04.Tuan Johnny

8.3K 336 3
                                    

“Lelah itu wajar. Berpikir untuk menyerah juga wajar. Tetapi jangan sampai kamu benar-benar menyerah. Capai tujuanmu dan buktikan pada semua orang bahwa kamu bisa!”

- Alana Zealinne Artharendra

•••

Alzean menghentikan motornya tepat didepan sebuah restoran atas permintaan Alana. Gadis itu menepuk pundaknya dan mengatakan ingin turun didepan restoran itu.  Mau tak mau Alzean harus menurutinya.

“Makasih banyak atas tumpangannya. Gue harap gue juga bisa bantu lo. Ya, hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih gue,” tutur Alana sambil tersenyum manis.

“Gak perlu!” balas Alzean. Lelaki itu kembali menancap gas dan pergi meninggalkan Alana begitu saja.

Alana hanya menggelengkan kepalanya. Kakinya mulai melangkah menuju restoran tempatnya bekerja. Gadis itu tersenyum kecil, akhirnya dirinya dapat kembali bekerja setelah dua hari libur karena salah satu keluarga pemilik resto tersebut meninggal dunia.

Alana menatap sekeliling mencari bosnya. Biasanya sang pemilik resto duduk disamping kasir sambil memerhatikan pelanggannya, dan para pegawainya dalam bekerja. Namun, kali ini pria berumur 60 tahun itu belum juga menampakkan dirinya.

Seseorang menepuk pundak Alana hingga membuat gadis itu langsung menoleh. Alana tersenyum lebar saat mendapati sang pemilik resto berada dibelakangnya sambil tersenyum hangat.

“Udah lama gak ketemu, Lan. Gimana kabar kamu?” tanya Tuan Johnny ramah.

Alana tersenyum. “Baik, pak. Bapak sendiri?”

“Saya baik,” balas Tuan Johnny.

Alana hanya mengangguk. Gadis itu sudah menganggap Tuan Johnny sebagai ayahnya sendiri. Hanya pria paruh baya itulah yang mengerti dirinya melebihi kedua orang tuanya sendiri.

“Yaudah. Saya boleh bekerja, pak?” tanya Alana yang hanya dibalas anggukan oleh Tuan Johnny.

Alana segera berjalan kedapur untuk melaksanakan tugasnya. Selain bertugas melayani pembeli, Alana juga mempunyai tugas untuk mencuci piring. Namun, Alana tak pernah mengeluh akan semua itu. Dirinya malah merasa senang saat melaksanakan tugasnya dengan baik.

Tuan Johnny menatap punggung Alana yang mulai menghilang dari pandangannya sendu. “Dia gadis yang hebat. Kesabaran sudah menjadi cirikhasnya.” Pria itu bergumam.

•••

Alana menghembuskan nafasnya kasar saat sebagian dari pekerjaannya telah selesai. Senyum menghiasi bibir, bahkan rasa laparnya mulai hilang saat beberapa pembeli merasa puas dengan pelayanannya. Hal kecil itu berhasil membuat hati Alana menghangat.

Sembari menunggu pekerjaan yang lain datang. Alana memilih untuk mengambil bukunya dari dalam tas dan mulai mempelajari beberapa materi yang di gadang-gadang akan keluar dalam ujian Harian besok. Gadis itu tak mau nilainya menjadi buruk hanya karena kesibukannya.

Salah satu pelayan menatap Alana sinis. “Ck! Cuma jadi pelayan kok malesnya minta ampun. Pekerjaan numpuk eh dianya malah sibuk baca buku,” sindirnya.

Alana mencoba tak menghiraukan. Gadis itu membalik lembaran selanjutnya, bermaksud mengalihkan perhatian dari cibiran-cibiran beberapa pelayan yang tak menyukainya.

“Kalau aku sih mending belajar dirumah daripada harus belajar sambil kerja. Lebih fokus dan lebih leluasa.” pelayan itu masih mencibir dengan suara manja.

Alana menghembuskan nafasnya lelah. Gadis itu masih tak mau menghiraukan sindiran-sindiran yang dilayangkan padanya. Alana tak mau membuang waktunya hanya untuk meladeni mulut-mulut pedas pelayan yang lain.

 A & AWhere stories live. Discover now