RINTIK KETIGA

1.6K 52 0
                                    


⚠ Have harsh words

"Seharusnya mawar itu tidak berduri, agar lebih mudah di genggam"

-Aksara Abrisam

===============================

[Gue pikir hanya tubuh lo yang lo rusak, Sha....ternyata jalan pikiran lo juga ! ]

Ucapan Aksara tiga hari yang lalu masih melayang di pikiran Asha. Apa benar jalan pikirannya sekarang rusak ? apa salah kalau dia mengganggap semua manusia di sekitarnya adalah racun yang setiap saat mampu membunuhnya. Tapi kenapa sampai saat ini racun itu tidak mematikannya ?

Ah Asha lupa, ternyata selain racun itu, dia punya Tuhan. Mungkin ini jalanNya untuk menunjukkan pada Asha agar lebih kuat lagi. Walau Asha sendiri malu mengakui kalau dia adalah hambaNya. Sebab sampai saat ini dia masih jauh dari kata itu.

Menghilangkan sedikit pikiran negative-nya. Asha berusaha bangkit untuk keluar kamar.

Dirumah ini

Rumah dengan Empat manusia yang selalu menyakitinya. Ayahnya, Alan, Karina dan Mommy Sarah.

Lalu Aksara ? dia juga termasuk anggota rumah ini. Tapi Asha masih terlalu abu-abu untuk menyimpulkan bahwa aksara juga monster di rumah ini. Terkadang, Asha dapat melihat tatapan tulus yang diberikan oleh Aksa. Entah itu benar-benar tulus atau memang belum waktunya saja.

Mengingat setiap anggota rumah ini yang selalu membuatnya sakit, Asha jadi teringat kalau sudah tiga hari ini Alan maupun Aksara belum menampakkan wujudnya dirumah yang penuh luka bagi Asha ini. Dimana mereka berada ? Apa sedang bersembunyi atau memang lagi libur untuk menyaksikan luka yang diterima Asha. Tapi itu tidak penting, dimanapun mereka Asha tidak berhak bahkan tidak peduli juga untuk sekedar tau.

Berjalan gontai memasuki rumah ini, tapi belum sempat menarik nafas bebas, Asha sudah mencium aroma lantai.

Sekarang apa lagi Tuhan ?

Selain ditarik, dipukul bahkan ditendang. Ah itu makanan sehari-hari Asha. Laki-laki yang seharusnya menjadi cinta pertama seorang anak perempuan justru menjadi monster untuk putrinya. Mengangkat sedikit kepalanya, Asha melihat wajah serta tatapan penuh benci dari Ayahnya.

"Anak pembawa sial !!! berapa lama lagi kamu bertahan HAH ?!!". Tanpa ada kabar dari angin, siksaan itu datang tiba-tiba, tapi ini sudah biasa, monster ini kambuh lagi.

"Ayah...."

"Saya bukan ayahmu lagi !!!"

"A-ayah..."

"Jangan pernah berani panggil saya Ayah !!!"

Asha terdiam dengan isakan pilunya. Siapapun bisakah bantu Asha melewati ini. Mengarahkan pandangannya kesamping, sedikit harapan dilihat Asha memasuki ruangan ini.

Bisakah dia berharap ?

Mungkin saja bisa, walau tidak membantu apa-apa setidaknya Ayahnya itu akan memberhentikan aksinya saat Alan berada dirumah. Entah apa alasannya.

Tapi sepertinya, lagi-lagi harapan itu tidak sesuai keinginannya. Walau kini Ayahnya sudah pergi dari hadapannya tapi sekarang yang dilihatnya justru Alan yang menatap Asha dengan pandangan datarnya. Bahkan tidak berniat sedikitpun membantu Asha untuk bangun dari lantai dingin ini.

"Lihat...bahkan Ayah lo sendiri membenci lo !!!"

"Kakak"

"Dia aja benci sama lo, jadi apa alasan gue buat sayang sama lo, disaat lo bahkan menjadi pencuri di hidup gue sama Bunda hah !!!"

"Dia bunda gue juga kalau lo lupa kak !!". Cukup Asha tidak tahan lagi

"Bunda lo ? Hah ? nyadar.Setelah lo rebut kehidupannya, sekarang lo berani panggil dia Bunda HAH !!!"

Bruuk

"Mulut lo bau sampah !! ini sudah ketentuan Tuhan, sampai kapan lo protes gini dengan menyalahkan Asha atas perginya Bunda LO LAN !!?".

Kini Aksa mencoba keluar dari balik layar. Ya, dia harus merebut sakit itu. Bahkan Aksa menatap penuh perlawanan pada Alan yang selalu membuat mental Asha hancur karena mulutnya yang selalu menyalahkan Asha atas semua yang terjadi ini. Aksara meraih tangan Asha, mencoba mengangkatnya yang sudah terduduk di lantai.

"Bangun !! lo gak pantas duduk di depan manusia gila ini !"

"Dia kakak gue juga..."

"Bullshit !!"

Aksara membawa Asha secara paksa dari hadapan manusia gila ini. Walau berkali-kali mencoba melepaskan tangan Aksa yang terus menariknya keluar dari rumah , Asha tetap ikut tertarik sebab kekuatannya sudah tidak mampu lagi untuk sekedar melawan.

...

"Kenapa belain gue tadi, lo udah tau kan alasan Kak Alan ngelakuin itu ?"

"Itu udah dibatas wajar...."

"Bukannya lo juga nikmatin luka gue ya, seharusnya lo seneng kan ?!"

"Omong kosong ! Berapa banyak lagi asumsi negative di otak kecil lo itu hah !!?"

"Banyak, Sa... memang seharusnya begitu kan... Maaf udah nambah beban buat keluarga lo"

"Emang gue pernah ngomong kalau lo beban bagi gue ?"

"Tapi semua orang berpikiran gitu...Gue udah ngebebanin hidup semua orang, gue udah bunuh bunda...gue udah ambil mata bunda...gue ud---"

"Lo udah nyia-nyiain hidup lo, Sha....lo udah jadi penonton atas kejamnya mereka sama lo...lo bisa ngelawan !"

"Caranya gimana ? lo tau caranya ngelawan mereka gimana ? Nothing, Sa...disini emang gue pelaku bukan korban, jadi wajar kalau mereka ngelakuin itu"

"Wajar ? lo bilang wajar ? gue emang orang baru dalam keluarga lo, Sha....tapi gue sedikit tau masalah keluarga lo...Bokap dan kakak lo yang mengalihkan kesalahan yang bahkan itu udah takdir.terus Karina ? apa itu wajar juga ? dia masuk dan sengaja ngegoda bokap lo, apa itu juga wajar ?"

"Terus lo nyuruh gue ngelawan Karina ?". Ashakira tertawa singkat dengan jalan pikiran Aksara yang begitu konyol baginya.

"Detik itu gue ngebuat Karina nangis, maka detik itu juga bokap gue berubah jadi pencabut nyawa...walaupun gue sering ngukir luka di tangan gue, tapi gue berusaha waras untuk tidak mati konyol juga, Sa"

"Bokap lo emang setan, Sha...apa gue bisa ngebunuh dia aja ?"

"Lo lebih pantas jadi jin aja, Sa....gak usah punya cita-cita jadi malaikat pencabut nyawa"

================================"Betapa indahnya jika engkau menemui hati yang tidak pernah menuntut apa-apa darimu kecuali senyumanmu"-Habib Umar bin Hafidz-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

================================
"Betapa indahnya jika engkau menemui hati yang tidak pernah menuntut apa-apa darimu kecuali senyumanmu"
-Habib Umar bin Hafidz-
.
.
.

Bantu vote yawww 🤗❤

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now