5

184 7 4
                                    

Seharian ini, perasaannya tidak tenang. Ocha, tidak membalas pesannya sama sekali. Berkali-kali ia mengecek handfhonenya, berharap ada notifikasi pesan Whatsapp dari wanita cantik itu. Rupanya, pesannya masih centang satu.

Jika bukan karena meeting sialan ini, ia sudah pergi sedari tadi menghampiri Ocha di apartemennya. Tapi sayangnya, meeting kali ini tidak bisa ia tinggal.

Berkali-kali sial saat istrinya datang tiba-tiba ke kantornya, mengajak belanja bulanan. Oh Tuhan, sepertinya semesta sedang main-main dengannya, oh ataukah justru ia yang mempermainkan semesta?

Entahlah apapun itu, ia ingin bertemu dengan wanita cantiknya. Hatinya tak tenang saat ia tak mendapat kabar dari wanitanya.

"Sayang, kamu lagi mikirin apa sih???" Anne menatap suaminya heran karena Ergi sangat gelisah. "Ada masalah???" Curiganya.

Jujur, selama beberapa bulan ini, interaksi dirinya dengan Ergi semakin jarang, Ergi dengan dunianya, pun dirinya juga sama. Ergi tak pernah lagi bercerita soal masalah kantor, kejadian di kantor dan lainnya.

Ia merasa, semua telah berubah. Kehilangan calon anak mereka membuat ia dan Ergi frustasi dan sering kali berdebat.

"Ergi".

Ergi menggeleng, "Nggak ada, kenapa? Mau belanja bulanan dimana??"

"Kamu capek ya??" Tebaknya.

Ergi mendesah, "Lumayan, habis meeting dan kerjaan banyak jadi ya begitu".

"Kalau gitu, biar aku aja yang belanja bulanan, kamu istirahat aja, nanti kamu pulang pas udah nggak begitu capek banget, atau nanti mau dijemput supir aja???"

"Nggak usah An, tapi, kamu nggak apa-apa kan? Meski aku nggak nemenin kamu belanja bulanan??" Tanyanya memastikan.

"Nggak papa kok, kan aku disetirin sopir, jadi kamu tenang aja. Aku berangkat ya, nggak usah bekerja terlalu keras, kalau capek kamu istirahat dulu". Anne mengecup pipi Ergi singkat lalu keluar dari ruangan ergi.

Ergi menggigit bibir bawahnya, brengsek sekali dirinya. Meski sebenarnya, ia tak sepenuhnya berbohong, pekerjaannya memang menumpuk.

______________

Ergi memencet bel berkali-kali dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang paper bag berisi makanan kesukaan Ocha.

"Kamu kenapa???"  Tanyanya khawatir saat melihat wanita cantiknya berdiri dengan wajah pucat membukakan pintu untuknya.

"Lagi nggak enak badan mas". Ujarnya sembari berjalan meninggalkan Ergi, kepalanya berdenyut nyeri hingga ia kembali masuk ke kamarnya, merebahkan diri diranjang.

Ergi mengikuti Ocha, meletakkan makanan di atas meja belajar Ocha. Dengan perasaan khawatir, ia mendekati wanita cantiknya, menyentuh kening wanitanya yang panas. Belum lagi, hidungnya memerah karena flu, akhir-akhir ini cuaca memang sedang tidak bagus.

"Udah makan???"

Ocha menggeleng, "lagi nggak pengen makan mas, pusing".

Ergi melepas jas yang melekat di tubuhnya, meletakkannya di sofa. Pelahan, Ergi naik ke atas ranjang, merebahkan diri disamping Ocha sembari memegang kepala wanitanya. Saat sedang sakit, Ocha memang sangat manja.

"Nanti kamu ketularan aku mas". Kata Ocha parau, memejamkan mata menikmati tangan Ergi yang memijat kecil kepalanya.

"Gapapa kok, nggak masalah sayang".

"Nanti kamu ikut sakit".

Ergi terkekeh, "gapapa, nanti kita sakitnya bareng-bareng".

Ocha mengerling, "nggak lucu mas, aku nggak mau kamu sakit".

Ergi memijat kepala Ocha pelan, "mas juga, nggak mau sakit. Makan dulu yuk, nanti minum obat".

"Nanti, aku lagi nggak nafsu buat makan apalagi minum obat yang pait itu. Aku nggak suka obat".

"Sukanya apa dong? Suka sama aku gitu?".

"Ihhhh" Ocha mencubit perut Ergi, "percaya diri banget".

"Ohh, jadi nggak suka sama aku nih?"

Ocha tak menjawab, ia memilih mendekat memeluk Ergi hinggat Ergi dapat merasakan suhu tubuh Ocha yang panas, "suhu tubuh kamu panas sayang, minum obat dulu ya, aku nggak suka liat kamu sakit gini,"

"Pait mas, nanti juga sembuh kok,"

"Tadi kuliah??"

"Iya".

"Kalau sakit kenapa kuliah hem?? Bandel, pantesan aku chat kamu tapi nggak dibales, malah centang satu".

"Aku nggak pegang handfhone sama sekali, males, pusing".

"Makannya minum obat dulu".

Ocha melepas pelukannya, "mas jangan paksa aku, aku nggak mau".

"Terus, gimana?"

"Nanti juga sembuh".

Ergi menghela nafas, memilih mengalah, membiarkan Ocha memejamkan mata dan ia kembali memijat kecil kening Ocha dengan lembut. Ia tidak suka melihat orang yang ia cintai sakit seperti ini, "kamu tidur aja, aku jagain kamu".

Ocha menggumam pelan, ia tidak punya tenaga untuk membalas ucapan Ergi, kepalanya luar biasa pusing.

Sementara Ergi, ia diam-diam mengirimi pesan kepada Anne, ia mengatakan jika dirinya akan pulang telat. Bahkan, ia sangat ingin menemani Ocha, menginap disini, tapi, itu nggak baik, ia takut tidak bisa mengontrol dirinya. Karena demi Tuhan, ia tidak mau merusak Ocha.

"Aku sayang kamu Ocha, cepat sembuh sayang".




__________________
Jangan lupa vote dan komennya❤

Putri Feroza (Aku Bukan Pelakor)Where stories live. Discover now