7. mencari Ridha pemilik apel

45 26 3
                                    

sungguh, aku lebih takut pada siksa tuhan ku karena aku telah memakan makanan yang haram bagiku dari pada aku harus menikah dengan wanita cacat itu

Z

¶¶

Zalfan dan keempat temannya kini tengah berjalan menelusuri hutan mencari kayu bakar, pak Dedi dan Bu Fitri tadi membagi beberapa tugas pada mereka, karena mereka mendapat tugas ini, jadi mau tak mau mereka harus menjalaninya.

riano berjalan di depan sebagai komando, hutan itu tak jauh dari tempat mereka camping dan tak terlalu lebat juga, jadi mereka tak takut jika akan tersesat nantinya. Mereka mulai memunguti kayu-kayu kecil yang tergeletak di bawah , lama berjalan akhirnya mereka pun beristirahat di bawah pohon.

memutuskan istirahat, elvaro malah sibuk berjalan kesana kemari, sungguh anak itu memang tak bisa diam.

"Woy, gw Nemu sungai ni!! Asik kalo berenang!!" Teriak elvaro yang tak jauh dari mereka.

Mendengar nya, mereka pun saling tatap tak percaya, apakah benar yang temannya itu bilang?. lama-lama mereka kepo juga dengan apa yang di beri tahu elvaro tadi, akhirnya mereka memutuskan untuk menyusul elvaro.

Ya, terdapat sungai yang jernih dan menyejukkan di sana, mungkinkah ini muara?pikir mereka berlima, terserah dengan itu kini mereka asik mencuci wajah mereka sendiri-sendiri agar menjadi segar kembali dan tidak mengantuk.

Tiba-tiba, sebuah apel segar tampak hanyut di sungai itu. Elvaro yang jail pun mengambilnya, apel itu masih terlihat segar, lalu ia cuci sampai bersih.

"gue laper, pulang aja yuk. Lagian udah banyak juga." Keluh zalfan.

Keempat temannya pun menoleh ke arahnya, apa ada yang salah dalam ucapannya, pikirnya.

"Lo mau kena amuk pak dedi?." Ujar angkasa sedikit nggas.

"Ni gw ada apel, makan aja kalo mau." Tawar elvaro memberikan apel yang ia temukan tadi pada zalfan

Dalam kondisi yang lapar, zalfan pun mengambil apel tersebut. Rezeki yang datang tiba-tiba, sebuah apel datang tanpa diduga di saat yang tepat. Tanpa pikir panjang, ia pun memakannya, mengisi perutnya yang keroncongan. Baru segigit menikmati apel merah nan manis itu, zalfan tersentak. Dari mana temannya mendapatkan apel ini? bisiknya dalam hati.

"Kamu dapet apel ini dari mana var?." Tanya zalfan tiba-tiba, membuat keempat temannya menoleh lagi ke arahnya.

"Lo tinggal makan aja banyak nanya." Ketus elvaro.

"Ga gitu, tadi saya liat lo gak bawa apel, tapi kenapa sekarang ada apel?." Ujar zalfan mulai curiga.

"Nemu tadi." Jawab elvaro enteng.

"astaghfirullah." Gumam zalfan terkejut.

"Kenapa?ada yang salah?." Kali ini angkasa yang bertanya.

"Bisa-bisanya Lo kasih apel yang lo temuin sama saya?jika pemiliknya tidak Ridha bagaimana?." tegas zalfan yang sedikit kecewa pada sahabat nya.

"Lo kalo ga bisa ngomong pake bahasa kita jangan di paksa lah, campur gitu bahasanya." Kesal angkasa yg greget mendengar tata bahasa zalfan dari tadi.

"Emang salah ya zal?." Riano menimbali.

"Sungguh, sedikit dari apel yang saya makan ini akan menjadi siksa bagi saya di akhirat jika pemiliknya tak Ridha apel nya saya makan."

Meski menemukannya di jalanan, zalfan merasa bersalah memakan apel tanpa izin pemiliknya. Bagaimanapun juga, pikir zalfan, buah apel ini dihasilkan sebuah pohon yang ditanam seseorang. '”Bagaimana bisa aku memakan sesuatu yang bukan milikku,” kata zalfan menyesal, sungguh dirinya merasa bersalah kini.

Garis Takdir Z (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang