14.siapa dia?

26 16 6
                                    

Semangat, yakin kamu itu bisa.

z

¶¶

zalfan dan Zulfa, serta Khanza di belakangnya berjalan cepat menuju ndalem, Hari ini mereka ada kegiatan ikut kajian di pesantren milik kakeknya, seperti biasanya sebelum ke aula zalfan lebih dulu untuk pergi ke ndalem menemui sang kakek.

"Bng, hari ini gk cuma ayah sama bunda yang Dateng, tapi om ricko sama om Rian juga om Devan juga ada." ujar Zulfa memberi tahu.

"Iyaa fa, kemarin om Devan udah kasih tau."

beberapa menit berjalan akhirnya mereka sampai di depan ndalem, tak menunggu waktu lagi mereka bertiga mengucapkan salam kini dan masuk ke dalam setelah mendengar salamnya di balas.

Di ruang tamu ndalem sudah ada kyai Hasan, Husien, Humaira, Haidar, almeera dan devano.

Zalfan dan Zulfa tersenyum senang melihat kehadiran mereka semua di sana, sebari menyalami mereka semua terkecuali Khanza yang hanya diam tak berkutik sejak tadi ketika masuk.

"Zaa..." Zalfan memanggil.

"...."

Diam, gadis itu hanya diam melihat ke arah devano, devano yang merasa di tatap sejak tadi memalingkan wajahnya ke sembarang arah tak mau berkutik mata dengan Khanza.

"zaa, kamu kenapa?." zalfan bertanya lagi.

Tersadar dari lamunannya, Khanza menatap ke arah zalfan, menatapnya dalam, membuat zalfan kebingungan.

"Ada apa?."

"Ayah."

Semua orang di sana tercengang mendengarnya, ayah?ada apa dengan gadis itu, mengapa tiba-tiba memanggil ayahnya.

"Ayah apa?."

"jadi dia istri kamu ya fan?seneng bisa ketemu, zaa ya?saya devano om nya zalfan, ngelihat kamu ngingetin saya sama almarhum istri saya, andai anak kami tidak lahir, mungkin dia masih hidup sekarang." sela devano cepat.

Khanza yang mendengarnya sangat tertegun, ia tak menyangka jika pria tinggi itu mengucapkan hal tadi? bukannya itu adalah takdir?lantas di mana kesalahan bayi tak berdosa itu.

"jangan terlalu berlarut Van, semuanya udah takdir." ujar Husien menenangkan, devano hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Oh ya, anak kamu gak ikut Van? seharusnya kamu ajak biar rame." lanjut Husien.

"gw ajak ko, sekarang dia lagi__"

"Papa!!" Teriak seorang gadis di luar ndalem membuat ucapan Devan terpotong.

"Siapa?." zalfan bertanya bingung.

Kepo dengan suara siapa itu, semuanya pun berdiri berjalan keluar, melihat siapa orang yang berteriak tadi.

"princess..." Ujar devano pada gadis itu.

Sang gadis tersenyum senang melihat ke arah devano, lalu berlari kecil masuk ke dalam pelukan devano, keduanya berpelukan sangat erat sekali, seolah melepas rindu yang sangat lama.

"Anak kamu Van?."

"Eh iya, kenalin... Dia tuan putri saya, namanya Ayesha senja aksara, kesayangan saya, alasan hidup saya setelah senja pergi." ujar devano memperkenalkan putrinya setelah pelukan mereka lepas.

Khanza menggeleng tak percaya, sungguh sakit hati melihat interaksi ayah dan anak itu, Dadanya perih seolah di tusuk belati yang sangat tajam, ia ingin menangis, ingin berteriak, ingin berbicara pada dunia bahwa ia... Ia ada.

Garis Takdir Z (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora