18. Penjelasan

1.4K 50 2
                                    

Akhir pekan adalah waktu yang pas untuk bersantai. Namun, tidak dengan Cindy. Setelah insiden di mall kemarin, sampai pagi ini Cindy tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan Dimas. Ponsel yang sedang Ia genggam tak henti-hentinya melakukan panggilan pada pacarnya itu. Berharap Dimas mau mengangkat dan mendengarkan penjelasannya. Bahkan ratusan pesan penjelasan yang Ia kirimkan statusnya belum berubah centang biru.

Sedangkan Dimas sendiri memilih untuk mode silent ponselnya dan bermain PS sejak malam hingga pagi ini. Albert yang tahu tentang masalah ini memilih diam dan tak mau ikut campur. Pesan berupa foto kemarin dikirim oleh Rista, pacarnya saat ini. Rista yang saat itu sedang berjalan-jalan ke mall dengan teman-temannya tak sengaja melihat Cindy tengah makan berdua dengan seorang pria. Rista sendiri tahu itu adalah Axel, dan dia juga tahu dia adalah mantan Cindy.

***

Hari senin telah tiba. Cindy sengaja datang lebih awal. Berharap bisa punya waktu untuk bertemu Dimas dan menjelaskan kebenarannya. Namun, sampai upacara selesai pun Ia tak melihat Dimas sama sekali. Malahan, seseorang yang sudah 2 minggu menghilang muncul kembali. Nanda.

Saat berpapasan dengan Nanda di kelas, Cindy langsung menatapnya tajam. Tentu saja Ia marah karena Nanda menghilang tanpa kabar. Teman-temannya yang lain pun tak mampu menyembunyikan kekesalan dan kekecewaannya pada Nanda. Namun, bukan hal itu yang menjadi fokus Cindy saat ini. Ia terus berkutat dengan ponselnya dan masih mencoba menghubungi Dimas. Setelah Nanda, gantian Dimas yang hilang.

"Dimas masih marah ya?" tanya Ine pada Cindy dengan tatapan mengiba.

"Masih, chat gue ga dibales dari kemaren. Dia juga ga keliatan daritadi" jawab Cindy frustasi.

"Harusnya lo jujur aja dari awal ketemu sama Axel" sahut Rini pada Cindy. Cindy sengaja tak memberi tahu soal pertemuannya dengan Axel karena Ia mengira bahwa setelah itu mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

"Gue ga nyangka juga Axel bakal kesini" jawab Cindy lagi tak berdaya.

Saat jam istirahat, Cindy bergegas menemui Dimas di kelasnya. Namun tak ada. Ia bertanya ke orang-orang yang masih di kelas. Mereka bilang Dimas sudah keluar kelas sejak tadi. Cindy langsung berinisiatif mencari Dimas ke perpustakaan. Ia mengelillingi setiap sisi rak buku dan sudut-sudut ruangan. Nihil. Cindy pun keluar dan mencoba mencarinya di gudang, di taman samping tempat biasa mereka bertemu. Tetap nihil.

Cindy menghela napas dalam. Badannya lunglai tak berdaya. Ia berjalan gontai kembali ke kelasnya. Bahkan ajakan temannya ke kantin pun tak dihiraukan, karena Ia sangat tidak berselera hari ini. Namun, tanpa sengaja Cindy malah berpapasan dengan sepupunya.

"Albeerrrttttt...." teriak Cindy dari kejauhan sambil berlari menghampiri Albert.

Albert yang mendengar itu terkejut dan spontan menghentikan langkahnya. Terlihat Cindy berlari mendekat ke arahnya. Sedikit heran, ini pertama kalinya Cindy memanggil namanya setelah sekian lama.

"Gue boleh ngomong sebentar?" tanya Cindy pada Albert sambil mengatur napasnya. Albert berpikir sejenak dan langsung mengangguk.

Panjang kali lebar Cindy menjelaskan duduk permasalahannya pada Albert. Albert hanya diam dan mengangguk-angguk, mencoba memahami dari dua sisi. Jujur saja, saat ini Ia seperti pakar cinta. Kalau di ingat-ingat, sejak 3 tahun mereka bersekolah ini kali pertama Cindy berbicara banyak padanya. Sebelumnya boro-boro bicara, menatap saja Ia jijik. Cerita Cindy berakhir dengan permintaan tolong pada Albert tentang hubungannya.

"Cukup kasih dia waktu" jawab Albert singkat.

"Waktu buat apa? Dia aja belum denger penjelasan langsung dari gue" sahut Cindy frustasi.

"Mungkin dia butuh waktu buat nenangin diri.... sambil mikirin gimana hubungan kalian selanjutnya" ucap Albert meledek yang disambut dengan pelototan tajam Cindy.

"Tapi bisa ga lo bantu sampein penjelasan gue ke dia?"  tanya Cindy dengan tampang memohon.

Albert hanya mengangguk tanpa menjawab. Saat ini, Dimas memang butuh waktu untuk menenangkan diri sambil fokus pada persiapan try out ujian nasional. Ia paham betul karakter sepupunya yang punya hobi silent treatment ini.

Cindy berjalan kembali ke kelas dan merebahkan kepalanya di meja. Perasaannya sedikit lega setelah menjelaskan semuanya pada Albert. Cindy juga memilih untuk mengakhiri kebenciannya yang tak beralasan pada Albert. Bukan karena Albert sepupu Dimas, namun setelah mengetahui sisi lainnya yang membuat Cindy sedikit iba.

Lamunan Cindy dihentikan dengan kedatangan Nanda yang tiba-tiba duduk disebelahnya. Ia merebahkan kepalanya menghadap Cindy. Sejenak mereka bertatapan dan Cindy hanya menatapnya datar. Nanda membalas dengan sedikit senyuman.

"Lo pikir bagus ngilang gitu? Syukur aja lo belum di DO dari sekolah" ucap Cindy pelan tapi ketus.

"Maaf..." jawab Nanda pelan sambil tersenyum.

Cindy mengangkat kepalanya dan menghela napas dalam. "Nan, gue temen lo. Doni dan yang lain juga temen lo. Kita ga pernah berpikir yang aneh-aneh tentang lo. Status sosial atau apapun itu, I don't care..." jelas Cindy dengan tatapan kesal. Sebenarnya Ia masih ingin mengomeli Nanda, namun energinya sudah habis dengan masalahnya hari ini.

***

Beberapa bulan menjelang kelulusan, siswa kelas 12 disibukkan dengan serangkaian ujian. Mulai dari try out ujian nasional, ujian semester akhir, praktek dan ujian nasional itu sendiri. Minggu depan sudah masuk jadwal try out perdana, dan semua aktivitas diluar akademis dihentikan.

H-2 menjelang try out, terlihat Dimas sedang berusaha fokus belajar. Tangannya sejak tadi membolak-balik buku pelajaran dan mencatat beberapa materi penting. Tiba-tiba ponselnya berdenting yang menandakan ada pesan masuk. Dimas melirik sekilas pesan tersebut yang tak lain tak bukan dari Cindy.

Sudah hampir seminggu Ia mengabaikan Cindy. Tampak sudah ratusan pesan masuk yang sengaja tak Ia balas. Dimas sengaja menonaktifkan centang biru agar tak ketahuan oleh Cindy bahwa Ia membaca pesannya. Dimas juga sudah mendengar penjelasan tentang kejadian itu dari Albert. Sejujurnya, saat ini Ia sudah tak marah. Tapi biarlah seperti ini dulu, memberi jarak pada hubungan agar mereka bisa sama-sama tenang. Dimas juga berharap saat ini Cindy fokus pada persiapan ujian.

***

Albert yang kini sedang duduk di balkon kamarnya tengah memainkan gitar dengan alunan pelan. Ia merasa sangat malas hari ini. Biasanya memang Albert selalu malas, namun hari ini malasnya seperti dua kali lipat. Ia juga mengabaikan pesan Rista yang sejak kemarin mengajaknya pergi jalan. Padahal Albert paham itu modus Rista saja untuk mengajaknya ngewe.

Albert menertawakan kehidupannya yang sangat menyedihkan. Selain tumbuh tanpa figur orang tua, Ia juga merasa tidak ada orang yang tulus dekat dengannya. Terutama mantan-mantannya. Mendekati Albert semata-mata karena Ia anak orang kaya. Albert dengan senang hati memberi hal-hal yang baginya tak seberapa. Dan tentu itu dibayar dengan seks. Murahan sekali.

Ponselnya berdenting sekali lagi. Albert mengambil ponselnya dengan frustasi dan ingin memaki Rista. Namun ternyata pesan yang masuk barusan bukan dari Rista, melainkan dari Nanda. Keningnya mengkerut dan matanya mengerjap-ngerjap memastikan isi pesan tersebut tidak salah. Benar saja, dari Nanda.

"Gue mau ngomongin sesuatu sama lo senin besok" ucap Nanda di pesan tersebut.

Albert memutar bola matanya sambil berpikir. Sesuatu apa yang dimaksud Nanda. Ia mengedikkan bahunya singkat dan memilih mengabaikan pesan tersebut.

My Dirty BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang