14 | Gara-gara Baju

408 38 12
                                    






Suara jangrik dan hembusan angin malam menambah syahdu suasana malam di pedesaan. Hamparan bintang yang bersinar terang menemani tugas sang rembulan membuat mata tak berkedikip karena terpesona oleh indah yang di tampilkan

Zaki adalah salah satu dari miliaran penduduk bumi yang saat ini menganggumi indahnya ciptaan tuhan. Di depan teras rumah barunya di kampung halaman, zaki terdiam, terduduk memandang bintang di langit malam.

Pikirannya melayang, membayangkan nasib sang sahabat yang jua tak ada titik terang.

Riyu menghilang. Bersama tanda tanya yang belum sempat zaki tanyakan. Tentang, kenapa riyu begitu ingin mencari ayahnya setelah sekian lama anak itu tidak pernah menambahkan ayah dalam topik obrolon mereka. Juga, tentang sekian banyak waktu yang riyu punya, kenapa harus mencari ayahnya di saat luna sudah tiada? Bukankah lebih mudah mencari tahu nya ketika luna masih ada?

Zaki hanya tidak mengerti, atau mungkin lebih tepatnya, ada hal lain yang ia tidak ketahui?

"Masuk zak, udah malem. Kamu pasti capek dari kemarin beres-beres." Bapak datang dari dalam kemudian duduk di samping zaki dengan membawa segelas kopi hitam di tangan

Zaki kemudian menoleh ketika bapak sudah duduk manis di sampingnya. "Pak! Riyu gimana ya? Sampai saat ini belum juga ada kabar. A-ku, takut pak. Takut riyu kenapa-kenapa?" Zaki berkata dengan nada khawatirnya. Sebagai orang yang tumbuh bermain bersama membuat zaki sudah banyak menganggap riyu sebagai saudara.

Pak rahman menatap anak bungsu nya prihatin, sebagai seorang ayah ia tahu apa yang tengah anak nya itu rasakan. Kehilangan sahabat memanglah sangat menyakitkan.

Pak rahman kemudian mengusap bahu zaki pelan. "Zak, kamu harus tahu bahwa ada yang lebih berhak atas diri kita ini. Tuhan zak! Tuhan tidak pernah tidur, dia selalu menjaga setiap ciptaan nya. Serahkan semua nya sama tuhan. Bapak yakin, tuhan akan selalu menjaga riyu dimana pun dia berada. Tugas kamu hanya perlu mendoakan nya saja. Selebihnya serah kan pada tuhan."

Zaki menatap bapak dengan mata yang berkaca-kaca. Tadi sore, ia sempat berteleponan dengan nisa. Wanita itu pun tak jauh beda seperti dirinya. Nisa bahkan sampai rela cuti kerja hanya demi mendapat informasi dimana riyu berada, meskipun pada hasilnya, ia harus menelan kecewa.

Riyu tidak ada. Dan mereka semua tidak tahu harus mencari kemana.

"Tapi ini udah seminggu lebih gak ada kabar pak. Zaki cuman takut riyu kenapa-kenapa. Bapak tahu sendiri kan riyu udah gak punya siapa-siapa lagi selain kita." Runtuh sudah air mata yang zaki tahan sedari tadi, ia tak peduli jika saat ini orang lain mengatai nya lelaki cengeng. Pada kenyataan nya, zaki sudah menahan sesak ini sejak ia mengetahui bahwa riyu telah pergi.

Pak rahman sendiri ia hanya mampu menenangkan zaki, ia tahu betapa khawatir nya zaki pada sang sahabat.
Riyu, sudah menjadi bagian dari keluarga mereka sejak lama.

Sejak awal dimana mereka mengetahui bahwa anak itu dibuang hanya karena dianggap aib semata

¤¤¤

Dava mengusap dahi nya dengan kasar. Sepertinya, mengalih tugas kan elias tidak sepenuhnya benar

"El, kemarin saya suruh kamu ajak dia buat beli baju itu supaya baju nya sesuai sama yang dia mau. Tapi ini apa?". Dava berkata seraya berkacak pinggang dan menunjuk pakaian yang riyu kenakan. Sebuah baju berwarna kuning terang dengan gambar animasi minions yang begitu besar.

"El, dia udah remaja. Bukan anak-anak lagi." Sambung dava yang merasa frustasi. Sepertinya elias membeli baju itu hanya semata-mata untuk menyenangkan inner child nya yang dulu sempat terluka

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RiyundraWhere stories live. Discover now