6

68 5 0
                                    

Ergi cukup terkejut saat mendapati Anne belum tidur, barangkali wanita itu menunggu dirinya.

"Nggak tidur??"

Anne mengedikkan bahu, "nunggu kamu, kamu kemana aja??"

"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu, kenapa?" Ujarnya berbohong.

"Nggak kenapa-napa, aku cuma khawatir, kamu baru pulang,"

Ergi menghela nafas, malah sejujurnya, ia tidak ingin pulang. Ia masih sangat ingin bersama Ocha, menemani wanita cantik itu semalaman. "Aku nggak papa Anne," ujarnya sembari membuka jam tangannya, meletakkannya di atas nakas.

"Kamu sudah makan??"

Ergi mengangguk, ia sudah selesai makan malam dengan Ocha, "sudah".

Anne kecewa, ia pikir Ergi belum makan, pasalnya, ia menunggu suaminya untuk makan malam bersama. Ia ingin makan malam bersama dengan Ergi.

"Kamu sudah makan??"

"Belum".

Ergi menatap Anne, "mau aku temani??"

Anne menggeleng, "nggak, kamu pasti capek, aku bisa makan sendirian".

Ergi tersenyum singkat, "tunggu sebentar, aku temani, aku hanya ingin mandi, jangan tidur dulu, nanti perut kamu sakit kalau nggak makan".

Anne tersenyum, mendadak rasa kecewanya lenyap begitu saja. Ergi selalu berhasil membuatnya merasa disayangi, suaminya itu sangat perhatian.

__________________

"Pras, kamu lagi ngapain disini??" Ocha kaget mendapati Pras berdiri di depan pintu apartemennya setelah lelaki itu menekan bel berkali-kali.

"Kamu sakit?"

Ocha diam, memangnya kenapa kalau ia sakit? Itu bukan urusannya mantan kan?

"Ayo periksa, asmanya kambuh kan? Kalau kamu flu, asma kamu bakalan kambuh".

"Nggak, aku udah nggak kenapa-napa, aku bisa ke dokter sendiri besok".

Pras menelan ludah, Ocha memang sangat keras kepala. Padahal, ia bisa melihat wajah wanita di depannya memerah, dengan hidung yang berkali-kali mengeluarkan ingus dan Ocha mengusapnya dengan tisu.

"Rosa, ayo ke dokter, aku nggak mau sakit kamu semakin parah".

Ocha berdecak, "udah malem, dokternya pasti udah pada tutup".

Pras tersenyum tipis, "masih ingat temenku-Abra? Dia dokter, apa aku mau panggilkan dia kesini aja??"

"Emang boleh?"

"Oke, aku hubungi Abra dulu, ayo masuk ke dalam, aku temani kamu malam ini" ujar Pras menyelonong masuk ke dalam apartemen.

"Kamu nggak bisa seenaknya masuk ke apartemenku".

Prass mengabaikan ucapan Ocha, ia memilih meletakkan bakso yang baru saja ia beli. Pasalnya, ia yakin Ocha belum makan. Nafsu makan wanita itu akan menurun drastis saat asmanya kambuh. Dan biasanya, Ocha lebih suka makan bakso yang masih hangat.

Prass mengambil mangkok, sendok dan garpu dan menuangkan bakso ke mangkok. Setelahnya, ia memberikannya kepada Ocha.

"Makan ini dulu".

Ocha menatap Prass sebentar, lalu menerima bakso di tangan Prass.

"Aku beli di tempat yang biasa kita kunjungi", ujar Prass memberi tahu.

"Kamu nggak seharusnya melakukan ini".

"Kenapa?"

"Kita bukan siapa-siapa lagi, aku nggak mau kamu masih bersikap seperti ini sama aku".

Prass menatap wajah pucat Ocha yang sedang menyantap bakso dengan pelan. Ia tahu, hubungan mereka sudah kandas beberapa bulan yang lalu.

"Abra sudah datang, kamu tunggu sebentar, aku mau buka pintu dulu". Prass mengalihkan pembicaraan.

___________________

"Kamu baik-baik aja mas??"

Ergi mengangguk singkat, "iya, seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja, kenapa?"

Anne menggeleng, entah apa ini hanya perasaannya saja. Ia melihat suaminya seperti banyak pikiran. "Kamu seperti lagi mikirin sesuatu, lagi banyak kerjaan ya mas?"

Ergi mengangguk, "iya, lumayan", ia tidak sepenuhnya berbohong, pekerjaan di kantr benar-benar lumayan banyak. Tapi, itu bisa segera ia selesaikan besok. Yang ada di pikirannya saat ini, Ocha, ia sangat mengkhawatirkan wanita cantiknya.

Ingin rasanya, ia kembali ke apartemen Ocha, menemani wanita itu semalaman, tapi, ia tidak mau Anne curiga. Ia tidak ingin Ocha berada dalam masalah, karena jujur saja, ia sangat mencintai Ocha, bahkan mungkin, rasa cintanya jauh lebih besar dari rasa cintanya kepada Anne selama ini.

Gila!
Ya, ia akui, ia memang gila!
Tapi, ia tidak bisa mengelak perasaannya yang semakin hari kian subur untuk Ocha. Wanita itu, ia mampu membuatnya bahagia setiap saat saat bersamanya.

"Mas".

"Ya??"

"Kamu sayang sama aku kan mas?"

Ergi menatap Anne, lalu tersenyum tipis, "iya" hanya itu jawaban yang bisa ia berikan. Ia memang menyayangi Anne, meskipun rasa sayangnya sudah tidak sebesar dulu.

"Mas".

"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?"

Anne menggeleng, "ga ada, aku cuma lagi pengen peluk kamu semalaman,"

"Bukannya kita tiap malam pelukan?"

Anne mengangguk membenarkan, "iya, tapi malam ini, aku kangen sama kamu mas, kamu paham kan maksudku?"

Ergi menghela nafas, "ngerti, tapi, malam ini aku lelah sekali Anne, bisa kita tunda dulu??"

Senyum diwajah Anne perlahan pudar, tapi, ia berusaha menyembunyikannya. Ia berusaha memaklumi, "hemm, oke, kamu pasti capek, gapapa, tapi, kamu harus peluk aku semalaman".

Ergi mengangguk, "iya, nanti aku peluk,"

Anne pun lekas menghabiskan makan malamnya. Meski suasana hatinya sedikit memburuk karena penolakan suaminya.



______________
Jangan lupa vote dan komennya yaa❤

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: May 16 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Putri Feroza (Aku Bukan Pelakor)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora