RINTIK LIMA BELAS

854 29 0
                                    

⚠Have harsh words

"Kami hidup tapi rasanya seperti mati"
-Alan Pradipta

================================

Rasanya saat ini Asha meminta untuk tidak bangun dari koma, sebab kesadaran ini justru lebih menyakitkan untuk Asha. Mengetahui sebuah fakta yang begitu sulit diterimanya. Bahkan kenyataan ini benar-benar diluar dugaannya.

Kembali mengalihkan fokusnya pada dua orang yang tidak mengetahui kehadiran Asha dibalik pintu itu. Ternyata masih sama. Alan masih tetap melanjutkan kisahnya. Kisah yang begitu memukul mental Asha.

Sementara dua orang itu masih duduk tanpa mengetahui kehadiran orang ketiga, tapi kali ini Aksa sedikit mengerutkan keningnya saat cerita Alan belum usai itu.

"Kenapa bokap lo bisa jadi tokoh utamanya ??"

"Ternyata lo bandel juga, Sa....udah gue bilang jangan potong dulu dengan pertanyaan lo itu....nanti aja nanyanya....gue gak akan ngulang cerita ini dua kali"

"Gue bukan orang pikun juga yang langsung lupa dengan cerita lo, makanya jelasin secara lengkap biar gue paham ...."

Kini Alan benar-benar merasa kesal dengan Aksa, andai ada orang lain yang bisa dipercayanya tentu dia tidak mau berurusan dengan manusia seperti Aksa.

"Gimana gue bisa bantu lo untuk faham kalau cerita gue gak lo dengerin dulu sampai habis.."

"Oke-oke...gue diem...lanjut "

Walau Alan merasa kesal tapi dia juga terkekeh dengan antusias Aksa untuk mendengar ceritanya sebab yang ada dibayangannya bahwa Aksa tidak akan tertarik dengan kisah ini, bukankah yang harus dihadapi adalah masa depan ? Lalu untuk apa menggali masa lalu. Tapi kenyataannya justru raut penasaran Aksa.

"Gak usah tegang amat, Sa....anggap aja ini dongeng masa lampau ya walaupun agak ribet sih... apalagi memberi efek sakit sampai saat ini..."

"Gue gak bercanda Lan....gak usah basa-basi, gue mau dengar kejelasan dari lo sebelum gue bener-bener benci lo bahkan bunuh lo juga !!"

"Emang lo berani bunuh gue ?? Lo berani seumur hidup dibenci sama Asha ? Bahkan disaat gue jahat sama dia, tetap aja dia gak akan biarin lo nyakitin gue... apalagi setelah tau kebenarannya ...yakali lo hidup sama rasa bencinya dia..."

"Bacot lo.... lo cerita sekarang atau mulut lo bener-bener gue buat gak berfungsi ?"

"Santai bro...emang lo mau hidup sama gue yang gak punya mulut...kan serem kalau orang-orang pada tau seorang Aksara punya kakak tiri yang gak punya mulut"

Alan kembali terkekeh melihat raut kesal Aksa. Ah entahlah, tapi rasanya sedikit lega untuk mengetahui masih ada sosok Aksa yang akan menjaga Asha setelah dia pergi.

HAH, Pergi ?

.....

"Lo tau keluarga gue dulunya gak sekacau ini...kami keluarga yang bahagia....dia Ayah terbaik bagi gue pada waktu itu...dia bukan seperti saat ini...dia panutan gue yang jadi orang paling gue benci sampai saat ini. Kejadiannya dua tahun yang lalu....kami pergi liburan ke puncak untuk liburan...tapi...."

Alan menjeda kalimatnya sejenak, bayangan akan hari itu seperti kembali berputar di kepalanya. Wajah penuh kehancuran dari wanita yang sangat disayanginya mampu membuatnya sesak setiap kali mengingat wajah itu. Dengan mengepalkan tangannya, Alan berusaha menahan air matanya yang rasanya ingin keluar itu.

"Tapi... hari itu, lebih tepatnya hari kedua saat kami liburan...gue sama Bunda mergokin Ayah sama selingkuhannya di penginapan dekat villa kami.. mereka berdua disana.... Bunda gue hancur banget saat melihat Ayah berada di ruangan yang sama dengan wanita itu.dengan posisi yang kurang ajar.dan wanita itu, Karina....gue tau rasa sakit bunda hari itu...gue pikirnya bunda akan kembali ke villa jadi sebelum ngejar bunda, gue sempat nonjok Ayah dulu.... ". Alan menghentikan ceritanya, dia menatap Aksa yang begitu serius mendengar ceritanya

"Kalau gue tau akan jadi seperti ini, mungkin gue nonjok orang itu sampai mati aja"

"Wait....Karina ? dia yang dirumah ?"
"Ya...dia wanita Iblis yang bahkan bisa tinggal bebas dan berkuasa di rumah gue...dia sekelas sama Asha bahkan dia yang jadi penyebab Ashakira pisah sama Elang, mantannya Asha dan sekarang dia tinggal di rumah gue setelah dia jadi selingkuhan bokap gue...gue gak tau motif dia buat lakuin itu apa...tapi gue tau dia benci banget sama Ashakira..."
"Tapi apa lo yakin kalau karina selingkuh sama bokap lo ?"
"Emang ada di dunia ini seorang laki-laki dan perempuan segitu dekatnya tanpa hubungan darah, bahkan mereka sudah kepergok di ruangan yang samasekarang gue tanya sama lo...gimana pandangan lo saat liat nyokap lo di posisi itu.emang lo bakal mikir kalau mereka ada urusan lain bukan selingkuh ?"

"Tapi, kalau Karina selingkuhan Bokap lo, kenapa Mommy gue yang dia nikahin?"

"Ya, dia pasti malu, seorang CEO terkenal seperti dia punya istri seumuran dengan anaknya"

"Tapi ka-----"
"Lo mau denger cerita gue atau mau ngebela bokap gue sih ?"
"Kalau boleh gue kepengennya ngebunuh bokap lo, bukan ngebela ..."

"Silahkan....kalau lo bisa ...."
"Lanjut Lan, gue bosan bicara gak guna sama lo ..."
"Dih... emang lo siapa nyuruh-nyuruh gue ?"

Alan melirik kearah Aksa yang sudah mulai kesal itu sebelum dia kembali melanjutkan ceritanya.

"Ternyata Bunda gak balik villa..dia hanya ngajak Asha untuk ikut pergi...sialnya gue gak sempat ikut masuk mobil itu.....Bunda....mengendarai mobilnya dengan pikiran kacau....gue hanya bisa ngikutin dari belakang...sampai.... ada mobil dari arah berlawanan menghantam mobil Bunda yang memang salah arah... dan lo tau, Sa...."

Cukup lama Alan menjeda kalimatnya. Sampai dia benar-benar mendapat pasokan udara. Rasanya begitu sesak saat kita kembali mengulang kejadian yang begitu menyakitkan itu, walau hanya lewat sebuah cerita tapi rasa sakitnya msaih sama. Namun hendak melanjutkan kalimatnya, suara sesuatu jatuh dari ruang rawat inap Asha mengalihkan fokus mereka. Tanpa berniat melanjutkan atau mendengar kisah itu. Alan dan Aksa berlari menuju ruang Asha.

"Asha.....Sha.."

Aksa cukup terkejut saat mengetahui bahwa yang jatuh bukanlah benda melainkan Asha. Dengan ke khawatiran yang begitu besar, Aksa maju untuk membantu Asha bangun dari jatuhnya. Namun fokus Asha saat ini bukan seseorang yang sudah mengangkatnya tapi tatapannya lurus mengarah pada sosok yang masih terdiam di depan pintu.

"Kak...Jadi...lo, Bunda dan Karina ??"

=====================================

"Kita adalah makhluk yang suka menyalahkan dari luar, tidak menyadari bahwa masalah biasanya dari dalam"

- Abu Hamid Al Ghazali -

Bantu support yaaawww🤗♥

Rintik Terakhir (END)Where stories live. Discover now