Bab 5 - Moment

1.1K 128 4
                                    

Beberapa hari ini Xela merasa suasana hatinya semakin buruk. Beberapa hari ini Xela memang lebih banyak menghabiskan waktu sendiri, bukan hanya orang tuanya yang semakin sibuk, Ziel yang merupakan satu-satunya saudaranya juga lebih banyak berada di luar rumah, asik berkumpul bersama teman-temannya.

Satu minggu yang lalu Xela telah selesai melaksanakan ujian sekolahnya karena itulah saat ini ia berada di rumah kakek neneknya demi mengisi liburan sekolah di musim panas.

Xela duduk di teras berlantai kayu yang terlihat masih kokoh, rumah tua dengan gaya tradisional itu lumayan besar, halamannya pun tergolong luas. Dulu saat Xela masih kecil keluarganya akan makan bersama dengan memanggang ikan hasil pancingan ayah atau kakeknya, mereka akan tertawa bersama sambil bercengkrama di halaman yang kini tampak kosong dan sunyi.

Semuanya berubah. Bahkan kakek neneknya pun sekarang ikut mengabaikannya.

Terhitung sudah tiga jam Xela duduk di teras itu sambil memandang langit.

Liburannya benar-benar membosankan.

Disisi lain Ziel tersenyum tipis sambil memperhatikan Xela yang terus menatap langit sambil menghela napas entah untuk yang keberapa kalinya.

Saat Ziel menempelkan minuman kaleng dingin di pipi gadis itu, Xela baru merespon kaget dengan ekspresi yang lucu. "Kau bosan?" Tanya Ziel yang masih berjongkok di samping Xela.

"Sejak kapan disini?" Tanya Xela setelah menerima minuman kaleng dari Ziel.

"Sejak tadi." Jawab Ziel sambil ikut duduk di samping Xela dan meminum minumannya.

"Apa yang kau lamunkan?"

Bola mata Xela berkedip beberapa kali sebelum membuang wajahnya ke arah lain, gadis itu menunduk untuk segera menghindar. Ia tidak bisa mengatakan bahwa ia rindu suasana keluarganya yang dulu.

"Kau mau menemaniku?"

Xela mendongak, ia menatap Ziel dengan wajah polos penuh kebingungan.

"Aku jamin kau akan suka."

Haruskah Xela percaya dengan senyum misterius milik Ziel?

Seharusnya tidak.

Xela menatap horor pada Ziel yang sudah masuk ke dalam sungai yang cukup dangkal dan arus yang tidak deras. Awalnya Xela berpikir Ziel akan berenang di sungai sayangnya dugaannya salah setelah melihat apa yang laki-laki itu lakukan.

Bukannya menggunakan pancingan untuk menangkap ikan, Ziel yang masih memakai kaos putihnya mulai berburu ikan dengan tangannya.

Saat Xela berteriak menyuruhnya menggunakan peralatan pancing dengan lantangnya Ziel menolak dan menurutnya itu terlalu lama.

"Xela, kemari!" Ziel memanggil Xela sambil menunjukkan ikan hasil tangkapannya yang masih ada di tangannya. Ikan itu berukuran sedang dan muat di dalam genggaman kedua tangan Ziel. "Ambil ini."

Xela menggeleng horor, ia menatap tangannya dan ikan itu bergantian. Mustahil, mana bisa ia menggenggam ikan itu.

"Kemari Xela!"

Oh, tahukah Ziel bahwa ini menyiksanya. Bukan hanya mustahil baginya menangkap ikan, Xela juga memakai pakaian yang tidak cocok sama sekali untuk ikut bergabung bersama Ziel. Dengan dress putihnya yang tingginya hanya di atas lutut.

Xela menggeleng yakin. "Tidak, terima kasih." Jawabnya dan segera berbalik meninggalkan Ziel yang masih berada di dalam sungai.

Ziel tersenyum menyeringai. Ia segera menepi dan memasukkan ikan hasil tangkapannya ke dalam ember kemudian segera menyusul Xela. Berjalan cepat dari belakang sebelum berhasil menangkap Xela masuk ke dalam gendongannya.

My Sweet EtceteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang