19. Love & Hate

2.4K 58 4
                                    

Suasana sekolah SMA Nusa Bangsa cukup tenang karena kegiatan try out ujian nasional. Tiga hari pasca ujian, nilai hasil ujian sudah terpampang pada papan informasi. Posisi pertama ditempati oleh Dimas dari jurusan IPA dan Silvi dari IPS. Tidak mengherankan, karena memang mereka berdua sudah menjadi langganan juara umum sekolah.

Sedangkan Cindy cukup bersyukur di posisinya yang masih berada di urutan 10 besar. Ia tersenyum puas bersama Rini dan Ine. Sedikit lega akhirnya misi pertama terselesaikan juga. Meskipun masih ada misi selanjutnya. Nanda and the genk berada di urutan 50+. Sepertinya mereka juga sudah cukup puas dengan hasilnya.

Nanda berjalan menjauhi teman-temannya yang sedang asyik mengamati nilai-nilai mereka. Ia berjalan menuju taman belakang yang berada di ujung gedung sekolah. Terlihat Albert sudah menunggunya disana, tengah bersandar di tembok dan menyesap rokoknya. Nanda berjalan pelan dengan gugup. Albert menatapnya datar.

"Gue.... minta maaf" ucap Nanda lirih.

"Ngapain lo minta maaf sama gue?" tanya Albert heran dan jujur Ia juga sedikit terkejut, namun Ia berusaha tetap cool.

Nanda menegakkan kepalanya, menatap Albert dengan berani. "Gue sadar gue munafik. Ga sepantasnya gue malu dengan kondisi gue, gue mohon lo jangan sampe cabut beasiswa gue ya" Nanda menghela napas dan menatap Albert mengiba.

Albert mendengus mendengar ucapan Nanda barusan. Padahal ucapannya soal akan mencabut beasiswa Nanda hanya bualan belaka. Meskipun Ia anak pemilik yayasan, bukan berarti Ia bisa langsung ikut campur untuk urusan itu. Tapi sepertinya ancaman itu cukup manjur buat Nanda.

"Baguslah kalo lo sadar. Gue paling benci sama anak durhaka...." Nanda yang mendengar itu menatap Albert dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Nyokap lo ga sepantesnya lo susahin demi gengsi dan ambisi lo..." tutupnya sambil berlalu.

Albert sudah sejak lama mengamati ibu Nanda yang bekerja di cafe tempatnya nongkrong dengan Dimas. Ia cukup prihatin dengan keadaannya. Albert sedikit tersenyum membayangkan seandainya dia punya sosok ibu yang selalu ada untuknya. Sepertinya Tuhan selalu punya cara unik menempatkan posisi manusia di hidupnya.

***

Jam pelajaran terakhir telah usai. Siswa kelas XII IPS 1 terlihat bergegas membereskan buku-buku dan alat tulis ke tas. Satu persatu dari mereka mulai keluar dari kelas dan bubar. Tak terkecuali dengan Cindy. Ia berjalan menuju halte tempat biasa Ia menunggu ojol. Baru sampai di halaman sekolah, langkahnya terhenti saat sebuah sepeda motor menghampirinya.

Jantung Cindy berdebar-debar saat melihat Dimas. Sudah hampir dua minggu mereka tidak berkomunikasi dan kini Dimas sedang berada tepat didepannya. Cindy berdiri dan berjalan pelan menghampiri Dimas. Dimas mengisyaratkan Cindy untuk naik dan sepeda motor pun meluncur.

Sepanjang perjalanannya mereka berdua hanya diam. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut masing-masing. Lidah Cindy terasa kelu mengeluarkan kata-kata maaf yang sepertinya sudah lelah Ia tuangkan dalam pesannya pada Dimas.

Dimas membawa Cindy ke cafe langganan mereka. Cindy masih diam dan memilih untuk mengikuti langkah Dimas. Saat memasuki cafe, mereka berdua dikejutkan dengan Nanda yang tengah berdiri di meja kasir. Sama halnya dengan Nanda. Beberapa saat suasana tampak awkard. Namun, Nanda langsung tersenyum dan mencoba menyapa dengan ramah.

"Hai, mau pesan apa nih?"

"Dua ice americano... Kamu mau pesen makan siang?" tanya Dimas melirik Cindy, membuat Cindy salah tingkah.

"Ngg... Gue pesen... Chicken blackpaper " jawab Cindy agak gugup.

Dimas mengangguk datar "Tambah kentang goreng ya" tutup Dimas sambil tersenyum singkat dan langsung membayar pesanan.

My Dirty BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang