Chapter 14

1.4K 85 2
                                    

Dari awal Naisha melakukan prosesi ta'aruf dengan Ahnaf, ia sudah yakin dengan sosok pria itu. Dukungan positif dari teman-teman organisasi pun membuat Naisha semakin yakin bahwa Ahnaf-lah yang cocok untuknya. Kecuali Reza, ia tidak menanggapi apapun dan semakin dingin dari hari ke hari. Semua orang pun bisa merasakan perubahan yang terjadi padanya dan tahu jelas apa penyebabnya. Reza sedang merana.

"Nai, aku rasa kak Reza memang serius sama kamu. Aku belum pernah ngeliat dia segalau itu pas putus sama mantan-mantannya."

Rupanya, Alya sedaritadi memperhatikan sikap Reza yang uring-uringan, ia yang selalu semangat menerangkan sesuatu kali ini begitu hambar seperti tak bernyawa.

"Mungkin dia galau karena ini hari terakhirnya disini."

"Hari terakhir dia bisa sedeketi ini sama kamu juga."

"Al, aku sama kak Reza memang tidak akan pernah menjadi dekat," ujar Naisha menutup percakapan berbisik mereka.

Keduanya kembali fokus pada manusia yang mulai berdiri diujung meja panjang di depan mereka. Deri berdiri dari kursi yang selama tiga bulan selalu diduduki oleh Reza. Ia mengucapkan beberapa patah kata berterimakasih kepada Reza karena bersedia memberikan ilmu dan pengalamannya.

Naisha sendiri tidak tahu Reza memiliki pengalaman darimana. Reza merupakan mahasiswa kupu-kupu yang tidak memiliki kegiatan lain dikampus selain masuk ke kelas untuk memenuhi jadwal mata kuliah dari semester satu hingga semester akhirnya.

Naisha melirik Reza yang duduk bersebrangan. Wajahnya tampak acuh dari biasanya, ia memperhatikan Deri yang bicara tanpa mempedulikan keadaan sekitar atau hanya Naisha saja yang berharap Reza akan melihatnya dan memberikan tugas seperti biasa.

Selesai dengan ucapan terimakasihnya, Deri memberikan kesempatan kepada Reza untuk memberikan kata perpisahan sekaligus penutup.

"Ini hari terakhir gue disini, besok Deri akan kembali lagi di ruangan ini." Reza mengucapkan kata perpisahan yang cukup mengharukan, waktu tiga bulan menjadi momen paling menyenangkan baginya.

Tak ayal, anggota lain pun merasakan hal yang sama. Kecerdasan Reza ternyata bukan hanya isapan jempol belaka, dia memang mahasiswa berprestasi. Banyak yang menyayangkan dirinya tidak terlibat organisasi apapun di kampus padahal memiliki potensi yang bisa menciptakan perubahan.

***

Naisha melihat arloji di tangan, lalu memutar kepalanya ke sekitar, sudah hampir sepuluh menit ia menunggu namun team WO belum juga datang.

Ia mengambil ponselnya, lalu mengirimi Rani pesan sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan panggilan telepon, namun tidak ada respon. Pesannya tidak dibaca dan nomornya tidak aktif.

Seorang pramusaji berjalan menghampiri Naisha untuk mengantarkan minuman yang ia pesan beberapa menit lalu. Ia masih mencoba menghubungi nomor Rani namun masih dalam keadaan tidak bisa dihubungi.

Ingin pergi saja, namun ia takut jika nanti Rani datang saat ia pulang. Akhirnya Naisha memutuskan untuk menunggu sepuluh menit lagi, berharap wanita itu akan datang. Namun dugaannya salah, bukan Rani yang duduk di hadapannya dengan tiba-tiba, melainkan pria yang menghilang berbulan-bulan lamanya.

Naisha tak ingin mengulur waktu, ia berdiri hendak meninggalkan Arka namun tangannya ditahan oleh pria itu.

"Lepas Arka!"

Ia menepis cepat tangan Arka dan menatapnya sangat tajam. Kebencian dalam hatinya kini semakin menjadi. Awalnya ia ingin melupakan semua yang terjadi di masalalu, tapi sikap Arka yang tidak tahu terus memohon kepadanya untuk kembali membuat niat melupakan malah bertrantramisi menjadi benci.

RezatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang