Chapter 21

1.7K 110 2
                                    

Jadwal pekerjaan rumah berjalan seperti biasanya. Naisha menyiapkan sarapan sedangkan Reza menyapu dan menyiram bunga yang diberikan Vina untuk mereka, katanya untuk mempermanis halaman depan.

Pekerjaan Reza ternyata lebih dulu selesai. Ia berpamitan kepada Naisha untuk berolahraga sementara Naisha baru saja melipat mukenahnya usai mengaji setelah subuh.

Benar kata Reza, masalalu biarlah berlalu. Naisha tidak mau terus hidup dalam penyesalan, saat suaminya menerima kelam masalalunya seharusnya dia lebih ikhlas dengan apa yang telah terjadi. Namun menyadari bahwa ia tidak lagi untuk suaminya, membuat dada Naisha rasanya nyeri.

Vina menceritakan apa yang terjadi saat mereka akan membatalkan pernikahan, semua yang Reza katakan buat Vina lega namun tidak bagi Naisha. Ia merasakan nyeri yang menusuk-nusuk karena pria yang menerima masalalunya adalah pria yang ia anggap tidak bisa dipercaya.

Kepergian Reza bersamaan dengan dimulainya kegiatan Naisha di dapur. Ia bukan seseorang jago memasak seperti Vina, namun ia cukup tahu dasar memasak dan resep andalan keluarganya saat di rumah.

Sekarang, Naisha mendapatkan bagian memasak. Ia sudah memiliki plan cook yang juga disetujui bersama. Reza tidak masalah selama itu tidak merepotkan Naisha.

Sudah pukul 7 makanan sudah selesai namun Reza belum juga pulang dari olahraganya. Naisha duduk di meja makan menunggu Reza sembari menatap layar ponselnya. Memandangi nomor Reza yang ragu ia hubungi. Baru saja menguatkan tekad untuk menhhubungi Reza, perutnya merasakan mual yang begitu hebat.

Dengan langkah tergesa ia menuju wastafel. Beberapa hari terakhir ini ia memang sering merasakan mual, bahkan tubuhnya merasa lemas padahal pekerjaan rumah tidaklah seberapa, apalagi Reza selalu mengambil alih pekerjaan Naisha jika pekerjaannya sudah rampung.

Suara ketukan pintu membuat Naisha segera berbalik, ia menyambut Reza dengan senyuman hangat. Sangat aneh baginya melakukan hal itu. Bagaimana tidak, sejak dulu Naisha adalah orang yang paling tidak ramah pada Reza namun, sekarang ia yang harus menjadi orang yang paling ramah pada Reza setiap saat.

Reza sama sekali tidak membalas senyuman Nasihat, ia duduk di kursi seolah Naisha tidak melontarkan senyuman. Tanpa kata apapun, ia meraih piring dan mulai memasukkan nasi kesana. Naisha segera beranjak dari duduknya dan menawarkan beberapa lauk pauk yang ia masak.

"Lo duduk aja, biar gue yang ambil sendiri," ujar Reza mengambil alih sendok di tangan Naisha.

Wanita itu hanya bisa menghela napas sangat pelan kemudian duduk kembali di tempatnya.

"Olahraga dimana tadi?"

"Keliling komplek." Naisha mengangguk dengan senyum kaku, mencairkan suasana memang bukan keahliannya.

"Nanti, Naisha boleh ikut?" Kali ini pertanyaan Naisha berhasil menarik perhatian Reza.

"Emang lo suka olahraga?"

Lagi-lagi, Naisha hanya tersenyum kaku, "Naisha rasa, mencoba hobi baru bakalan seru."

"Terserah," finish Reza kembali melahap sarapannya.

Setelah itu tidak ada yang membuka pembicaraan sampai kedua piring alas makan mereka habis.

Reza berdiri terlebih dahulu dan mencuci piring bekasnya, disusul oleh Naisha. Tiba-tiba, perut Naisha kembali merasa mual, cepat-cepat ia berlarian ke kamar mandi, rupanya Reza tak bisa diam. Ia pun mengikuti Naisha dengan langkah lebar.

RezatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang