]

[Ah iya Pak, eum ... tapi ... itu Pak, anu ...]

[Apa? Kamu jangan nanggung kalo ngomong, jangan buang-buang waktu.] Ya ampun ini Chacha mau nangis aja bawaanya, via online aja udah kena mental. Apalagi kalau sampai secara langsung? Ah Chacha tak tahu lagi.

[Eum ... maaf Pak, maaf sekali, tapi hari ini saya tidak ada jadwal bimbingan Pak. Mohon maaf juga Pak, saya juga masih revisian Pak. Revisiannya sedang saya kerjakan Bapak, segera saya kerjakan Pak.] Chacha menggigit bibir dengan jantung yang berdetak kencang, ia tak tahu akan bagaimana reaksi Seungwoo. Seharusnya ia maklum sih kalau ia masih ada perasaan.

[Siapa yang bilang mau bimbingan?] Hah? Mata Chacha membulat sempurna mendengar pertanyaan Seungwoo, mana nada bertanyanya sangat dingin lagi. Lalu? Kalau bukan mau bimbingan apa dong? Ini dosen Chacha kenapa ada-ada aja sih tingkahnya? Dikira Chacha kuat seperti ini? Ah yang benar saja. Jantung Chacha itu lemah lo Pak Han Seungwoo yang terhormat, jangan suka dibuat terkejut dan berdetak kencang seperti ini, nanti bisa melemah. Memangnya Bapak mau tanggung jawab?

[Mohon maaf Pak, jadi untuk apa ya Pak?]

[Datang aja dulu, saya tunggu kamu. Jangan lama, kost-an kamu nggak jauh dari kampus, saya tunggu.]

Tutt ~~~~

"Hah ..." Chacha menghela napas lemas setelah teleponnya dengan sang dosen berakhir, tadi malam ia mimpi apa sih sampai tiba-tiba seperti ini? Yang tadi malam saja hampir membuat Chacha kehilangan kewarasaannya, dan sekarang? Chacha harus bertemu Seungwoo lagi? Oh ayolah, Chacha belum siap. Ganteng sih ganteng, tapi ganteng doang, juteknya minta ampun.

"Kenapa lo?" tanya Yuqi, saat Chacha teleponan tadi memang Yuqi asik dengan ponselnya sehingga ia sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi dengan temannya itu.

"Tuh, bapak dosen gue yang terhormat. Dia nyuruh gue datang ke ruangannya sementara revisian aja belum ada gue kerjain."

"Ya bilang lah sama dosenmu kalo revisiannya belum siap, lagian lo juga baru kemarin bimbingan, sampe malam juga itu."

"Gue udah bilang gitu, dan lo tau bapaknya bilang apa?"

"Apa?"

"Siapa yang bilang mau bimbingan? Bapaknya ngomong gitu," ucap Chacha sembari memperagakan cara bicara Seungwoo di telepon tadi.

"Hah? Terus mau ngapain?"

"Itulah gue nggak tau, takut ih. Mana disuruh datang ke ruangannya lagi, ganteng sih ganteng, gue suka, tapi nggak gini juga."

"Dosen lo nggak ada bilang apa-apa gitu?" tanya Yuqi dan Chacha menggelengkan kepala dengan wajah cemberut.

"Duh, gimana ya? Tapi ya udah deh lo coba berangkat aja, kan ke kampus jadi bakal banyak orang. Gue yakin juga lo bakal aman kok, nggak bakal kenapa-napa, kan teriakan lo kuat."

"Hah?"

"Iya, teriakan lo kuat, jadi pasti kalo ada apa-apa lo tinggal teriak ajak orang-orang bakal datang."

"Ish, gue kira apaan," ucap Chacha dengan wajah cemberut sedankan Yuqi hanya tertawa menanggapi temannya itu. Sudah rahasia umum memang kalau teriakan Chacha sangat keras, kalau saat sedang menonton film horor saja teriakan perempuan itu jauh lebih seram daripada filmnya.

"Ya udah deh kalo gitu gue siap-siap dulu, nanti kena semprot lagi kalo lama datang."

"Ok semangat," ucap Yuqi dan Chacha pun pergi.

***

"Huft ... semangat dan tenang Chacha, dia juga cuma manusia kok, ayo," ucap Chacha, setelah memberanikan diri Chacha pun mengetuk pintu ruangan Seungwoo. Ya ... walaupun tak bisa dipungkiri sih, janding Chacha berdetak kencang tak karuan sekarang.

"Masuk."

Kreett ...

"Aunty ..."

"Eh Daren ganteng," ucap Chacha terkejut namun juga senang, perempuan itu berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan Daren kemudian memeluk anak itu. Chacha sangat senang sampai-sampai ia melupakan Seungwoo hingga akhirnya pria itu berdehem.

"Eh Pak," ucap Chacha, perempuan itu melepas pelukannya dari Daren kemudian menyalama Seungwoo.

"Eh maaf Pak, eheheh," ucap Chacha tertawa kikuk sedangkan Seungwoo hanya diam, ia sama sekali tak menganggapi Chacha membuat perempuan itu auto menyiyir dalam hati.

"Idih, sok cuek, padahal dia sendiri yang nyuruh datang," cibir Chacha, ekspresi wajah tentu saja harus dikendalikan.

"Mohon maaf, ada apa ya Pak?" tanya Chacha, kini ia duduk di kursi di hadapan Seungwoo.

"Ayo main Aunty," ajak Daren sambil menggenggam tangan Chacha.

"Tuh sama Daren."

"Hah? Apa sih? Nggak ngerti gila, yang jelas dong kalo ngomong, dikira gue cenayang kali ya paham omongan singkat nggak jelas kayak gitu, ck." Lagi Chacha kembali mencibir dalam hati saking kesalnya.

"Mohon maaf Pak, bagaimana ya? Saya mohon maaf Pak, tapi saya benar-benar tidak mengerti maksud Bapak," ucap Chacha sehingga Seungwoo berhenti dengan kegiatannya lalu menatap Chacha.

"Weh, jangan tatap saya kayak gitu kali Pak, nggak kuat Pak, asli." Eits, tentu saja Chacha hanya berani membatin.

"Pertama maaf ya main minta kamu datang tiba-tiba gitu."

"Lah? Tiba-tiba melembut, apa sih?" Chacha benar-benar bingung dengan perubahan sikap Seungwoo yang tiba-tiba melembut, sungguh aneh dan membuat pusing.

"Ah nggak papa kok Pak ehehe," ucap Chacha tertawa kikuk.

"Gini Cha, saya udah janji sama Daren buat jalan hari ini, tapi tiba-tiba rapat jurusan dimajuin bentar lagi. Infonya baru datang pas Daren udah di sini, saya nggak tega batalinnya, jadi saya minta tolong kamu buat bawa Daren jalan hari ini. Tapi itu juga kalo kamu nggak sibuk sih."

"Mau Pak!" Chacha menjawab dengan begitu semangat membuat Seungwoo terkejut.

"Eh? Eheehh, maaf Pak," ucap Chacha kemudian tertawa kikuk.

"Giliran sama Daren aja langsung semangat, tapi sama aku kok kayak takut-takut gitu sih Cha?" Bisa-bisanya Seungwoo membatin seperti itu, ya dipikirin aja sih sendiri kenapa Chacha gitu. Padahal udah tau sendiri kenapa, masih ada sok bingung, dasar aneh.

"Daren, Daren mau kan hari ini jalannya sama Aunty Chacha aja? Soalnya hari ini uncle ada rapat dadakan Nak," ucap Seungwoo pada Daren, nada suaranya sangat lembut, sangat berbeda dengan saat berhadapan dengan mahasiswa.

"Mau! Mau banget, asik!" ucap Daren penuh semangat sehingga Seungwoo dan Chacha sama-sama tersenyum.

"Bisa kan Cha? Kamu benar-benar nggak papa 'kan?"

"Nggak papa Pak, nggak papa kok," ucap Chacha dengan senyum yang enggan lepas dari wajahnya.

Bapak Dosen II Han Seungwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang